Perayaan Imlek di Surabaya, Warga Dihibur Barongsai dan Leang Leong
Perayaan Imlek di Surabaya dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai, leang leong, dan wayang potehi. Ratusan warga pun antusias menyaksikan atraksi budaya yang menjadi simbol keberagaman masyarakat Indonesia itu.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Atraksi leang leong atau tari naga oleh kalangan atlet sasana Wushu Lima Naga untuk menghibur warga di Balai Pemuda atau Alun-Alun Surabaya, Jawa Timur, pada malam tahun baru Imlek 2574 Kongzili, Sabtu (21/1/2023). Pemerintah Kota Surabaya meminta kelompok atau sasana barongsai dan leang leong menyuguhkan atraksi sebagai hiburan untuk masyarakat luas.
SURABAYA, KOMPAS — Perayaan Imlek 2574 Kongzili di Surabaya, Jawa Timur, dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai, leang leong, serta wayang potehi. Ratusan warga pun antusias menyaksikan atraksi budaya yang menjadi simbol keberagaman masyarakat Indonesia tersebut.
Berdasarkan pantauan Kompas, Sabtu (21/1/2023) petang, lebih dari 500 warga mengunjungi Balai Pemuda atau Alun-alun Surabaya. Mereka tampak menikmati aneka hiburan yang digelar untuk memeriahkan perayaan Imlek tersebut.
”Saya ke sini dengan istri dan dua anak kami untuk menikmati hiburan. Anak-anak senang lihat barongsai dan leang leong,” kata Supriyadi (35), warga Benowo, Surabaya, yang datang ke Balai Pemuda dengan bersepeda motor.
Supriyadi menuturkan, dirinya mendapat informasi dari media sosial bahwa Pemerintah Kota Surabaya mengadakan atraksi barongsai, leang leong atau tari naga, serta wayang potehi untuk memeriahkan perayaan Imlek. Kurir jasa ekspedisi itu kemudian memutuskan mengajak keluarganya untuk menikmati beragam atraksi tersebut.
”Habis dari sini, mungkin mau mengajak anak-anak ke kelenteng supaya mereka tahu bagaimana budaya warga Surabaya yang merayakan Imlek,” kata Supriyadi yang mengajak dua anak lelakinya itu.
Suguhan atraksi barongsai oleh Wushu Lima Naga untuk menghibur warga di Balai Pemuda atau Alun-alun Surabaya, Jawa Timur, pada malam Tahun Baru China atau Imlek 2574 Kongzili, Sabtu (21/1/2023). Pemerintah Kota Surabaya meminta kelompok atau sasana barongsai dan leang leong menyuguhkan atraksi sebagai hiburan untuk masyarakat luas.
Warga lainnya, Theresia (30), mengaku datang bersama suami dan anak kembar mereka untuk menikmati hiburan di Balai Pemuda. ”Senang sekali aktivitas hiburan budaya telah pulih di Balai Pemuda sehingga patut dikenalkan kepada anak-anak,” ujar warga Gubeng, Surabaya, ini.
Menurut Theresia, atraksi barongsai, leang leong, dan wayang potehi kian menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, termasuk di Surabaya. Apalagi, kesenian-kesenian tersebut tidak lagi menjadi monopoli warga keturunan Tionghoa.
”Sudah lumrah yang memainkan barongsai, leang leong, dan wayang potehi bukan selalu warga peranakan atau keturunan Tionghoa. Ini bukti bahwa kebudayaan peranakan telah menjadi bagian dari perjalanan masyarakat Surabaya,” katanya.
Atraksi barongsai, leang leong, dan wayang potehi kian menjadi bagian dari kehidupan masyarakat termasuk di Surabaya.
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Suguhan atraksi barongsai oleh Wushu Lima Naga untuk menghibur warga di Balai Pemuda atau Alun-alun Surabaya, Jawa Timur, pada malam Tahun Baru China 2023 atau Imlek 2574 Kongzili, Sabtu (21/1/2023). Pemerintah Kota Surabaya meminta kelompok atau sasana barongsai dan leang leong menyuguhkan atraksi sebagai hiburan untuk masyarakat luas.
Chriswanto Agus Hariyono dari Dewan Pembina Wushu Lima Naga Surabaya, mengatakan, kian banyak anak dan remaja yang bukan peranakan atau keturunan Tionghoa menjadi atlet barongsai dan leang leong.
Dia menyebut, barongsai dan leang leong juga tidak lagi dipandang sebagai bagian dari ritual keagamaan, tetapi telah diterima sebagai ketangkasan, olahraga, dan hiburan.
”Tanggapan barongsai dan leang leong sekarang sudah lumrah untuk khitanan, perkawinan, ulang tahun, bahkan peresmian tempat,” kata Chriswanto.
Kondisi itu menandakan, kebudayaan peranakan Tionghoa telah menyatu dalam kehidupan masyarakat Nusantara, termasuk di Surabaya.
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Atraksi leang leong atau tari naga oleh kalangan atlet sasana Wushu Lima Naga untuk menghibur warga di Balai Pemuda atau Alun-alun Surabaya, Jawa Timur, pada malam Tahun Baru China atau Imlek 2574 Kongzili, Sabtu (21/1/2023). Pemerintah Kota Surabaya meminta kelompok atau sasana barongsai dan leang leong menyuguhkan atraksi sebagai hiburan untuk masyarakat luas.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, Imlek tidak sekadar dirayakan oleh warga keturunan dan peranakan, tetapi seluruh masyarakat. Imlek bisa dipandang sebagai perayaan toleransi yang melibatkan semua warga.
Keragaman suku, agama, ras, antargolongan (SARA) adalah keniscayaan yang patut disyukuri sebagai kekayaan sosial. ”Semua dinaungi persatuan dan kesatuan dalam payung Pancasila,” kata Eri.
Untuk itu, kegembiraan Imlek dengan harapan rezeki dan kesehatan terjamin pada tahun ini bisa menjadi kesadaran dan keinginan bersama. Dengan rezeki dan kesehatan yang semoga berlimpah, kehidupan masyarakat akan mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.