Gibran Beri Bocoran, Kaesang Ingin Maju ke Eksekutif
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, yang juga kakak kandung Kaesang Pangarep, mengaku telah merestui keinginan adiknya. Ia memberikan bocoran bahwa sang adik akan bersaing untuk jabatan eksekutif.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Isu mengenai ketertarikan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, pada dunia politik terus berkembang. Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, yang juga kakak kandung Kaesang, mengaku merestui keinginan adiknya. Ia juga memberikan bocoran bahwa sang adik akan bersaing untuk jabatan eksekutif.
Adapun ketertarikan Kaesang disampaikan di sela-sela liburan bersama keluarganya, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (23/1/2023). Itu pertama kalinya Kaesang memberikan pernyataan secara langusng. Presiden Joko Widodo dan Gibran pun sama-sama merasa terkejut.
”Eksekutif. Wis tak bocori kui (sudah saya beri bocoran itu),” kata Gibran saat ditanyai soal kelanjutan rencana karier politik Kaesang, di Kota Surakarta, Rabu (25/1/2023).
Hanya saja, Gibran belum membeberkan kapan tepatnya Kaesang benar-benar terjun dalam ranah perpolitikan. Sebagai kakak, ia mendoakan yang terbaik bagi adiknya. Pihaknya mempersilakan warga untuk menilai Kaesang sebagaimana mestinya.
Namun, dalam pandangannya, Kaesang mampu bekerja dengan baik. Bukti kerja tersebut bisa dilihat pada kiprah Kaesang selama mengurus Persis Solo. Klub kebanggaan wong Solo yang awalnya berada di kasta kedua itu berhasil meraih promosi sewaktu dipimpin putra bungsu Presiden Jokowi itu.
Soal daerah yang dituju Kaesang, Gibran enggan membeberkannya. Begitu pula dengan partai politik yang akan diikutinya. Semua keputusan karier politik berada di tangan Kaesang sendiri. Tidak dipermasalahkan juga jika nantinya partai politik yang diikuti Kaesang berbeda dengan Gibran dan Jokowi.
”Silakan, Kaesang saja yang memutuskan. Beda partai boleh, independen boleh. Semua (partai) bagus. Bergantung nanti dia (Kaesang) memilih kota apa,” kata Gibran.
Semua, kan, ikut kompetisi. Bisa menang, bisak alah. Kan, enggak ada keharusan juga memilih Kaesang. Kaesang juga nanti tidak ditunjuk begitu saja.
Di sisi lain, besar kemungkinan terbentuknya opini publik mengenai isu dinasti politik dari keluarga Presiden Jokowi jika kelak Kaesang menerjunkan diri ke dunia politik. Seolah nama besar Jokowi membuat Kaesang menjadi politisi. Terlebih terdapat anggota keluarganya juga menjabat sebagai kepala daerah. Selain Jokowi dan Gibran, masih ada suami dari Kahiyang Ayu, anak kedua Jokowi, yaitu Bobby Nasution, yang kini masih berstatus sebagai Wali Kota Medan.
Bagi Gibran, kontestasi politik melalui proses pemilihan. Tidak begitu saja menjadi kepala daerah. Risiko menang dan kalah bisa dialami pihak-pihak yang berkontestasi. Selain itu, tak ada desakan untuk memilih calon tertentu mengingat setiap pemilih mempunyai kebebasan masing-masing.
”Semua kan ikut kompetisi. Bisa menang, bisa kalah. Kan, enggak ada keharusan juga memilih Kaesang. Kaesang juga nanti tidak ditunjuk begitu saja,” kata Gibran.
Dinasti politik
Dihubungi terpisah, Abdul Hakim, pakar psikologi politik dari Universitas Sebelas Maret, meyakini, sisi ketokohan Jokowi akan sangat berpengaruh atas keterpilihan Kaesang kelak. Hal itu dikarenakan aspek kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan yang dipimpin Jokowi terhitung tinggi. Oleh karena itu, tidak mustahil bagi Kaesang untuk memenangi kontestasi politik kelak.
Presiden Joko Widodo menyambut Agus Harimurti Yudhoyono yang didampingi Annisa Pohan menghadiri Peringatan Detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8/2019) pagi.
Yang perlu dijadikan catatan, lanjut Hakim, pelabelan soal dinasti politik pada keluarga Jokowi tak terelakkan. Lebih-lebih jika Kaesang nanti memilih karier lanjutan sebagai politisi. Pelabelan tidak bisa hilang begitu saja meski mekanisme politik tetap melalui proses pemilihan umum.
”Walau alasannya toh masyarakat memilih, lalu mementingkan kinerjanya, kritik-kritik soal dinasti politik tetap akan muncul. Selain bersifat praktis, politik juga mempunyai sisi etis. Ini (etis) yang akan tercederai jika Kaesang terjun ke politik,” kata Hakim.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Wawan Mas’udi memandang keinginan Kaesang memasuki kancah perpolitikan dapat dimaknai sebagai upaya pemanfaatan momentum. Memang, Kaesang berstatus sebagai putra bungsu Jokowi. Sisi kepopuleran Jokowi bisa dipastikan bakal memiliki limpahan elektoral bagi Kaesang.
Namun, Kaesang juga memiliki modal politik lain. Ia juga dekat dengan tokoh-tokoh politik nasional lainnya. Tak terkecuali menteri-menteri yang dipimpin Jokowi. Salah satunya ialah Menteri BUMN Erick Thohir, yang kini tengah mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI. Sekarang tinggal bagaimana Kaesang memanfaatkan keuntungan elektoral dari kedekatan-kedekatan yang dimilikinya.
”Politik itu soal momentum. Dan, momentum dalam politik sering kali tidak datang dua kali. Momentum politik sering kali hanya sekali datang. Kalau tidak diambil pasti akan terlewat. Kalau diambil mungkin akan bisa membawa kesuksesan politik,” kata Wawan.