Upaya penanganan dampak bencana tanah longsor di Desa Sumurup, Bendungan, Trenggalek, Jatim, yang terjadi pada 18 Oktober 2022 terus dipercepat. Salah satunya pembangunan hunian tetap bagi para penyintas.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
Pembangunan hunian tetap atau huntap bagi para penyintas bencana tanah longsor di Desa Sumurup, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mengembalikan optimisme warga. Pembangunan huntap itu diharapkan dapat memulihkan kehidupan warga terdampak longsor.
Pembangunan huntap tersebut berada di Desa Sumurup, Kecamatan Bendungan. Tempat permukimannya dinamakan Kampung Indah Permai (KIP). Adapun proses peresmian dilakukan Senin (23/1/2023) yang ditandai dengan pemotongan tumpeng dan pengguntingan untaian melati oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa didampingi Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin dan Kepala Pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto.
Dalam sambutannya, Khofifah mengatakan, terbangunnya huntap milik masyarakat terdampak longsor tersebut merupakan hasil sinergi dan kolaborasi berbagai jajaran pemerintah, terutama Pemprov Jatim dan Pemkab Trenggalek. Kontribusi masyarakat lokal termasuk pemerintah desa juga sangat signifikan.
”Ada daerah terdampak dan (daerah) berisiko tinggi. Jika ditempati, (daerah itu) memiliki risiko karena masih ada potensi tanah gerak atau longsor dan banjir. Maka, ada beberapa solusi yang bisa segera kita lakukan. Kebetulan saja Pak Bupati menyampaikan dan pemprov di sini memiliki lahan (sehingga) bisa langsung digunakan untuk relokasi,” ujar Khofifah.
Jumlah total korban bencana longsor mencapai 50 keluarga. Namun, jumlah huntap yang dibangun saat ini 29 rumah dengan biaya mencapai Rp 1,45 miliar. Dana tersebut bersumber dari anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) APBD Pemprov Jatim Tahun 2022. Jika dikalkulasikan, biaya pembangunan setiap huntap rata-rata Rp 50 juta.
Khofifah mengatakan, dari jumlah total 29 unit tersebut, 25 unit rumah didirikan di lahan relokasi. Adapun sisanya, empat rumah, dibangun di lahan milik sendiri. Di depan lokasi huntap masih ada sisa lahan yang bisa digunakan sebagai sarana penguatan ekonomi masyarakat sekitar.
”Jadi berdasarkan (hasil) diskusi, (lahan) ini akan digunakan sebagai kandang komunal atau kandang bersama baik bagi mereka yang ada di huntap KIP maupun masyarakat yang ada di Desa Sumurup,” katanya.
Dengan adanya pemanfaatan lahan secara bersama-sama, kata Khofifah, sinergitas di antara warga akan semakin erat sehingga bisa mendorong kegiatan ekonomi yang lebih produktif. Terkait desain pembangunan kandang komunal, mantan Menteri Sosial RI tersebut menyerahkannya kepada Pemkab Trenggalek.
”Nanti tergantung dari Pak Bupati merancangnya bagaimana. Apakah warga lebih senang membangun kandang sapi atau kambing. Jadi insya Allah akan menjadi satu paket, selain ada hunian tetap juga ada program penguatan ekonomi untuk masyarakat,” ujar Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama ini.
Menurut Khofifah, pemilihan nama Kampung Indah Permai sangat cocok bagi lokasi huntap. Alasannya, kampung tersebut memiliki pemandangan yang indah dan permai. Oleh karena itulah, dia berharap masyarakat penyintas bencana longsor betah tinggal di lokasi relokasi. Selain itu, mereka bisa hidup tenang, aman, nyaman, dan taraf hidupnya semakin baik.
Pada saat bersamaan, Khofifah mengimbau masyarakat untuk terus waspada dan melakukan mitigasi awal terhadap suatu bencana. Hal itu penting karena Jawa Timur masuk dalam kategori area ring of fire atau cincin api. Adapun potensi bencana yang diwaspadai antaralain tanah gerak, longsor, gempa, dan erupsi gunung api.
Sementara itu, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menyampaikan rasa terima kasihnya atas perhatian serta gerak cepat Pemprov Jatim dalam memberikan solusi terhadap bencana tanah gerak dan longsor di wilayahnya. Menurut dia, bangunan huntap tersebut sudah layak huni karena telah dilengkapi dengan fasilitas listrik, air yang bersumber dari PDAM, dan saluran pembuangan limbah domestik.
”Masyarakat sudah mulai menempati huntap, bahkan mereka sudah punya rencana terutama yang dapat rumah di bawah. Bisa dijadikan lahar parkir dan tempat menyimpan gabah,” ujar Cak Ipin, panggilan akrab Bupati Trenggalek.
Nur Arifin mengatakan, meski pembangunan huntap sudah selesai, masih ada tugas yang harus dilakukan oleh Pemkab Trenggalek. Salah satunya mencari lahan dan mendirikan huntap untuk warga terdampak bencana yang masih belum direlokasi.
”Kami sedang upayakan untuk mencari lahan dengan sinergi bersama Baznas. Kemarin ada donasi senilai lebih kurang Rp 891 juta itu nantinya sebagian akan kita belikan tanah. Tentunya tidak dengan mengurangi jumlah hutan di Trenggalek,” ujarnya.
Dia mengapresiasi respons cepat Pemprov Jatim saat pihaknya mengajukan lahan untuk relokasi. Permohonan itu langsung direspons dengan menghibahkan lahan pemprov seluas 4.500 meter persegi. Pemprov Jatim juga berkomitmen merelokasi keseluruhan rumah warga yang terdampak bencana sebanyak 50 rumah tangga dengan memberikan fasilitas pinjam pakai untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.
Salah seorang warga yang terdampak longsor dan tanah gerak, Wiwin (27), mengaku sangat terbantu dengan adanya bantuan hunian tetap. Warga yang tinggal bersama suami dan dua anaknya itu sempat bingung saat bencana merusak rumahnya. Dia tidak tahu harus mengungsi di mana supaya aman.
”Rasanya tidak karu-karuan ketika ada bencana itu. Apalagi saya tidak tahu harus mengungsi ke mana. Tapi lalu ibu gubernur datang mengunjungi dan memberi tempat relokasi yang aman. Sekarang dengan adanya rumah ini kami juga bisa lebih tenang di sini,” ujar Wiwin.
Penyintas lain, Warji (51), mengatakan, rumahnya dulu hanya terdampak longsor ringan tetapi berada di lokasi rawan bencana. ”Alhamdulillah, saya dapat rumah di sini. Saya sangat tenang dan nyaman. Semoga juga rumah ini tetap aman dan membawa rezeki bagi kami yang menghuninya,” ujarnya.