Lewat Durian, Kalbar Mengembangkan Ekonomi Tanpa “Melukai” Bumi
Kalimantan Barat yang genap berusia 66 tahun pada Sabtu (28/1/2023) ini memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Salah satunya adalah durian, dimana plasma nutfah durian unggulan berada di tengah hutan provinsi ini.
Sebagian warga di Kalimantan Barat bersemangat mengembangkan potensi ekonomi di sekitar mereka, salah satunya pembibitan durian. Meskipun tidak mudah, mereka terus mencoba mengembangkan ekonomi tanpa “melukai” Bumi. Mereka ingin di usia ke 66 tahun ini, tanah tempat mereka hidup, Kalimantan Barat, kian membaik.
Libertus (42), warga Kelurahan Nyarumkop, Kecamatan Singkawang Timur, Kota Singkawang, Kalimantan Barat, menunjukkan bibit durian (Durio zibethinus) di belakang rumahnya, Kamis (19/1/2023). Ia mengembangkan bibit durian miliknya yang juara kontes durian.
Pada Festival Durian, September tahun lalu di Singkawang, durian milik Libertus yang ia beri nama durian botak dan durian puncak meraih juara pertama. Pasca festival, ia semakin bersemangat mengembangkan pembibitan dari pohon induk tunggalnya, agar durian lokal berkualitas unggul memiliki duplikasi.
Libertus menggunakan berbagai metode pembibitan termasuk sambung pucuk yang ia pelajari dari para peneliti. Ia juga terus mengasah kemampuannya dengan mencari metode lainnya dari media sosial.
“Sudah ada 600-700 batang durian botak dan puncak yang saya bibitkan. Saya yakin ini bisa menjadi penopang ekonomi ke depan, meski tantangan juga tidak mudah terutama masalah cuaca yang semakin sulit ditebak,” kata Libertus.
Saat musim durian tahun lalu, penghasilan kotor dari penjualan durian sekitar Rp 30 juta dan bersihnya sekitar belasan juta. Dari penghasilan itu, bisa dipergunakan untuk kebutuhan hidupnya selama masa panen durian. “Teras itu saya bangun dari hasil jual buah durian tahun lalu,” kata Libertus menunjukkan teras rumahnya yang baru direnovasi.
Semangat yang sama ditunjukan Sumarly (48), warga Kelurahan Pajintan, Kecamatan Singkawang Timur. Sumarly merupakan pemilik durian salak. Durian salak meraih juara kedua pada kontes durian September tahun lalu di Singkawang.
Di sekitar rumahnya tampak tunas-tunas durian yang ia kembangkan mulai tumbuh, Kamis (19/1). Sejauh ini bibit durian salak yang ia kembangkan lebih dari 100 batang. Setelah kontes lalu, ia langsung mengembangkannya.
“Dari kontes tahun lalu, saya jadi tahu bahwa durian salak memiliki kualitas unggul,” kata Sumarly.
Menurut Sumarly, beberapa bulan terakhir warga lainnya yang juga memiliki pohon durian bersemangat merawat durian di tanah masing-masing. Ada warga yang memupuk dan membersihkan sekitar pohon durian.
“Mereka juga ingin ikut kontes. Sebab ketika menang kontes nilainya akan tinggi,” ujarnya lagi.
Durian sangat memiliki arti dalam kehidupan warga Kalbar. Dalam setahun, durian memang hanya satu hingga dua kali panen. Namun nilainya sangat membantu perekonomian masyarakat.
Musim durian tahun lalu saja dari penjualan buah durian, Sumarly mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp 20 juta. Bahkan, menurut dia ada penghasilan warga yang mencapai ratusan juta rupiah kala panen durian di hutan.
Baca juga : Menjaga Durian Masa Depan dari Generasi ke Generasi
Karena itu mereka bersemangat mengembangkan bibit durian. Bibit durian yang telah mereka kembangkan akan ditanam di tanah-tanah milik mereka, salah satunya kawasan tembawang. Tembawang merupakan bagian dari hutan adat yang secara historis pernah dijadikan ladang dan didiami penduduk khususnya masyarakat Dayak.
Kawasan itu kini menjadi hutan karena dilestarikan dengan ditanami biodiversitas lalu diwariskan turun-temurun. Di tembawang itulah plasma nutfah durian dan biodiversitas tanaman dan hewan lokal terjaga.
Salah satu tembawang yang memiliki plasma nutfah durian terbaik ada di Sanggau. Yayasan Durian Nusantara dan sejumlah peneliti menemukan durian berkualitas tinggi yang diberi nama durian si blih di Kabupaten itu, tepatnya di Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, perbatasan Indonesia-Malaysia. Durian si blih dalam banyak aspek mengungguli durian dari Malaysia, yakni musang king dan duri hitam.
Berdasarkan data Unit Pelaksana Tugas Pengawasan dan Sertifikasi Benih Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, si blih hanyalah satu dari 10 jenis varietas durian unggul Kalbar. Delapan varietas unggul lainnya juga didapati di Kabupaten Sanggau.
