Harga Minyak Goreng Naik, Pemkot Palembang Curiga Ada Permainan Oknum
Dalam sebulan terakhir, harga minyak goreng di sejumlah pasar di Palembang, Sumatera Selatan, terpantau mengalami kenaikan. Padahal, di tingkat distributor, harga minyak goreng tidak naik sejak tiga bulan terakhir.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Dalam sebulan terakhir, harga minyak goreng di sejumlah pasar di Palembang, Sumatera Selatan, terpantau mengalami kenaikan. Padahal, di tingkat distributor, harga minyak goreng tidak naik sejak tiga bulan terakhir. Diduga ada permainan oleh oknum tertentu sehingga terjadi kenaikan harga di tingkat pengecer.
Wakil Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda mengatakan, hasil pemantauan Dinas Perdagangan Kota Palembang menunjukkan, ada kenaikan harga minyak goreng kemasan yang cukup signifikan. Harga minyak goreng kemasan itu mencapai Rp 18.000 per liter. Kenaikan itu terjadi sepanjang Januari 2023.
Padahal, di tingkat distributor, harga minyak goreng kemasan tidak pernah naik sejak tiga bulan terakhir, yakni sekitar Rp 15.200 per liter. Sementara itu, agen minyak curah juga menjual minyak dengan harga Rp 14.200 per liter. Sampai saat ini, tidak ada kelangkaan minyak goreng di Palembang sehingga seharusnya tidak ada kenaikan harga.
Fitrianti memaparkan, selisih harga minyak goreng antara distributor dan pengecer seharusnya hanya Rp 1.000 per liter. Kenyataannya, saat ini selisih harga itu bisa mencapai Rp 3.000 per liter. Praktik ini tentu akan sangat merugikan konsumen.
”Kami akan terus melakukan pemantauan di pasar agar kenaikan harga minyak ini tidak berlanjut,” ujar Fitrianti seusai melakukan inspeksi mendadak di sejumlah distributor minyak, Jumat (27/1/2023).
Fitrianti menambahkan, kenaikan harga komoditas biasanya terjadi menjelang hari besar keagamaan atau saat ada kendala distribusi dan keterbatasan stok. Namun, saat ini, tiga hal tersebut tidak ada sehingga kenaikan yang terjadi dinilai tidak wajar. ”Saya mencurigai adanya oknum yang bermain. Akan kami selidiki apa penyebabnya,” ungkapnya.
Kepala Dinas Perdagangan Palembang Raimon Lauri menyebut penetapan harga minyak eceran tidak boleh terlalu jauh dari harga eceran tertinggi (HET). ”HET untuk minyak goreng sekitar Rp 14.000 per liter. Namun, dari pemantauan kami di pasar, masih ada yang menjual minyak jauh dari itu,” ujarnya.
Saya mencurigai adanya oknum yang bermain. Akan kami selidiki apa penyebabnya. (Fitrianti Agustinda)
Menanggapi kondisi itu, Dinas Perdagangan Palembang akan berkoordinasi dengan distributor dan produsen minyak goreng yang beroperasi di Palembang untuk memastikan tidak ada kenaikan harga di tingkat distributor. ”Kami juga akan terus memantau harga minyak goreng secara berkala di pasar untuk mencegah adanya kemungkinan kecurangan,” tutur Raimon.
Terkait kemungkinan digelarnya operasi pasar atau pasar murah, Raimon berpendapat, hal itu belum perlu dilakukan saat ini. Sebab, dia meyakini, kenaikan harga minyak goreng di tingkat eceran hanya terjadi di beberapa pasar, bukan kenaikan harga secara menyeluruh. ”Operasi pasar baru akan dilakukan menjelang hari raya untuk menstabilkan harga,” ujar Raimon.
Selain minyak goreng, ada beberapa komoditas yang menjadi perhatian saat ini, yaitu beras, daging ayam, dan telur ayam, karena harganya sedikit mengalami kenaikan. ”Kami akan terus pantau agar kenaikan harga komoditas tersebut tidak menular ke komoditas lainnya,” tutur Raimon.
Agen minyak curah di Palembang, Bahar, menuturkan, dirinya tidak berani menjual harga minyak eceran jauh dari HET karena pasti akan diberi sanksi oleh distributor. ”Kami tetap menjual minyak curah Rp 14.100-Rp 14.200 per liter. Harga itu juga menghitung biaya angkut minyak,” ujar agen yang juga menjual minyak ke wilayah Banyuasin hingga Ogan Komering Ilir itu.
Menurut Bahar, sanksi serupa juga diberikan kepada pengecer yang bandel menjual minyak dengan harga tinggi. ”Saya selalu memantau mitra pengecer yang menjual minyak goreng. Tidak boleh ada yang menjual minyak lebih dari Rp 15.000 per liternya. Kalau ada yang bandel, saya akan putuskan hubungan kerja sama,” ujar lelaki yang sudah 15 tahun menjadi agen minyak curah itu.
Bahar mengatakan, sekitar sebulan lalu, distribusi minyak goreng di Palembang agak tersendat. Namun, pada bulan ini, proses distribusi sudah kembali pulih.
Manajer Humas Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan Jodhi Boediono mengatakan, jika harga komoditas terus naik, dikhawatirkan daya beli masyarakat bakal menurun. ”Jika inflasinya tinggi, pertumbuhan ekonomi akan terhambat,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, realisasi inflasi Sumsel pada Desember 2022 tercatat sebesar 5,94 persen (yoy) atau naik 1,83 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar minyak. ”Kami terus berupaya agar tingkat inflasi di Sumsel bisa kembali ke koridornya, yakni 3 persen plus minus 1 persen,” ujar Jodhi.
Beberapa upaya yang dilakukan itu, misalnya, memantau produksi dan distribusi komoditas agar tidak terhambat. Dari sisi produksi, dilakukan upaya meningkatkan jumlah produksi komoditas di daerah-daerah penghasil, terutama untuk komoditas yang rentang bergejolak (volatile food) seperti cabai merah, bawang merah, dan bawang putih.
Dari sisi distribusi, langkah yang ditempuh adalah menggelontorkan subsidi ongkos angkut. Kerja sama antara daerah juga perlu diperkuat. Misalnya, ketika Sumsel defisit cabai, pemerintah juga bisa berkoordinasi dengan daerah sekitar, seperti Jambi, Bengkulu, atau Lampung, untuk mencukupi pasokan yang defisit tersebut.
”Jika upaya ini berjalan baik, diharapkan pada semester II tahun 2023 tingkat inflasi bisa kembali ke koridornya,” kata Jodhi.