Menumbuhkan Minat Baca Anak, Mengikis Ketergantungan terhadap Gawai
Menumbuhkan minat baca sejak dini pada anak terus digiatkan di Palembang, Sumatera Selatan. Saat ini tingkat kegemaran membaca di Palembang tergolong rendah.
Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan minat baca di kalangan anak di Palembang yang tergolong rendah. Dengan bertumbuhnya minat baca, ketergantungan anak pada gawai diharapkan kian terkikis.
Aufandri (8) tampak asik mewarnai gambar seekor ikan yang disediakan oleh petugas perpustakaan keliling di salah satu rumah warga yang dijadikan pusat pelayanan terpadu (Posyandu) di kelurahan 5 Ilir, kecamatan Ilir Timur II, Palembang,Sumatera Selatan, Rabu (18/1/2023). Siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 55 Palembang ini terampil mewarnai setiap sudut gambar.
Di sela-sela itu, Aufandri juga membaca sebuah buku cerita yang disediakan oleh perpustakaan keliling. Sekitar lima menit membaca, ia kembali mewarnai di atas tikar yang digelar di teras rumah salah satu warga. Kegiatan ini rutin ia ikuti setiap bulan.
"Setiap bulan selalu ikut karena mengasyikkan," ujar Aufandri.
Beberapa menit berselang, ia dipanggil untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang digelar oleh petugas Puskesmas 5 Ilir. Aufandri menjalani pemeriksaan berat dan tinggi badan. Setelah itu, ia mengonsumsi satu gelas bubur kacang hijau.
Membaca bukanlah hal baru bagi Aufandri. Sang ayah mewajibkannya untuk membaca buku cerita setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Ia pun dilarang untuk memegang gawai kecuali pada malam hari.
"Di rumah, ayah selalu menyiapkan buku cerita yang harus dibaca," ujarnya.
Hal serupa juga dilakukan Tia (7). Ketika datang ke Posyandu, ia langsung mendatangi mobil perpustakaan keliling untuk mewarnai gambar. Hari itu mengambil lembaran gambar Winnie The Pooh, beserta pensil warna yang tersedia. Ia juga mengambil satu buku cerita sebagai selingan untuk dibaca.
Baginya mewarnai bersama teman sangat menyenangkan. Apalagi bisa membaca buku cerita. Setelah itu, Tia dan teman-temannya yang datang ke posyandu itu pun mendapatkan sejumlah asupan makanan seperti kue dan bubur kacang hijau.
Kegiatan yang menggabungkan Posyandu dan Perpustakaan Keliling ini sudah berlangsung sejak enam bulan lalu. "Sejak ada perpustakaan keliling minat orangtua untuk mengajak anaknya ke posyandu juga tinggi," ujar Ryan, Ketua RT 05/RW 02.
Ide tersebut muncul dari kegelisahan orangtua yang khawatir akan cengkraman gawai yang kian masif akhir-akhir ini. "Sekarang anak lebih suka bermain HP dibanding membaca. Interaksi dengan teman sebaya pun berkurang," ucapnya.
Dengan kegiatan ini, diharapkan kebiasaan untuk membaca sudah bertumbuh sejak dini. "Karena membaca tidak hanya sekadar (memahami) artikel, namun melatih anak untuk dapat memecahkan persoalan dan memahami situasi," ucap Ryan.
Baca juga : Tradisi Baca Tulis di Sumatera Telah Berkembang sejak Dulu
Oleh karena itu, ke depan, ia berusaha untuk membuka lagi kegiatan belajar yang lain guna pengembangan anak seperti pondok baca dan bimbingan bahasa inggris. "Saya berharap ide ini dapat terealisasi tentu dengan dukungan semua warga," ujar Ryan.Minat bacaRendahnya minat baca di Palembang tergambar dalam hasil survei yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palembang terhadap 400 warga Palembang di 18 kecamatan pada tahun 2022 lalu. Survei menunjukan minat membaca buku tergolong rendah. Sebanyak 41,8 persen warga membaca kurang dari dua bahan bacaan per minggu dengan durasi membaca kurang dari satu jam.
