Nahdlatul Ulama yang tahun ini memasuki 100 tahun selama ini telah menyumbang konstruksi bagi masa depan peradaban umat manusia.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Puncak acara memperingatan seabad Nahdlatul Ulama akan digelar Selasa (7/2/2023) di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam perjalanannya, NU telah menyumbang konstruksi bagi masa depan peradaban umat manusia.
Demikian diungkap Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya pada pertemuan dengan pimpinan media massa, tokoh agama, pimpinan organisasi masyarakat, dan rektor perguruan tinggi di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (11/1/2023). Dalam pertemuan itu, Gus Yahya didampingi Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf, yang juga Wali Kota Pasuruan.
”Momen 100 tahun mengingatkan kepada masyarakat bahwa Nahdlatul Ulama adalah jalan keagamaan untuk mencapai kemulian, peradaban di masa depan, dengan menekuni tradisi sertawawasan,” kata Gus Yahya.
Puncak perayaan Satu Abad NU di Sidoarjo akan dihadiri sekitar 1,2 juta orang. Peringatan ini merupakan kegiatan seremonial yang menjadi simbol kebangkitan baru menuju abad kedua NU. Acara ini digelar dengan membawa tiga momentum dasar, yakni spiritual, organisasi, dan kultural.
”Saya atas nama PBNU, atas nama seluruh warga NU, mohon maaf kepada masyarakat Surabaya, Sidoarjo, dan mungkin lebih luas pada saat penyelenggaraan resepsi besar peringatan Hari Lahir Satu Abad NU,” katanya.
Rangkaian puncak acara yang berlangsung sejak 6-8 Februari 2023 akan disemarakkan festival, antara lain festival kuliner, seni, dan karnaval.
Momen 100 tahun mengingatkan kepada masyarakat bahwa Nahdlatul Ulama adalah jalan keagamaan untuk mencapai kemulian, peradaban di masa depan, dengan menekuni tradisi sertawawasan (Yahya Cholil)
”Kami ingin Nahdlatul Ulama bisa hadir dan diterima, bekerja sama dengan semua orang secara luas, bukan hanya dengan warga NU, melainkan juga dengan seluruh masyarakat kebangsaan,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, Gus Yahya juga mengingatkan kepada seluruh Nahdliyin bahwa NU adalah jalan keagamaan untuk mencapai kemuliaan di masa depan.
Menekuni tradisi
”Mari dengan menekuni tradisi, menekuni wawasan-wawasan keagamaan insya Allah warga NU ikut menyumbang secara konstruktif bagi masa depan yang lebih baik dan lebih mulia,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya RD Yosef Eko Budi Susilo mengungkapkan tidak bisa melupakan jasa besar KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam menjaga harmoni bangsa.
”Saya senang karena PBNU mengusung tema ini yakni merawat jagat, membangun peradaban,” katanya sembari menambahkan, dengan Islam Nusantara, NU bisa membingkai (harmoni) Indonesia.