Inovasi Perpustakaan Kota Cirebon, dari Kelas Bercerita hingga Naskah Kuno Digital
Perpustakaan 400 di Kota Cirebon, Jawa Barat, terus berinovasi. Tidak hanya sebagai tempat membaca, perpustakaan itu juga menyediakan kelas bercerita, kerajinan, hingga mengarsipkan naskah kuno digital.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Perpustakaan 400 di Kota Cirebon, Jawa Barat, terus berinovasi. Tidak hanya sebagai tempat membaca, perpustakaan itu juga menyediakan kelas bercerita, kerajinan, hingga mengarsipkan naskah kuno digital. Namun, koleksi buku masih minim pembaruan.
Pada Selasa (17/1/2023) pagi, misalnya, petugas menggelar kelas story telling atau bercerita di perpustakaan. Sembari duduk melantai di atas karpet, belasan peserta didik taman kanak-kanak menyaksikan petugas bercerita. Mereka sesekali menjawab pertanyaan dan bertepuk tangan.
Di sisi lain, sejumlah anak membaca buku bergambar di atas kursi berwarna-warni. Ada juga guru dan anak yang membuat kerajinan dari kertas dan karton. Setelah mengikuti kelas bercerita, peserta didik kemudian berbaris untuk tur keliling perpustakaan dan melihat jejeran rak buku.
”Perpustakaan ini bukan hanya tempat membaca, melainkan tempat transformasi berbasis inklusi sosial. Siapa saja bisa datang,” ujar Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispuspip) Kota Cirebon Gunawan. Selain kelas bercerita, pihaknya juga menyediakan kelas kerajinan dan merajut.
Bahkan, pihaknya pernah menggelar kelas hidroponik yang bekerja sama dengan komunitas Petani Hidroponik Cirebon. Ada juga kelas memasak untuk ibu-ibu yang ditargetkan sekali sepekan. Gunawan berharap berbagai kreativitas itu menjadi daya tarik warga ke perpustakaan.
”Tantangan terberat perpustakaan adalah Google (mesin pencari). Tinggal searching (mencari) di handphone (telepon pintar), informasi sudah didapat. Tetapi, masih ada segmen masyarakat yang ingin ke perpustakaan,” paparnya. Tahun 2022, misalnya, 19.854 orang datang berkunjung.
Jumlah itu melonjak dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 6.612 orang. Namun, kunjungan pemustaka tahun lalu masih jauh dibandingkan dengan 2019 yang mencapai 102.975 orang. ”Dua tahun terakhir, kendalanya pembatasan kegiatan warga karena pandemi Covid-19,” katanya.
Meski demikian, pihaknya telah menerapkan layanan digital sehingga pemustaka bisa membaca buku via daring. Dengan mengunduh aplikasi iCirebon di Playstore dan mendaftarkan diri, warga dapat menikmati berbagai koleksi buku digital gratis. Peminjaman buku juga bisa lewat aplikasi.
”Kami juga punya Singkono (Sistem Informasi Koleksi Naskah Kuno) yang dapat diakses secara online,” ucap Gunawan. Caranya, pemustaka cukup membuka laman https://dispusip.cirebonkota.go.id/singkono/. Di sana, terdapat lima naskah kuno dari keraton.
Gunawan mengakui, masih terdapat sejumlah hal yang perlu dibenahi di Perpustakaan 400. ”Salah satunya pencahayaan. Ini salah satu perhatian dari asesor Perpustakaan Nasional saat berkunjung ke sini. Kami akan memperbaiki masalah penerangan ini,” ujarnya.
Persoalan lainnya, koleksi buku yang masih minim pembaruan. ”Pengadaan buku yang baru terakhir tahun 2019. Itu pun bukunya ada yang terbit tahun 2017. Anggaran masih menjadi kendala,” ujar Warsita, Subkoordinator Pengelolaan Perpustakaan Dispuspip Kota Cirebon.
Saat ini, koleksi buku di Perpustakaan 400 tercatat 20.209 judul buku dengan jumlah 46.343 eksemplar. Setiap satu judul buku memiliki minimal dua eksemplar buku. ”Semua buku dalam kondisi layak baca. Kami selalu menjaganya agar tidak rusak,” ucap Warsita.
Selain membuka perpustakaan selama Senin-Jumat dari pagi hingga sore, pihaknya juga menyediakan perpustakaan keliling (pusling). Terdapat dua mobil dan satu kendaraan roda tiga yang membawa buku ke sekolah hingga panti asuhan sesuai permohonan warga.
Suci Leginasari, guru TK ABC Montessori Kota Cirebon, mengapresiasi berbagai inovasi Perpustakaan 400. ”Setelah pandemi, kami memilih kegiatan pertama di luar sekolah adalah ke perpustakaan. Di sini anak-anak bisa membaca dan ikut storytelling. Apalagi, ini gratis,” ujarnya.
Kartino, pegiat literasi Cirebon, juga mendukung kreativitas pengelola Perpustakaan 400 menarik minat baca warga. ”Namun, pemerintah perlu lebih aktif mendekatkan perpustakaan ke masyarakat. Tidak perlu menunggu permohonan pusling, tetapi harus jemput bola,” katanya.