Pustakawan Muda Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palembang Elfa Suryani menyatakan, meski minat baca buku di Palembang masuk kategori rendah namun tingkat kegemaran membaca (TGM) termasuk dalam kategori sedang yakni mencapai 57.02. Indikator tersebut diambil dari rata-rata frekuensi membaca, durasi membaca, jumlah bahan bacaan, frekuensi dan durasi akses internet.
Hanya saja, pihaknya belum bisa membandingkan perkembangan minat baca karena pengukuran tingkat kegemaran membaca baru diukur tahun ini. Namun, dari survei tersebut, Elfa berpendapat, kondisi ini menandakan banyak warga Palembang yang tetap membaca, namun mereka beralih menggunakan media daring melalui gawainya masing-masing.
"Kemungkinan sebagian besar warga Palembang membaca melalui internet tidak hanya dari buku saja," ujarnya.
Berkurangnya minat membaca buku juga disebabkan oleh kurangnya fasilitas membaca. Tidak semua wilayah di Palembang memiliki fasilitas membaca yang mumpuni. Di sekolah masih banyak perpustakaan yang belum terstandarisasi. Pojok baca pun masih terbatas. Dari 107 kelurahan yang ada di Palembang, hanya 70 kelurahan yang memiliki pojok baca.
Solusi atas kondusi ini membutuhkan peran dari semua pihak agar akses bahan bacaan bisa kian meluas. Misalnya dengan menggiatkan perpustakaan keliling yang menjangkau sejumlah daerah pelosok di Palembang. Di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palembang terdapat tiga mobil perpustakaan keliling, tiga unit becak motor perpustakaan keliling, dan satu unit motor perpustakaan. Setiap hari, armada itu berkeliling memberikan layanan ke lembaga pendidikan, fasilitas kesehatan, hingga ke daerah pelosok.
Kepala Bidang Pengolahan Layanan dan Pelestarian Bahan Pustaka Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palembang Melly menuturkan, penerapan perpustakaan keliling terbukti meningkatkan jumlah pengunjung perpustakaan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada tahun 2020, jumlah pengunjung perpustakaan hanya sebesar 16.564 orang, namun pada tahun 2022 melonjak menjadi 49.755 orang.
"Sebanyak 40 persen dari mereka membaca melalui perpustakaan keliling," ujar Melly.
Di dalam satu unit perpustakaan keliling membawa sekitar 600-1.180 buku berbagai jenis. Tidak hanya itu, secara rutin, sejumlah sekolah mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini hingga Sekolah Dasar, datang secara bergantian ke perpustakaan milik Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palembang untuk bermain dan belajar.
"Di sini, siswa akan diajak untuk mewarnai serta menonton film yang dapat menstimulasi anak untuk gemar membaca," ujar Melly.
Upaya meningkatkan minat baca juga dilakukan dengan menambah koleksi buku di tahun 2020 jumlah buku yang tersedia sebanyak 48.720 buku sementara di tahun 2022 bertambah menjadi 52.808 buku. Selain itu, per tahun 2023, pihaknya sudah mulai bekerja sama dengan pihak penyedia buku elektronik untuk secara bertahap menambahkan jumlah buku elektronik di perpustakaan daerah Kota Palembang.
"Tahun ini ada 119 buku di mana 80 di antaranya adalah buku anak dan sisanya adalah buku umum," ujar Melly.
Duta Literasi Sumatera Selatan Ratu Tenny Leriva menyebut meningkatkan minat baca pada anak sangatlah penting karena mereka adalah generasi yang akan menentukan ke mana negara ini dalam 10-20 tahun ke depan. "Karena itu meningkatkan minat baca merupakan tanggung jawab semua pihak," ungkapnya.
Baca juga : Transformasi Perpustakaan Butuh Dana Masyarakat
Hanya saja, untuk menularkan budaya membaca harus disertai dengan inovasi. Misalnya, dengan menjadikan perpustakaan menarik bagi para siswa atau menjadikan perpustakaan sebagai pusat kegiatan pengembangan siswa.
