Perayaan Imlek di Kota Cirebon Tahun Ini Bakal Lebih Semarak
Perayaan Imlek 2023 di Kota Cirebon, Jawa Barat, tahun ini bakal lebih semarak. Karnaval Cap Go Meh yang sebelumnya "absen" dua tahun karena pandemi Covid-19, kini digelar lagi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Perayaan Imlek 2023 di Kota Cirebon, Jawa Barat, tahun ini bakal lebih semarak. Selain tidak ada lagi pembatasan pengunjung, pengelola wihara juga bakal menggelar karnaval Cap Go Meh yang sempat ditiadakan selama dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19.
Semarak Imlek, antara lain, tampak di Wihara Dewi Welas Asih di Jalan Kantor, Panjunan, Kota Cirebon, Senin (16/1/2023). Puluhan lampion dan sebuah spanduk bertuliskan “Selamat Tahun Baru Imlek 2574” terpasang di depan wihara. Terdapat pula lilin dengan tinggi sekitar satu meter.
Di area kelenteng, sejumlah orang tampak sibuk membersihkan patung dewa. Pembersihan dilakukan oleh pengurus wihara dan anggota Wanita Theravada Indonesia (Wandani) Kota Cirebon, yakni perkumpulan perempuan Buddhis mazhab Theravada. Mereka mencuci sekitar 76 patung berbagai ukuran yang tersebar di 20 altar.
Sebelum pencucian patung dewa, warga keturunan Tionghoa terlebih dahulu memanjatkan doa. Mereka lalu menyapu patung dengan kuas kecil dan sikat gigi. Kemudian, patung dewa dilap dengan kain yang telah dibasahi air kembang bercampur parfum khusus. Patung-patung itu juga dijemur.
Wakil Ketua Wihara Dewi Welas Asih Hariyanto mengatakan, pembersihan patung dewa hanya berlangsung sekali setahun menjelang Imlek. “Saat itu, dewa sedang naik ke kahyangan untuk melaporkan (kondisi) manusia setahun terakhir. Makanya, kami bersih-bersih rupang (patung),” katanya.
Hariyanto menyebutkan, pencucian patung dewa itu bermakna agar umat membersihkan dirinya dari sesuatu yang buruk. Sejumlah petugas yang membersihkan patung juga tidak mengonsumsi makanan hewani setidaknya sehari. Hal itu menjadi simbol pentingnya mengendalikan diri, termasuk dari makanan.
Menurut Hariyanto, tradisi pencucian rupang merupakan salah satu kegiatan menjelang Imlek. ”Tahun ini, perayaan Imlek lebih ramai. Malam Imlek (Sabtu, 21/1/2022) nanti, wihara sudah bisa dikunjungi 100 persen. Kami juga sudah menyiapkan acara makan bersama,” ujarnya.
Kondisi itu berbeda dengan perayaan Imlek dua tahun terakhir. Saat itu, pemerintah membatasi kunjungan ke wihara seiring masih merebaknya Covid-19. Pada masa itu, pengunjung juga wajib mengenakan masker dan menjaga jarak. Berkerumun dilarang. Umat pun hanya datang berdoa, tidak ada makan bersama.
Hariyanto menambahkan, tahun ini, pihak kelenteng juga kembali menggelar karnaval dalam rangka Cap Go Meh, perayaan 15 hari setelah Imlek, pada 5 Februari mendatang. Tradisi itu sempat vakum dua tahun terakhir karena pandemi Covid-19. Padahal, masyarakat kerap menanti acara arak-arakan kostum dewa dan barongsai itu.
”Tahun ini, hanya sepuluh joli (tandu untuk mengusung dewa-dewi) yang ditampilkan dari biasanya 20 joli. Kami masih beradaptasi setelah pandemi,” ujar Hariyanto. Joli itu berasal dari 13 kelenteng yang tersebar di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Majalengka.
Menurut rencana, Keraton Kasepuhan juga akan berpartisipasi dalam kirab Cap Go Meh itu. Arak-arakan yang disertai atraksi Barongsai dan Liong bakal berkeliling kota dari Jalan Kantor-Pasuketan-Pekiringan-Pagongan-Karanggetas-Panjunan-Kanoman-Kebumen.
Tahun ini, perayaan Imlek lebih ramai. (Hariyanto)
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon Agus Sukmanjaya mengatakan, masyarakat dari berbagai latar belakang telah menunggu kirab Cap Go Meh. ”Kegiatan ini sudah masuk rancangan kalender event pariwisata. Semoga kunjungan wisatawan meningkat,” katanya.
Tahun lalu, sebanyak 3,9 juta wisatawan pelesir ke Cirebon. Jumlah ini bertambah dibandingkan tahun 2021, yakni 3,6 juta orang. Pada 2020, kehadiran wisatawan hanya 1,6 juta orang seiring pembatasan mobilitas warga akibat merebaknya penularan Covid-19.
Selain mempromosikan acara Cap Go Meh, Agus memaparkan, Disbudpar Kota Cirebon juga tengah mengembangkan Kampung Pecinan di Lemahwungkuk serta Kawasan Kota Tua di sekitar Wihara Dewi Welas Asih. Wihara yang berdiri sejak 1595 itu juga menjadi destinasi wisata.