Lebih dari 530 taman bacaan masyarakat di Surabaya perlu lebih optimal untuk meningkatkan minat baca warga. Selain itu, juga sebagai pusat aktivitas sosial warga, terutama bagi anak-anak untuk belajar dan bermain.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Surabaya mengklaim sebagai kota literasi sejak 2014. Dari survei 2021 oleh Perpustakaan Nasional, minat baca warga ibu kota Jawa Timur ini 67,41 persen. Meski tingkat kegemaran membaca itu tergolong agak tinggi, Pemerintah Kota Surabaya menganggap masih perlu peningkatan dengan mengoptimalkan perpustakaan dan taman bacaan masyarakat.
Persentase minat baca yang 67,41 persen itu lebih tinggi daripada rata-rata di Jatim yang 64,2 persen atau nasional yang 59,5 persen. Namun, menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, minat baca yang belum menyentuh 80-90 persen perlu dipahami sebagai capaian yang belum mengagumkan.
”Maka itu, beberapa pekan lalu saya mengukuhkan bunda literasi,” kata Eri di Surabaya, Selasa (17/1/2023). Pengukuhan bunda literasi berlangsung di Balai Pemuda, 23 Desember 2022, bersamaan dengan peluncuran buku Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Surabaya.
Eri melanjutkan, Bumi Pahlawan memiliki modal besar untuk benar-benar mewujudkan diri sebagai kota literasi. Di Surabaya terdapat hampir 1.500 lokasi layanan perpustakaan yang turut dikelola oleh pemerintah kota. Ada juga perpustakaan dalam pengelolaan instansi provinsi atau pusat, kampus, komunitas, dan mandiri.
Di Surabaya ada lebih dari 530 taman bacaan masyarakat (TBM) yang mayoritas atau 470 unit berada di balai rukun warga. TBM terbanyak berikutnya di kelurahan (27 lokasi) dan rumah susun (19 lokasi). TBM juga terdapat di lima kantor kecamatan, dua taman kota, dua rumah sakit umum daerah, satu lingkungan pondok sosial, dan satu terminal.
”Sudah banyak lokasi layanan perpustakaan. Seharusnya, minat baca masyarakat bisa lebih tinggi lagi,” kata Eri.
Untuk itu, keberadaan bunda literasi menjadi penting sebagai pendorong peningkatan minat baca masyarakat. Bunda literasi dapat berkoordinasi dengan bunda pendidikan anak usia dini bahkan kader kesehatan untuk mendorong aktivitas sosial positif bagi generasi muda.
Eri menyadari serangan pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) sejak Maret 2020 melumpuhkan layanan perpustakaan. Namun, di sisi lain, rasa ingin tahu masyarakat diyakini meningkat. Layanan perpustakaan sebagian beralih ke sistem pemesanan dan pengantaran secara dalam jaringan (online).
Situasi pandemi yang membaik secara bertahap memulihkan layanan perpustakaan, termasuk segala aktivitas sosial pendukung.
Sudah banyak lokasi layanan perpustakaan. Seharusnya, minat baca masyarakat bisa lebih tinggi lagi.
Di Balai Pemuda, perpustakaan umum melanjutkan aktivitas yang sempat terganggu pandemi, misalnya pelatihan bahasa asing, lomba membaca, menulis, mewarnai, dan mendongeng. Serupa juga ditempuh di perpustakaan umum di Jalan Rungkut Asri Tengah.
Di satu perpustakaan umum, tingkat peminjaman buku melebihi 1.000 judul dalam sehari ketika layanan sudah pulih meski masih dalam masa pandemi.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Mia Santi Dewi menambahkan, terus mengupayakan aparatur perpustakaan untuk memperbarui koleksi bacaan. Selain itu, mempertahankan layanan perpustakaan keliling yang terintergasi dengan pemberian layanan publik terpadu oleh pemerintah di kelurahan atau kecamatan setiap pekan.
Menurut Mia, kekuatan literasi di Surabaya bisa ditingkatkan melalui TBM. Penguatan minat baca memerlukan dorongan dari orangtua dan masyarakat.
TBM jangan sekadar dijadikan tempat membaca dan meminjam buku, melainkan bisa dioptimalkan menjadi pusat kegiatan sosial, terutama untuk anak-anak. Misalnya belajar melukis, teater, fotografi dari praktisi yang tinggal dekat dengan TBM.
Selain itu, lanjut Mia, kursus mata pelajaran yang bisa diberikan oleh karang taruna dan warga yang berprofesi sebagai pengajar atau guru. TBM juga bisa menjadi tempat bermain dan interaksi anak-anak yang diarahkan ke kegiatan membaca dan menyimak literasi permainan.