Menurut Ratu, literasi tidak sekadar membaca dan menulis, tetapi mencakup berbagai sektor seperti literasi numerik, sejarah, budaya, finansial, dan sejarah. Oleh karena itu, penting disediakan bahan bacaan berdasarkan kegemaran dari anak.
Nurul, Siswa SMA Negeri 21 Palembang, mengaku kurang tertarik datang ke perpustakaan karena pilihan bahan bacaannya yang kurang beragam. "Kebanyakan bacaan terkait dengan mata pelajaran dan untuk bacaan fiksi masih kurang. Padahal sekarang novel atau cerpen cukup digemari sekarang," ungkapnya.
Literasi tidak sekadar membaca dan menulis, tetapi mencakup berbagai sektor seperti literasi numerik, sejarah, budaya, finansial, dan sejarah. Oleh karena itu, penting disediakan bahan bacaan berdasarkan kegemaran dari anak. (Ratu Tenny Leriva)
Alhasil, ia dan banyak temannya yang lebih tertarik melihat media sosial yang lebih beragam dibanding datang ke perpustakaan. Oleh karena itu, ia berharap ada penambahan koleksi atau pembenahan perpustakaan agar lebih modern sehingga diminati masyarakat.
Tradisi membaca
Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara Sumatera Selatan Nyimas Umi Kalsum mengatakan, tradisi membaca dan menulis di Palembang sebenarnya sudah kental terasa sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam.
”Lingkungan kesultanan seakan menjadi tempat bagi penulis menghasilkan karya-karya hebatnya,” ujar Nyimas.
Beberapa penulis ternama bermunculan kala itu, seperti Syihabudin bin Abdullah Muhammad menulis kitab Hakikat al Abayan. Ada pula Syaikh Abdussamad al Palimbani yang menulis Ratib Saman, Zuhrat al Murid fi Bayat Kalimat al Tauhid.
Selain itu, ada karya-karya yang berkaitan dengan sejarah dan ketatanegaraan seperti Undang-undang Palembang, Undang-undang Simbur Cahaya, Asal Raja-raja Palembang, dan Sejarah Pasemah. Sejumlah karya sastra, seperti hikayat, primbon, cerita wayang, dan pantun, juga tercipta pada masa itu.
Karya-karya itu membuktikan tradisi menulis dan membaca sudah tertanam sejak lama di Sumatera Selatan. Dengan banyaknya karya, minat baca masyarakat pun sangat tinggi.
"Waktunya kini mengembalikan minat baca tentu beradaptasi dengan kondisi saat ini," ucapnya.
Kepala Dinas Perpustakaan Sumsel Fitriana mengutarakan, beragam upaya dilakukan untuk menumbuhkan minat baca para generasi muda di Sumsel. Misalnya, dengan membangun pojok baca, mentransformasi perpustakaan, dan membangun komunitas literasi bahkan pada kaum penyandang disabilitas.
Skema ini dianggap mampu meningkatkan indeks pembangunan literasi masyarakat Sumsel dari 14,57 persen pada tahun 2021 menjadi 74,35 persen di tahun 2022 . Tingkat kegemaran membaca di Sumsel pun meningkat dari dari 58 persen pada tahun 2021 menjadi 65 persen di tahun 2022.
Pekerjaan rumah selanjutnya adalah meningkatkan kapasitas perpustakaan di Sumsel yang saat ini masih jauh dari standar. Dari sekitar 9.000 perpustakaan di Sumsel hanya 10 persen yang sudah terstandardisasi.
Pembenahan perpustakaan akan dimulai dari lembaga pendidikan dimana setiap sekolah wajib menganggarkan setidaknya 5 persen dari bantuan operasional sekolah untuk meningkatkan kapasitas dari perpustakaan di sekolahnya.
"Kami berharap di tahun ini, setidaknya ada 2.700 perpustakaan yang terstandarisasi di Sumsel agar minat masyarakat untuk datang ke perpustakaan, kian besar," harap Fitriana.
Beragam ikhtiar itu diharapkan bisa meningkatkan minta baca warga.