Dua Orangutan Diselamatkan 100 Meter dari Landasan Pacu Pesawat
Dua orangutan masuk kawasan bandara dan diamankan tak jauh dari landasan pacu. Keduanya kini dipindahkan ke rumah baru,
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Orangutan betina beserta anaknya masuk ke kawasan Bandar Udara Iskandar Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Mereka terlihat beraktivitas dekat dengan landasan pacu bandara. Keduanya kini dipindahkan ke Taman Wisata Alam Tanjung Keluang.
Kepala Seksi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Pangkalan Bun Dendi Setiadi menjelaskan, pihaknya mendapatkan laporan dari petugas Aviation Security (Avsec) bandara pada Jumat (27/1/2023) pagi. Mereka melihat kedua orangutan itu muncul tak jauh dari landasan pacu.
”Petugas saat itu sedang lari pagi, sekitar pukul 06.00 WIB. Lalu melihat dua orangutan itu dan langsung melapor ke kami. Petugas kami ke lapangan untuk observasi,” kata Dendi.
Hutannya memang luas, tetapi itu kawasan areal penggunaan lain di luar kawasan hutan. (Dendi Setiadi)
Dendi menambahkan, saat petugas ke lokasi, kedua orangutan itu berada 100 meter dari landasan pacu atau runway pesawat terbang. Orangutan betina itu terlihat menggendong anaknya yang berumur tiga tahun yang merupakan orangutan jantan.
Membius
Petugas mendekat, lanjut Dendi, lalu membius orangutan betina agar bisa dibawa ke lokasi yang lebih aman untuk diperiksa kesehatan dan lainnya. ”Kami datang ke lokasi bersama Komandan Lanud Iskandar Pangkalan Bun untuk memeriksa langsung,” ujarnya.
Setelah melalui pemeriksaan kesehatan, kata Dendi, induk dan anak orangutan itu dipindahkan ke Taman Wisata Alam (TWA) Tanjung Keluang yang berjarak lebih kurang 30 kilometer dari lokasi ditemukannya kedua orangutan tersebut.
”TWA Tanjung Keluang juga merupakan kawasan konservasi jadi dilindungi sehingga tempat itu bisa menjadi rumah baru kedua orangutan tersebut,” kata Dendi.
Dendi menambahkan, pihaknya menduga orangutan tersebut datang dari hutan di sekitar Pangkalan Udara (Lanud) Iskandar milik TNI Angkatan Udara. Kawasan itu memang merupakan kawasan dengan populasi orangutan.
Dari data yang dikumpulkan Dendi, setidaknya dari lokasi yang sama pihaknya sudah menyelamatkan tiga orangutan dalam waktu satu minggu belakangan. Tahun lalu pihaknya menyelamatkan satu orangutan dari kawasan itu.
”Hutannya memang luas, tapi itu kawasan APL atau areal penggunaan lain di luar kawasan hutan,” kata Dendi.
Manajer Lapangan Orangutan Foundation International (OFI) United Kingdom Fajar Dewanto menjelaskan, kawasan tempat dua orangutan itu berasal memiliki luas 5.000-6.000 hektar atau 18 kali ukuran area Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Karena masih memiliki tutupan hutan yang baik, tempat itu merupakan habitat berbagai satwa liar termasuk orangutan.
”Tahun lalu kami tidak hanya menyelamatkan orangutan, tetapi juga beruang,” ujar Fajar.
Fajar menjelaskan, sampai saat ini belum ada observasi detail untuk jumlah orangutan atau populasi satwa liar dilindungi lainnya di kawasan tersebut. Kawasan itu bukan merupakan kawasan dilindungi apalagi konservasi karena kawasan tersebut milik TNI Angkatan Udara sehingga perlu dilakukan observasi lebih jauh.
Orangutan dan satwa liar lainnya, lanjut Fajar, memang sering terlihat di kawasan bandara. Hutan di sekitar bandara tidak memiliki koridor satwa untuk menghubungkan mereka ke kawasan dilindungi atau konservasi sehingga mereka masuk ke permukiman bandara.
”Mereka (satwa liar dilindungi) mungkin hanya melintas, di bandara tetapi itu kan jadi gangguan aktivitas bandara dan lanud sehingga harus dipindahkan ke habitat yang baru,” kata Fajar.
Fajar berharap pemerintah bisa melakukan survei detail di hutan di sekitar bandara sehingga bisa mengetahui pasti populasi satwa liar dilindungi. Pihaknya bersama lembaga terkait lainnya bersedia membantu.