Teknologi Modifikasi Cuaca Berhasil Halau Cuaca Ekstrem di Sulsel
Sulawesi Selatan berhasil menghalau cuaca ekstrem dengan teknologi modifikasi cuaca. Selama 11 hari, awan potensial yang mengarah ke daratan dihalau ke atas Selat Makassar sehingga meminimalkan hujan di daratan.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Teknologi modifikasi cuaca atau TMC yang dilakukan selama 11 hari di Sulawesi Selatan dinilai berhasil menghalau cuaca ekstrem. Selama pelaksanaan TMC, sebanyak 16.500 kilogram bahan semai ditebar untuk menghalau awan potensial dari daratan ke atas wilayah perairan Selat Makassar.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulsel Amson Padolo mengatakan, TMC dilakukan sejak Kamis (12/1/2023) hingga Minggu (22/1/2023).
”Data yang dirilis pada awal Januari menyebut, tanggal 12-21 Januari di Sulsel berada pada zona ekstrem. Sesuai hasil TMC, kita mampu melewati cuaca ekstrem sehingga bahaya terkait bencana hidrometeorologi dapat kita hindari,” kata Amson, Senin (23/1/2023).
Menurut Amson, selama proses TMC, penerbangan penyemaian diarahkan di sisi barat laut, barat, dan barat daya selatan Sulsel untuk menghalau awan-awan potensial yang mengarah ke daratan. Awan-awan potensial tersebut diarahkan menuju ke atas perairan Selat Makassar sehingga dapat mengurangi jumlah curah hujan yang masuk ke daratan.
Proses TMC menggunakan pesawat Cessna Grand Caravan 208 dengan registrasi PK-SNM. Setiap hari, pesawat ini terbang hingga tiga kali dengan durasi dua jam sekali terbang. Dalam sekali terbang, pesawat membawa 800-1.000 kilogram bahan semai.
Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Rustian mengatakan, TMC dilakukan berdasarkan data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dengan mencermati cuaca dan awan.
”Tergantung dari situasi (berapa banyak bahan semai yang dibawa). Kalau kajiannya, bisa 900 kilogram sampai 1 ton per penerbangan. Minimal 800 kilogram,” kata Rustian.
Sebelumnya, Senin (9/1/1023), Kepala BMKG Wilayah IV Makassar Irwan Slamet mengatakan, selama minggu kedua hingga ketiga bulan ini, hujan deras diperkirakan masih akan terjadi di Sulsel. Hujan diprediksi meluas ke wilayah seperti Palopo, Luwu, Toraja, dan Enrekang selain Sidrap dan Parepare.
”Kelihatannya bergerak ke arah Luwu dan sekitarnya. Hujan ini akan disertai kilat, petir, dan angin kencang. Kami belum bisa memprediksi apakah puncak curah hujan sudah berlalu. Yang pasti, pada 16 Januari nanti, akan ada awan yang merata berada di atas seluruh wilayah Sulsel,” kata Irwan.
Namun, setelah TMC dilakukan, selama lebih dari sepekan terakhir, Makassar dan sekitarnya minim hujan. Hanya sesekali turun hujan, tetapi intensitasnya ringan dan tak berlangsung lama.
Pelaksana Harian Sekretaris Provinsi Sulsel Aslam Patonangi mengatakan, selama periode 22 Desember 2022 hingga 7 Januari 2023, bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir rob, longsor, dan angin kencang melanda setidaknya 19 dari 24 kabupaten/kota di provinsi tersebut.
”Bencana hidrometeorologi ini berdampak pada 26.262 keluarga yang meliputi 60.948 jiwa. Sebanyak 1.168 rumah rusak, di antaranya 190 rumah rusak berat, 201 rumah rusak sedang, dan selebihnya rusak ringan. Ini belum termasuk korban meninggal dan kerusakan infrastruktur dan berbagai fasilitas,” kata Aslam.
Kita mampu melewati cuaca ekstrem sehingga bahaya terkait bencana hidrometeorologi dapat kita hindari. (Amson Padolo)
Berdasarkan catatan Kompas, bencana longsor pada Desember 2022 hingga awal Januari 2023 telah menyebabkan 11 korban meninggal di Maros dan Gowa. Di Makassar, juga ada dua warga meninggal tertimpa pohon, sedangkan di Maros terdapat dua korban meninggal akibat banjir.
Sementara itu, di Kepulauan Selayar, sebanyak enam korban kapal tenggelam belum ditemukan hingga sekarang.