Menguatnya Eksistensi Pusat Bisnis di Pecinan Surabaya
Pusat bisnis terutama perdagangan di kawasan pecinan Kota Surabaya terus eksis di tengah gempuran "ecommerce".
Meski waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, suasana di kawasan Pasar Kapasan yang berada di kawasan pecinan Surabaya, pada Jumat (13/1/2023) masih saja ramai.
“Mau jual emas? Cari apa, sebentar lagi pasar tutup,” begitu rata-rata tawaran dari penjaja jasa pikul barang, penarik becak, atau tukang parkir yang bergerombol di sepanjang trotoar di depan Pasar Kapasan tersebut.
Konsumen pun masih hilir mudik di pasar berlantai dua itu. Suasana masih riuh terutama di areal penjualan berbagai macam camilan menjelang Imlek juga terjadi di lantasi dasar Pasar Atom.
Memang mulai banyak kios yang kosong, terutama di Pasar Atom lama, namun pusat jajanan di belakang serta pujasera di lantai paling atas di kawasan pasar berlokasi di Jalan Bunguran ini tak pernah sepi.
“Belum puas kalau belum belanja camilan dan jajan pasar, kue kering ke Pasar Atom,” kata Nurhayati (45), ibu rumah tangga tinggal di Jalan Kartini Surabaya.
Ketika belanja secara daring (dalam jaringan) mulai berkembang dan menyasar bahkan hingga pedagang sayur pun, omzet pedatang di Pasar Atom maupun Pasar Kapasan tidak terlalu tergerus.
“Memang ada penurunan, tetapi belum terlalu menggerogoti karena pelanggan umumnya setia,” kata Lusiana (57), pemilik salah satu kios penjual makanan ringan.
Omzet nyaris tidak berkurang juga diakui Mubarok (45) pemilik kios busana di Pasar Kapasan. “Pembeli di pasar ini kan rata-rata pedagang dari berbagai kota di Jatim antara lain Pulau Madura, Lamongan hingga Banyuwangi. Pedagang yang rata-rata membeli secara grosiran tampaknya tak lantas beralih ke belanja daring,” katanya.
Baca juga : Menang dengan Bacang
Menurut Ketua Surabaya Heritage, Freddy H Isnanto, maraknya belanja di ecommerce takkan pernah menggerogoti pusat bisnis di daerah pecinan Surabaya. “Agak berkurang ia, tapi tidak signifikan, karena faktor pelanggan setianya,” katanya.
Pusat budaya
Alasannya pecinan sebenarnya bukan sekadar pusat bisnis, tetapi juga pusat budaya China. Selain bisnis pada umumnya, juga budaya seperti kuliner, dan perkumpulsn seni dan budayaberada di kawasan pecinan yang berpusat di Surabaya utara ini,” kata dosen Universitas Ciputra Surabaya ini.
Jadi di kawasan pecinan Surabaya semua ada mulai dari pusat perdagangan, sanggar tari, perkumpulan kematian, tukang potong rambut (khas China), tukang gigi dan toko obat, masih ada di kawasan ini.
Perdagangan konvensional pun masih sangat seru terutama karena kawasan perdagangan utara Surabaya melayani pembeli dari Indonesia Timur.
Memang sejak Surabaya berkembang ke barat, selatan dan timur, pusat perdagangan juga mengalami pergeseran dan menyebar seturut perkembangan kota. Era 1980-1990 ketika pebisnis Tionghoa mulai maju pesat, dan kawasan pecinan agak sumpek karena menjadi pusat bisnis, mereka meninggalkan utara dan bermukim menyebar ke seluruh wilayah di Surabaya.
Lihat : Melihat Pecinan Kembang Jepun Surabaya Saat Ini
Memang kata Freddy seperti Pasar Atom belakangan agak lengang dibanding beberapa tahun lalu. Kendati demikian tidak lantas mati suri, lihat saja kehadiran hotel melati hingga bintang tiga di kawasan utara ini, pertanda bisnis di pecinnan masih menggembirakan.
“Hotel itu langganan pembeli dari Indonesia Timur yang belanja ke Pasar Atom dan beberapa pasar di utara termasuk Pasar Kapasan, Pasar Slompretan,” ujarnya.
Agak berkurang ia, tapi tidak signifikan, karena faktor pelanggan setianya (Freddy Isnanto)
Menurut dia, pecinan sebagai pusat bisnis masih eksis, meski pusat perbelanjaan atau mall di kota dengan pendudukl 1,3 juta jiwa ini tak kalah banyak dan besar-besar. Justru pecinan sebagai pusat budaya melemah.
Lebih baik
Bagi pengusaha perdagangan daging Welly Muljono (44) , di tahun kelinci air, bisnis akan lebih baik dan ramai dari beberapa tahun sebelumnya.
Setelah mengalami banyak permasalahan dan musibah di beberapa tahun terakhir, pemilik CV Welly Grup ini berharap di tahun kelinci air ini Indonesia semakin lebih baik. “Wajar dalam kehidupan ada susah dan senang, begitu pula di tahun kelinci ini masih ada musibah dan permasalahan yang menyangkut hidup orang banyak,” katanya.
Bencana, perselisihan karena emosi yang tidak terkendali diprediksi masih berlanjut. Kendati demikian dia yakin banyak hal yang semakin lebih baik secara keseluruhan.
Yang patut diprioritaskan dari sepanjang tahun ini adalah selalu mendahulukan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menggunakan pikiran yang jernih serta memadukan hati untuk menyelesaikan kegiatan.
Karena sepanjang tahun kelinci ini banyak pihak yang mewujudkan kepentingannya dengan perkataan yang tertata dan terlihat manis tetapi mempunyai tujuan untuk kepentingan sendiri. “Tinggal disikapi dengan bijaksana saja untuk menentukan keputusan,” ujarnya.
Apalagi menurut Welly, pemilik usaha Bacang Surabaya ”Asli” Cap Jempol, kebetulan masyarakat Indonesia juga menjalani tahun-tahun politik. “Nikmati saja setiap detail kehidupan dengan positif dan penuh rasa syukur serta bahagia setiap waktu karena waktu tidak bisa kembali lagi,” ucapnya.
Baca juga : Penghidupan Kembali Wisata Kampung Pecinan Kapasan Surabaya
Menghadapi tahun baru Imlek, Welly menyebutkan tempat-tempat ibadah yang menghormati perayaan ini akan lebih banyak dikunjungi oleh umatnya. Perayaan imlek tahun ini akan lebih ramai dari sebelumnya disamping aspek psikologinya, imlek jatuh di hari Minggu.
“Faktor ini membuat perayaan ini mempunyai waktu lebih buat seluruh keluarga yang merayakan untuk saling berkunjung dan mendoakan,” katanya.