Gempa Aceh Singkil M 6,2 Terasa hingga Karo, Aktivitas Gunung Sinabung Dipantau
Gempa M 6,2 yang berpusat di Aceh Singkil terasa hingga Gunung Sinabung. Hingga Senin (16/1/2023) pagi, aktivitas vulkanis Gunung Sinabung tak terpengaruh. Warga berhamburan karena mengira gempa akibat letusan Sinabung.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 yang berpusat di laut tenggara Aceh Singkil, Aceh, Senin (16/1/2023) pukul 05.30, terasa hingga Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pengamatan hingga Senin pagi, guncangan gempa tidak memengaruhi aktivitas vulkanis Gunung Sinabung. Warga berhamburan dari rumah karena mengira gempa akibat letusan Sinabung.
”Guncangan gempa terasa hingga ke area Gunung Sinabung. Namun, aktivitas seismik Sinabung hingga Senin pagi ini masih aman dan tidak ada pengaruh signifikan dari gempa tektonik itu,” kata pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Armen Putra.
Armen mengatakan, secara histori, Gunung Sinabung mempunyai karakter yang tidak terpengaruh signifikan pada aktivitas gempa tektonik di sekitarnya. Meski demikian, mereka masih tetap mamantau perubahan aktivitas gunung api yang mendadak aktif sejak 2010 setelah tidak ada aktivitas sejak tahun 1600.
Beberapa gunung api yang sangat dipengaruhi gempa tektonik, kata Armen, antara lain Gunung Merapi di Jawa Tengah-Yogyakarta serta Gunung Talang di Sumatera Barat. Meski demikian, mereka masih tetap memantau aktivitas Sinabung secara intensif. Armen menyebut, gempa tektonik tersebut juga terpantau dalam rekaman seismograf di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung.
Hendri Setiawan (31), warga Kecamatan Berastagi, Karo, mengatakan, warga berhamburan keluar rumah saat gempa mengguncang. Waktu itu warga baru bangun tidur dan sebagian masih tidur. ”Guncangan gempa tidak terlalu kuat, tetapi durasinya terasa cukup lama. Air di akuarium terlihat jelas berguncang. Perabot rumah, seperti rak piring, juga berguncang tetapi tidak sampai jatuh,” kata Hendri.
Hendri mengatakan, orang-orang awalnya menduga gempa tersebut adalah gempa vulkanik akibat letusan Gunung Sinabung. Orang-orang keluar rumah dan langsung melihat puncak Gunung Sinabung. Warga masih trauma dengan erupsi besar yang terjadi beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Setelah melihat tidak ada letusan, mereka menyadari gempa tersebut adalah gempa tektonik. Aktivitas masyarakat di Karo dan sekitarnya lalu kembali normal.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono mengatakan, episenter gempa berlokasi di laut pada jarak 41 kilometer arah tenggara Kota Singkil, Aceh, pada kedalaman 54 kilometer. Gempa tidak berpotensi tsunami. ”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal,” katanya.
Daryono mengatakan, gempa terjadi akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menujam ke bawah Lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser naik (oblique thrust). Hingga pukul 06.00, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).
Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal.
Gempa berdampak dan dirasakan di daerah Aceh Singkil dan Gunung Sitoli dengan skala intensitas IV Modified Mercalli Intensity/MMI (bila siang dirasakan orang banyak dalam rumah), daerah Subulussalam dan Aceh Selatan III-IV MMI (bila siang dirasakan orang banyak dalam rumah), dan Padangsidempuan II-III MMI (getaran dirasakan beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat juga diminta melihat kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.