Perayaan Tahun Baru Kongzili di Surabaya Bakal Meneguhkan Toleransi
Perayaan Tahun Baru 2574 Kongzili di Surabaya, Jawa Timur, diharapkan memperkuat toleransi dalam kehidupan masyarakat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Hiasan menyambut Imlek di sekitar Taman Surya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (15/1/2023). Taman Surya kini tengah direvitalisasi. Taman yang ada di kawasan Balai Kota tersebut akan dibuat seperti alun-alun. Ke depan,taman seluas 5.300 meter persegi itu akan mempunyai kolam air mancur, beragam tanaman, dan stan UMKM.
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya mengharapkan Tahun Baru Kongzili 2574 pada Minggu (22/1/2023) dapat menjadi perayaan bersama masyarakat untuk terus merawat toleransi kebangsaan. Untuk mendorong Tahun Baru Kongzili sebagai perayaan bersama, aparatur pemerintah turut menghias sejumlah lokasi dengan ornamen peranakan Tionghoa.
Beberapa lokasi yang sudah dihiasi lampu lampion dan ornamen berfoto ada di Balai Pemuda atau Alun-alun Surabaya, Balai Kota Surabaya, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Tunjungan, dan Jembatan Sawunggaling.
Kawasan wisata khas pecinan di Jalan Kembang Jepun (Kya-Kya) dipercantik. Pemkot mendukung kegiatan warga pecinan di Kapasan Dalam dan Tambak Bayan. Aparatur juga memastikan keamanan bagi pemeluk Konghucu dan keturunan peranakan yang hendak berdoa pada malam dan tahun baru di kelenteng, wihara, dan atau tempat ibadah tri dharma.
Pengendara melintasi Jalan Panglima Sudirman yang dipasangi hiasan bernuansa Imlek, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (10/1/2023).
Di kelenteng, pengurus membersihkan kompleks, memandikan patung-patung, memasang lilin besar, dan menyiapkan segala kelengkapan peribadatan untuk kenyamanan umat.
Sementara itu, di sejumlah pasar dan kedai telah dijual penganan khas Tahun Baru Kongzili, seperti kue keranjang, kue bulan, dan lumpia. Selain itu, dijual juga kelengkapan untuk ibadah atau doa, misalnya lilin, ornamen, dan dupa.
Sutinah, penjual kue di Pasar Blauran, mengatakan, ada peningkatan penjualan penganan untuk Tahun Baru Kongzili, terutama kue keranjang dan kue bulan. ”Jenis kue berbeda bergantung dari perayaan. Kalau sebelumnya kue-kue untuk Natal dan Tahun Baru,” katanya, Rabu (18/1/2023).
Aktivitas pengepakan kue keranjang di Jalan Kalidami, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (12/1/2023). Menurut pemilik usaha Feri Andrea, permintaan kue keranjang terus meningkat jelang Imlek. Dalam satu hari industri rumahan kue keranjang dapat menghasilkan 600 kue keranjang ukuran besar. Kue keranjang dibuat dalam tiga ukuran, yaitu besar, sedang, dan kecil. Harga kue keranjang Rp 28.000-Rp 30.000 per kemasan.
Sejumlah hotel dan restoran besar mengumumkan promosi paket makan sambil menginap dan menikmati suasana Surabaya dengan potongan harga. Pusat belanja juga tidak ketinggalan menawarkan potongan untuk berbagai produk dan menghiasi pusat perbelanjaan dengan ornamen Tahun Baru Kongzili.
Pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma Hong San Ko Tee di Jalan Cokroaminoto, Erwina Tedjaseputra, mengatakan telah siap mengadakan doa bersama pada malam Tahun Baru Kongzili. Doa bersama ditiadakan selama masa pandemi Covid-19 sejak Maret 2020.
”Doa bersama dan hiburan khas, misalnya Barongsai dan Liong, akan kembali diadakan,” kata Erwina.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Bangunan yang dulunya istal kuda di Pecinan Tambak Bayan, Kota Surabaya, Senin (31/1/2022). Warga Pecinan Tambak Bayan merayakan Imlek dengan sederhana setiap tahunnya. Walau sudah berganti keyakinan, masih banyak warga Tambak Bayan yang masih merayakan Imlek.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mendorong warga untuk turut memelihara toleransi dalam perayaan Tahun Baru Kongzili. Untuk itu, pemerintah terlibat dalam menghias dan mempercantik sebagian lokasi di ”Bumi Pahlawan”. Situasi serupa juga dilakukan saat menjelang Natal dan Tahun Baru.
”Merayakan bersama sebagai bagian dari perjalanan warga Surabaya untuk memelihara kehidupan toleransi,” kata Eri.
Keberadaan komunitas peranakan dan pemeluk Konghucu, Buddha, atau Tao telah menjadi bagian kehidupan warga Surabaya yang beragam. Pecinan atau kampung peranakan Tionghoa juga telah ada sejak berabad-abad silam, seperti kawasan perkampungan keturunan Timur Tengah di Ampel dan bangunan tua peninggalan masa kolonial Hindia-Belanda di pusat kota.
Eri mengatakan, keragaman adalah keniscayaan Indonesia, termasuk Surabaya. Toleransi menjadi penting untuk memelihara kehidupan bersama yang harmonis sehingga tercipta kedamaian, ketenteraman, kesejahteraan, dan kebahagiaan.