Jenis Bacaan Kurang Menarik, Minat Membaca Buku di Palembang Rendah
Minat membaca buku warga Palembang, Sumatera Selatan, tergolong masih rendah. Minimnya jenis bacaan yang menarik dan fasilitas yang belum terstandar membuat minat baca belum optimal.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
—
Berdasarkan survei Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palembang terhadap 400 warga di 18 kecamatan pada tahun 2022, minat membaca buku tergolong rendah. Sebanyak 41,8 persen warga membaca kurang dari dua bahan bacaan setiap minggu. Durasi membacanya kurang dari satu jam.
Pustakawan Muda di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palembang, Elfa Suryani, Selasa (17/1/2023), menyatakan, meski minat membaca buku di Palembang masuk kategori rendah, tingkat kegemaran membaca (TGM) di Palembang terbilang sedang dengan nilai 57,02. Indikator tersebut diambil dari rata-rata frekuensi membaca, durasi membaca, jumlah bahan bacaan, frekuensi dan durasi akses internet.
Ada kemungkinan, terdongkraknya angka TGM, ujar Elfa, tidak lepas dari berpindahnya kecenderungan membaca warga Palembang. Dia mengatakan, masih banyak warga Palembang yang tetap membaca.
Akan tetapi, mereka beralih menggunakan media daring melalui gawainya masing-masing. Karena itu, upaya menumbuhkan minat baca buku harus dilakukan untuk memperkenalkan buku kepada generasi muda.
Salah satu upaya yang sudah dilakukan, dengan menjalankan perpustakaan keliling yang menjangkau sejumlah daerah pelosok di Palembang. Sejauh ini, jelas Elfa, terdapat tiga mobil perpustakaan keliling, tiga becak motor perpustakaan keliling, dan satu motor perpustakaan. Semuanya berkeliling ke lembaga pendidikan, layanan kesehatan, dan daerah pelosok.
”Kami bekerja sama dengan lembaga pendidikan, pegiat literasi, dan juga budayawan untuk menumbuhkan lagi minat baca di Palembang,” ucapnya.
Kepala Bidang Pengolahan Layanan dan Pelestarian Bahan Pustaka di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palembang Melly menuturkan, penerapan perpustakaan keliling terbukti meningkatkan jumlah pengunjung perpustakaan.
Pada tahun 2020, jumlah pengunjung perpustakaan hanya 16.564 orang. Di tahun 2022, jumlahnya bertambah menjadi 49.755 orang. ”Sebanyak 40 persen dari mereka membaca melalui perpustakaan keliling,” ujar Melly. Di dalam satu unit perpustakaan keliling membawa 600-1.180 buku berbagai jenis.
Tidak hanya itu, upaya meningkatkan minat baca juga dilakukan dengan menambah koleksi buku. Pada tahun 2020, tersedia 48.720 buku, sedangkan di tahun 2022 menjadi 52.808 buku.
Pada tahun 2023, Melly mengatakan, pihaknya sudah mulai bekerja sama dengan pihak penyedia buku elektronik untuk koleksi perpustakaan daerah Kota Palembang. ”Tahun ini, ada 119 buku. Sebanyak 80 di antaranya adalah buku anak dan sisanya adalah buku umum,” ujar Melly.
Upaya peningkatan minat baca juga dilakukan beberapa sekolah. SMA Negeri 21 Palembang, misalnya, sudah berupaya membuat perpustakaan menjadi nyaman. Mereka melengkapinya dengan pendingin ruangan, termasuk menggunakan perpustakaan digital.
”Setiap tahun kami berusaha membenahi perpustakaan dan pojok baca agar siswa tertarik untuk membaca,” ucap Kepala SMA Negeri 21 Palembang Alma Sundari.
Bahkan, dirinya sudah mengeluarkan aturan khusus. Siswa diwajibkan membaca buku selama 5 menit sebelum memulai pelajaran. Tujuannya, menumbuhkan minat baca. Namun, dia mengakui, ketersediaan buku bacaan belum ideal.
”Karena itu, kami terus bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dinas perpustakaan, untuk menyediakan buku bacaan yang menarik bagi siswa,” ujar Alma.
ngobrol
Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Riza Pahlevi berharap sekolah lebih kreatif menarik minat siswa mengunjungi perpustakaan. ”Kami memberikan otoritas kepada pihak sekolah untuk mengembangkan sekolahnya, termasuk perpustakaan,” ucapnya.
Apalagi memang ada kewenangan bagi pihak sekolah menggunakan lima persen dari dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk pengembangan perpustakaan. ”Sudah ada sekolah yang membuat perpustakaan yang berstandar di Palembang, tinggal ikuti saja,” ujarnya.