Dampak Gelombang Tinggi, Nelayan Jateng Merugi hingga Produksi Ikan Merosot
Gelombang tinggi memaksa nelayan tak melaut. Akibatnya, pemasukan tak ada. Bantuan yang diharapkan juga tak kunjung diterima lantaran masih harus menunggu proses administrasi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Cuaca buruk dan gelombang tinggi di perairan utara dan selatan Jawa Tengah beberapa waktu terakhir membuat nelayan tak bisa melaut. Selain menurunkan pendapatan nelayan, kondisi itu juga membuat hasil tangkapan ikan di Jateng merosot tajam.
Pada akhir 2022 hingga awal 2023, wilayah perairan Jateng dilanda cuaca buruk. Ketinggian gelombang dilaporkan mencapai 2,5 meter-4 meter. Kondisi itu dianggap membahayakan keselamatan pelayaran maupun perikanan, terutama untuk kapal-kapal dengan ketinggian lambung yang lebih rendah dari tinggi gelombang.
Sejak tiga hari terakhir, tinggi gelombang di wilayah perairan Jateng sekitar 0,5-1 meter. Kondisi itu dinilai sudah relatif rendah dan aman untuk kegiatan pelayaran.
Setelah tak melaut lebih kurang tiga pekan, Waud (45), nelayan asal Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, kembali melaut pada Selasa (10/1/2023). Waud mengaku senang karena bisa kembali melaut. Kendati demikian, aktivitas melautnya yang pertama di tahun 2023 itu belum menghasilkan untung.
”Biasanya saya bisa pulang membawa empat keranjang berisi ikan, kepiting, dan cumi. Kalau dijual, saya bisa dapat Rp 600.000. Dari hasil melaut kemarin, saya cuma bisa membawa pulang 1,5 keranjang ikan. Setelah dilelang, saya cuma dapat Rp 200.000,” kata Waud, saat dihubungi, Rabu (11/1/2023).
Hasil lelang ikan tersebut belum cukup untuk menggantikan biaya perbekalan yang telah dikeluarkan Waud sebesar Rp 500.000. Selain bahan bakar, Waud yang pergi melaut pagi hari dan baru pulang siang hari itu juga perlu menyiapkan perbekalan berupa makanan dan minuman.
Selama tiga pekan tidak melaut, Waud tidak mendapatkan pemasukan sama sekali. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia harus berutang kepada tetangga atau saudaranya.
Ribuan nelayan lain di Kota Tegal turut merasakan dampak cuaca buruk dan gelombang tinggi tersebut. Hingga Rabu, setidaknya 400 kapal berbagai ukuran masih tertambat di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal dan sekitarnya. Mayoritas nelayan ingin kembali melaut, tapi mereka juga takut merugi seperti Waud.
Saat tidak bisa melaut, sebagian besar nelayan disebut Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jateng Riswanto terpaksa menganggur. Sebab, tidak banyak dari mereka yang memiliki keterampilan kerja lain selain melaut.
HNSI telah mengusulkan para nelayan yang terdampak itu diberi bantuan. Bantuan yang diharapkan berupa beras. Kendati demikian, bantuan itu belum bisa diberikan oleh pemerintah. ”Biasanya ada bantuan namanya beras paceklik. Tapi, ternyata saat ini belum bisa langsung disalurkan, harus menunggu proses asesmen dan lain-lain dulu,” ujar Riswanto.
Penurunan suplai ikan juga membuat harga beberapa jenis ikan naik hingga sebesar 45 persen.
Dia menyebut, terganggunya aktivitas melaut para nelayan juga membuat pasokan ikan menurun. Di Kota Tegal, misalnya, normalnya, dalam sehari ada 20 kapal yang masing-masing melelang sekitar 20 ton ikan. Dengan demikian, total ikan yang dilelang sekitar 400 ton per hari. Sejak cuaca buruk, jumlah ikan yang dilelang turun sekitar 70 persen menjadi 120 ton dalam sehari.
”Jumlah tangkapan ikan yang menurun ini mengganggu produksi usaha pengolahan ikan, baik yang skala besar maupun industri rumah tangga. Selain itu, penurunan suplai ikan juga membuat harga beberapa jenis ikan naik hingga sebesar 45 persen,” imbuhnya.
Selain di Kota Tegal, hasil tangkapan ikan sepanjang Desember di Jateng secara keseluruhan juga merosot. Berdasarkan data produksi perikanan tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng, tangkapan ikan pada Desember 2022 hanya sebesar 8.668 ton. Angka itu terpaut sangat jauh dengan jumlah tangkapan pada Desember 2021 sebanyak 27.907 ton.
Terkait bantuan yang diberikan kepada nelayan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng Fendiawan Tiskiantoro menyebut pihaknya sudah menyalurkan bantuan berupa paket bahan makanan kepada para nelayan. Penyaluran salah satunya dilakukan di satu kelurahan di Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, pekan lalu. ”Kami menyalurkan 146 paket sembako untuk keluarga nelayan,” ucapnya.