Puluhan ternak babi di Flores Timur, Sikka, dan Kabupaten Kupang, NTT, dilaporkan mati karena terserang flu atau demam babi Afrika. Peternak diminta waspada.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KORNELIS KEWA AMA
Ternak babi milik warga Lembata, NTT, mati terserang demam babi Afrika dan dikuburkan dengan menggunakan alat berat, Mei 2020.
LARANTUKA, KOMPAS — Demam babi Afrika atau African Swine Fever kembali muncul di Kabupaten Flores Timur, Sikka, dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Peternak diingatkan terus waspada mencegah penularan virus ini.
Total bantuan ternak babi itu sebanyak 300 ekor dan pakan ternak babi 18 ton. Bantuan ini merupakan aspirasi dari anggota DPR, Julie Laiskodat.
Sebanyak tujuh kabupaten di NTT mendapatkan bantuan itu, yaitu Sikka, Flores Timur, Ende, Ngada, Nagekeo, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya. Hingga Rabu (18/1/2023), bantuan ternak itu sudah didistribusikan sebanyak 150 ekor.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Flores Timur Sebastian Sina Kleden, Kamis (19/1/2023), mengatakan, demam babi Afrika (ASF) mulai ditemukan di Flores Timur pada minggu pertama dan kedua Januari 2023.
”Ternak babi terpapar ASF itu babi bantuan pemerintah bagi para peternak di Flores Timur dan Sikka. Untuk Flores Timur ada 50 ekor. Awalnya, 30 ekor mati mendadak di tangan peternak penerima bantuan,” kata Kleden.
Peternak di Kelurahan Fatukoa, Kota Kupang, NTT, Daniel Aluman (47), memperlihatkan 15 anak babi yang baru dilahirkan dari induk jenis Duroc, Rabu (18/1/2023). Ia harus memisahkan anak babi dari induknya agar tidak dimangsa induknya sendiri.
Peternak pun melaporkan kejadian itu ke petugas penyuluh di lapangan dan diteruskan ke kantor dinas. Selanjutnya, dokter hewan segera mengirim sampel darah babi mati itu ke Laboratorium Balai Besar Veteriner di Denpasar, Bali. Satu pekan kemudian dilaporkan babi mati itu positif ASF.
Terkait laporan itu, pihaknya segera mengisolasi 20 babi bantuan yang masih hidup. Kandang babi dibersihkan dan disemprot disinfektan.
”Kami juga melarang lalu lintas babi dari Maumere, Sikka, Kupang, Lembata, dan daerah lain ke Flores Timur atau sebaliknya. Sudah dibentuk tim khusus mencegah dan mengawasi lalu lintas ternak babi tadi, termasuk daging babi olahan,” kata Kleden.
Peternak babi di Desa Puor Lembata, NTT, mengubur ternak babi peliharaan yang mati terserang virus demam babi Afrika, Mei 2021. Ribuan ternak babi milik warga NTT mati sia-sia terserang virus ini. Kesehatan ternak babi perlu dijaga peternak dan terus dipantau dinas peternakan setempat.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan NTT drh Melky Angsar memastikan tidak ada ternak babi bantuan itu diambil dari luar NTT. Hal ini sesuai Surat Edaran Gubernur NTT terkait pencegahan pengayakit menular pada ternak yang ada di 22 kabupaten/kota di NTT.
Melky memastikan, 22 kabupaten/kota di NTT masih endemik ASF. Selain Flores Timur dan Sikka, ASF juga sudah ditemukan di Kabupaten Kupang.
”Namun, berapa jumlah babi yang mati di Kabupaten Kupang belum ada laporan rinci. Tim sedang berkoordinasi dengan tiga kabupaten yang sudah terpapar ASF,” kata Melky.
Ia meminta peternak ikut mencegah penularan virus ini. Caranya, kata Melky, menjaga kebersihan kandang, pakan cukup, hingga tidak mengonsumsi daging babi olahan dari luar daerah.
Proses pengolahan daging sei di Kampung Baun, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (25/8/2021). Kematian ternak babi akibat ASF mengancam usaha kuliner yang sudah dikenal nasional dan internasional ini.
Sebelumnya, kematian puluhan ribu babi akibat ASF terjadi pada Desember 2019 sampai 2021. Peternak rugi miliaran rupiah.
Peternak babi di Kelurahan Fatukoa, Kota Kupang, Daniel Aluman, meminta pemerintah segera membagikan disenfektan kepada semua peternak babi.
”Jangan tunggu diminta UU peternak. Mereka punya data soal jumlah peternak, jumlah babi, dan alamat peternak. Pemda harus aktif. Babi ini juga menghidupkan ekonomi di NTT,” kata Daniel.