Satu lagi destinasi wisata baru dibuka di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Solo Safari menjadi yang paling anyar. Keberadaan destinasi itu menambah daya tarik wisata di kota itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS —Solo Safari resmi beroperasi sejak Jumat (27/1/2023). Keberadaannya bakal menambah daya tarik wisata Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Solo Safari merupakan identitas baru dari kebun binatang yang semula bernama Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ). Kebun binatang tersebut berstatus perusahaan umum daerah (perumda).
TSTJ direvitalisasi PT Taman Safari Indonesia, yang selanjutnya akan bersama-sama mengelola kebun binatang tersebut. Peresmian Solo Safari hanya berselang satu pekan dari pembukaan destinasi wisata lainnya, yakni Taman Pracima di Pura Mangkunegaran.
”Harapannya banyak warga yang berkunjung ke Kota Solo. Bukan hanya dari Kota Solo, melainkan juga dari daerah sekitar dan luar provinsi,” kata Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Jumat.
Sejauh ini Gibran getol mempromosikan keberadaan kebun binatang baru tersebut. Salah satunya dengan menempel stiker bertemakan Solo Safari pada mobil dinas yang digunakannya. Dia juga memasang iklan berupa baliho dan video di beberapa daerah, seperti Surabaya, Sidoarjo, Semarang, dan Yogyakarta.
”Pertimbangannya (pemasangan iklan), itu daerah-daerah yang dekat dengan kita. Bisa naik tol. Harapannya gantian mereka yang ke sini. Jangan kita yang ke sana terus,” kata Gibran.
Ketua Yayasan Konservasi Margasatwa Indonesia (YKMI) Agus Santoso menyatakan, keunggulan kebun binatang itu bisa dilihat dari segi desainnya. Kandang berwujud pulau yang berada di tengah-tengah danau, misalnya, diberi nama kawasan Pulau Primata. Di sana, hewan-hewan berjenis primata seolah menempati masing-masing pulau bergantung dengan jenisnya.
Daya tarik wisata lainnya, sebut Agus, berupa restoran bernama Lion Café. Di restoran itu pengunjung bisa menikmati sensasi makan bersama singa. Nuansanya seolah pengunjung sedang berada di Afrika. Antara pengunjung dan singa dipisahkan kaca tebal.
”Tidak banyak kebun binatang yang punya danau dan sistem pulau-pulau. Ini akan menjadi ikon tersendiri. Restorannya juga sangat unik dan akan memberikan pengalaman baru,” kata Agus.
Meski mulai beroperasi, pemugaran Solo Safari belum sepenuhnya selesai. Saat ini pembangunan yang sudah dirampungkan baru fase pertama. Itu pun masih ada beberapa titik yang mesti dituntaskan penggarapannya, seperti Lion Café dan area pujasera. Area jajan makanan itu ditargetkan selesai pertengahan Februari.
Anggaran yang dikucurkan pada pembangunan fase pertama senilai Rp 35 miliar. Menurut rencana, pengerjaan fase kedua dimulai pada Juli. Dana yang dibutuhkan diperkirakan Rp 30 miliar. Fase kedua diperkirakan rampung pada Desember.
”Untuk itu kami batasi dulu. Maksimal 2.000 orang per hari karena infrastrukturnya belum terlalu siap. Binatangnya juga masih adaptasi. Lalu, teman-teman yang akan bantu meng-guide ini masih baru, jadi perlu latihan,” kata Agus.
Dalam kapasitas optimal, kata Agus, kebun binatang itu bisa dikunjungi sampai 4.000 orang. Tiketnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu reguler Rp 45.000 per orang dan premium Rp 75.000 per orang. Untuk tiket premium, pengunjung sekaligus memperoleh akses untuk naik mobil listrik dan mendapat tempat duduk prioritas sewaktu pertunjukan satwa.
Agus mengungkapkan, kebun binatang tersebut bukan sekadar tempat hiburan, melainkan juga area konservasi satwa. Sejauh ini jumlah satwa yang dikonservasi 87 spesies, termasuk satwa endemik dari Indonesia, seperti komodo. Nantinya juga akan coba dilakukan pembiakan satwa langka sebagai upaya konservasi dari lembaga tersebut.