Pendeta dan Pastor Harus Waspadai Tarikan Politik 2024
Para pemuka agama diminta untuk mulai mewaspadai potensi tarikan-tarikan kepentingan politik untuk Pemilu 2024. Mereka diminta untuk tetap fokus pada tugasnya melayani umat.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Para pemuka agama Kristen dan Katolik diharapkan mulai mewaspadai potensi tarikan-tarikan politik yang rawan terjadi di masa sekarang. Para pendeta, pastor, hingga suster diminta untuk tetap ingat, berada pada posisi serta tugasnya melayani umat, dan tidak terseret pada kepentingan politik praktis.
”Para pemuka agama harus tetap berada pada tugasnya sebagai gembala umat. Jangan sampai membuat umat terpecah belah karena politik dan jangan sekalipun sengaja menggunakan agama untuk memecah-belah kebersamaan jemaat,” ujar Romo Vikaris Episkopal Kevikepan Kedu, Romo Antonius Dodit Haryono Pr, Senin (23/1/2023) malam.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Romo Dodit menyampaikan pesan itu dalam sambutannya pada acara Ibadat Ekumene yang digelar di Gereja St Mikael di Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ibadat Ekumene adalah ibadat rutin tahunan yang digelar untuk menguatkan jalinan persaudaraan antara umat Katolik dan Kristen, sebagai sesama umat Kristiani, pengikut Yesus Kristus.
Ibadat Ekumene tersebut dihadiri oleh sekitar 600 umat Katolik dan Kristen dari lima gereja Katolik paroki yang ada di Kota dan Kabupaten Magelang, serta 47 gereja. Acara tersebut juga dihadiri tujuh romo, 25 pendeta, perwakilan dari umat Buddha, dari penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, perwakilan dari Forum Kerukunan Antar-Umat Beragama (FKAUB) Magelang, perwakilan dari kantor Kementerian Agama Kota serta Kabupaten Magelang, serta dihadiri pula oleh perwakilan dari Akademi Militer Magelang.
Romo Dodit menuturkan, dalam politik, yang abadi hanyalah kepentingan. Karena kepentingan tertentu itulah bentuk persaudaraan dan persekutuan bisa berubah. Salah satu contoh bentuk perubahan ini, menurut dia, juga terjadi dalam kisah yang terjadi pada Yesus dengan kaum Farisi dan Herodian.
Kaum Farisi dan Herodian adalah dua kelompok yang selalu bermusuhan. Namun, karena sama-sama menganggap Yesus sebagai musuh, maka dua kelompok ini akhirnya bekerja sama untuk menyingkirkan Yesus.
Gereja Katolik sendiri juga secara tegas melarang pemuka agamanya untuk terlibat dalam politik praktis. Keterlibatan dalam politik diyakini akan secara otomatis berimbas pada bentuk pelayanan. Hal itu membuat mereka sulit untuk berlaku adil dan akan cenderung membeda-bedakan umat, dengan melihat apakah pilihan partai politiknya sama dengan partai pilihan tokoh agama tersebut atau tidak.
Agama sendiri rawan menjadi alat yang dipakai untuk kepentingan politik. Dengan mempertimbangkan kondisi itulah, para pemimpin agama diminta untuk tetap berhati-hati dan waspada.
Lebih jauh, dia pun meminta agar semua orang, termasuk umat, juga mau saling bekerja sama, bersinergi untuk terus rukun dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. ”Mari kita bersama-sama mewujudkan Indonesia damai,” ujarnya.
Ketua Komisi Hubungan antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Kedu Romo Christophorus Sutrasno Purwanto Pr mengatakan, ibadat bersama ini bertujuan semakin menguatkan ikatan antara gereja Katolik dan Kristen. Umat Katolik dan Kristen, menurut dia, sebenarnya berada dalam perjalanan bersama menjalankan tugas perutusan untuk menyelamatkan umat manusia.
Dia mengungkapkan, perjalanan sebenarnya adalah hal yang bisa dilakukan sendirian. Namun, perjalanan bersama-sama dengan rekan akan jauh lebih menyenangkan dan meringankan. Oleh karena itu, kerja sama dan keberadaan orang lain sebagai teman seperjalanan tetap dibutuhkan.
Penyelenggara Kristen Kantor Kementerian Agama Kota Magelang, Slamet Santoso, mengingatkan bahwa persatuan dan kesatuan, kerukunan masyarakat, termasuk antarumat beragama, adalah hal yang sangat penting untuk terus dijaga. Sebab, kerukunan bangsa menjadi landasan dasar agar pembangunan tetap bisa berjalan lancar.