Koordinator Lapangan Sekretariat Komunitas Tiong Kandang, Marselus Yopos (52), menambahkan kekayaan plasma nutfah terjaga berkat berkat nenek moyang mereka yang menjaga alam sejak lampau. Generasi kini terus menjaga dan menanaminya dengan beragam potensi ekonomi termasuk buah-buahan.
Ketua Yayasan Durian Nusantara Mohamad Reza Tirtawinata, menuturkan, kekayaan buah-buahan khas Kalbar sebenarnya tidak ternilai. Jika ada pekebun skala besar, sangat dimungkinkan durian kalbar bisa diekspor ke Malaysia. Kesempatan itu sangat terbuka dan nilai komersilnya pun tinggi. “Kawasan durian bisa juga untuk wisata agro, sehingga masyarakat di sekitarnya menikmati aliran ekonomi,” ujar Reza.
Dari sisi lingkungan, durian pun sangat bisa diandalkan karena bisa menopang keseimbangan hutan alam.
Yang perlu diperhatikan oleh pemerintah setempat adalah kepedulian terhadap durian yang menjadi keunggulan daerah ini. Setelah kontes durian digelar, perlu ditindaklanjuti dengan penyuluhan. Petani yang semangat hendaknya didampingi dengan memperbanyak pembibitan. Di mana ada kontes, di situ dilakukan pelatihan bembuatan bibit agar lebih banyak lagi warga yang bersemangat.
Baca juga : Durian, ”Harta Karun” Terpendam di Rimba Kalimantan
Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak Eddy Suratman, menambahkan, pemangku kebijakan juga harus membantu para petani durian menemukan pasar dan menjaga stabilitas harga. Kedepan bisa dilakukan dengan pengembangan industri yang menggunakan durian untuk bahan baku produk tertentu.
Pemangku kebijakan juga perlu membantu para petani durian mengembangkan kemasan dan memperkuat branding durian unggul lokal termasuk di media sosial.
Potensi besar
Ketika berbicara tentang potensi Kalimantan Barat, durian hanyalah bagian kecil dari kekayaan hutan provinsi yang berulang tahun ke-66 pada 28 Januari ini. Ketua Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Nasional Stefanus Masiun, menuturkan, dalam penelitiannya di hutan adat Riam Batu, Kabupaten Sintang, pada 2021, hutan adat memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat ketika tetap lestari sebagaimana adanya dengan segala keanekaragamannya. Penelitian itu ia tuangkan dalam disertasinya.
Nilai ekonomi total yang terdiri dari nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai bukan guna, mencapai Rp 2,9 triliun per tahun. Melestarikan hutan dengan segala keragaman buah-buahan hutan bahkan bisa memakmurkan rakyat dari berbagai sisi kehidupan.
Hutan yang dieksploitasi nilai kayunya tidak lebih dari Rp 600 miliar
Beberapa manfaatnya adalah menjadi sumber nutrisi masyarakat sekitar, pusat tanaman obat, menjaga sumber daya air, mengembangkan perikanan budi daya, wisata, hingga menghasilkan sumber energi listrik.
Manfaat lain adalah adanya kemandirian pangan dan sebagai pencegah bencana. Bandingkan jika hutan dialihfungsikan atau dieksploitasi. Hutan yang dieksploitasi nilai kayunya tidak lebih dari Rp 600 miliar. Jika dialihfungsikan misalnya untuk perkebunan juga muncul biaya yang tidak diperhitungkan para pengusaha, yaitu biaya konflik.
Pemerintah Provinsi Kalbar menyadari potensi itu. beberapa langkah sudah dilakukan agar potensi hasil hutan terutama durian terus berkembang. Gubernur Kalbar Sutarmidji, menuturkan, kontes-kontes yang kerap dilakukan di daerah sebagai upaya mempertahankan potensi buah-buah lokal. Dengan demikian diharapkan masyarakat menjaga dan mengembangkan potensi.
Kedepan negara atau daerah yang mampu menjaga lingkungan dan memanfaatkan lingkungan dengan seimbang, itulah yang akan menguasai ekonomi
Pengembangan yang mulai terlihat hasilnya adalah pembibitan durian serumbut. Saat ini sudah ada 15.000 bibit serumbut yang dikembangkan, termasuk di salah satu hutan adat di Kalbar. Harga bibitnya kini di atas Rp 200.000 per batang pasca mengikuti kontes. Bisnis pembibitan ini bisa mendongkrak pendapatan warga lokal.
Pangsa pasar durian di dunia internasional juga terbuka. Pada 2021 Kalbar mengekspor lebih dari 100 ton pasta durian ke Taiwan, China, dan Hongkong untuk bahan baku es krim. Upaya pengembangan durian Kalbar pun fokus pada ekspor. "Kedepan negara atau daerah yang mampu menjaga lingkungan dan memanfaatkan lingkungan dengan seimbang, itulah yang akan menguasai ekonomi," kata Sutarmidji.
Apa yang dilakukan petani durian di Kalbar memberikan contoh bagaimana mengembangkan ekonomi dengan bijak tanpa harus “melukai” Bumi. Apalagi, akhir-akhir ini bencana kerap melanda bukan semata karena perubahan iklim, melainkan karena mengabaikan fungsi hutan.