Warga Kesulitan Air Bersih, Badan Pengusahaan Batam Janji Tingkatkan Pelayanan
Sekitar 40.000 rumah tangga mengalami kesulitan air bersih selama empat hari di Batam, Kepulauan Riau. Badan Pengusahaan Batam meminta maaf dan berjanji akan meningkatkan pelayanan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Sekitar 40.000 rumah tangga mengalami kesulitan air bersih selama empat hari di Batam, Kepulauan Riau. Badan Pengusahaan Batam meminta maaf dan berjanji akan meningkatkan pelayanan.
Lewat pernyataan tertulis, Kepala Biro Humas, Promosi, dan Protokol Badan Pengusahaan (BP) Batam Ariastuty Sirait, Kamis (26/1/2023), menyatakan, saat ini suplai air di Kecamatan Batam Kota dan Nongsa, yang pada 20-23 Januari terganggu, telah kembali mengalir. Ia meminta maaf karena gangguan suplai air bersih telah menganggu aktivitas warga selama empat hari.
"Pada 24 Januari, Kepala BP Batam Muhammad Rudi telah mengadakan pertemuan dengan jajaran Badan Usaha Pengelola Air Minum Batam untuk mengantisipasi permasalahan serupa," kata Ariastuty.
Batam tidak memiliki sungai dan cadangan air tanah sebagai sumber air bersih. Oleh karena itu, akses air bersih warga bergantung sepenuhnya dari instalasi pengolahan air bersih di enam waduk penampung hujan.
Terganggunya suplai air bersih warga pada 20-23 Januari disebabkan kerusakan variable speed drive (VSD), alat semacam pompa, di instalasi pengolahan air Waduk Duriangkang. Waduk Duriangkang merupakan sumber air bersih yang terbesar dan paling vital di Batam.
Menurut Ariastuty, kerusakan VSD itu mengakibatkan suplai air bersih ke 40.000 rumah pelanggan terganggu. Dengan estimasi satu rumah dihuni empat orang, berarti ada lebih kurang 160.000 warga yang selama empat hari mengalami kesulitan air bersih.
Dian (37), warga Kecamatan Batam Kota, Senin (23/1/2023), mengatakan, dirinya harus membeli sedikitnya enam air galon per hari untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK). Ia membeli air dengan harga Rp 5.000-Rp 11.000 per galon.
”Sekarang satu hari habis sekitar Rp 50.000 untuk beli air. Itu mahal sekali karena biasanya tagihan air satu bulan hanya Rp 40.000,” katanya.
Terganggunya suplai air bersih warga pada 20-23 Januari disebabkan kerusakan variable speed drive (VSD), alat semacam pompa, di instalasi pengolahan air Waduk Duriangkang.
Dian tinggal di Perumahan Griya Panorama Permai, Kelurahan Belian, Kecamatan Batam Kota. Di lokasi tersebut, hampir semua warga meletakkan ember, drum, dan panci di depan rumah untuk menampung air hujan.
Ketua RW 022 Griya Panorama Permai, Hendri, mengatakan, banyak warga dari permukiman lain yang sampai harus mengambil air dari kubangan di sekitar Bandara Hang Nadim. Segala cara dilakukan warga untuk mendapatkan air supaya kebutuhan MCK terpenuhi.
Menanggapi hal itu, Ariastuty menyatakan, Batam sebenarnya tidak kekurangan air bersih. Sejumlah instalasi pengolahan air di enam waduk yang ada mampu menyuplai air sebanyak 3.610 liter per detik. Kemampuan suplai air itu masih lebih tinggi ketimbang kebutuhan air bersih 1,22 juta warga Batam, yakni 3.259 liter per detik.
Dalam waktu dekat, BP Batam juga akan menambah instalasi pengolahan air baru di Waduk Duriangkang dan Waduk Mukakuning. Dua instalasi pengolahan baru tersebut dirancang mampu menghasilkan air baku hingga 750 liter per detik.
“Sekitar 88 persen warga Batam telah menikmati layanan air secara optimal,” Kata Ariastuty.
Sisanya, sekitar 146.000 warga Batam di 23 lokasi belum terlayani secara maksimal karena tempat tinggal mereka berada di daerah dengan elevasi tinggi. Menurut Ariastuty, daerah yang letaknya tinggi tersebut sulit mendapat suplai air lewat jaringan pipa.