Sulut Siap Terima Wisatawan China, Penerbangan Carter Belum Beroperasi
Pemerintah Sulawesi Utara tetap siap menyambut wisatawan dari China di tengah kurangnya informasi komprehensif tentang transmisi Covid-19 di sana. Namun, rute penerbangan carter dari China belum akan dibuka kembali.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah Sulawesi Utara tetap siap menyambut wisatawan dari China di tengah kurangnya informasi komprehensif tentang transmisi Covid-19 di negara tersebut. Kendati begitu, delapan rute penerbangan carter antara China dan Manado yang berlangsung selama 2016 hingga awal 2020 belum akan dibuka kembali.
Kepala Dinas Pariwisata Sulut Henry Kaitjily, Kamis (5/1/2023), menyatakan, wisatawan dari China dapat berkunjung ke Sulut dengan memanfaatkan rute Singapura-Manado yang diisi maskapai Scoot. Itu adalah satu-satunya rute penerbangan internasional di Bandara Sam Ratulangi, Manado.
”Di samping itu, wisatawan China bisa masuk melalui jalur domestik. Bisa dari Jakarta dan Bali, misalnya,” kata Henry melalui pesan teks, merujuk pada status Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Ngurah Rai sebagai dua bandara tujuan penerbangan internasional.
Sebaliknya, rute penerbangan carter yang diisi Lion Air dan dapat membawa 10.000 wisatawan setiap bulan dari delapan kota di China belum akan diaktifkan dalam waktu dekat. ”Belum ada konfirmasi,” katanya.
Penerbangan carter dari China diinisiasi oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey setelah ia terpilih untuk jabatan periode pertama pada 2016. Rekor kedatangan wisatawan mancanegara di Sulut pecah pada 2019 dengan total 129.587 orang, meningkat dari 122.100 orang setahun sebelumnya.
Turis dari China mendominasi wisman di Sulut. Sebagai gambaran, pada Desember 2019, sebanyak 9.555 dari 10.743 wisman yang mengunjungi Sulut adalah warga negara China. Rata-rata mereka tinggal selama tiga hingga empat hari di Manado sesuai dengan paket wisata rombongan yang mereka beli sebelum keberangkatan.
Gelombang wisata massal dari China ke Sulut terhenti pada awal 2020 akibat pandemi Covid-19 hingga saat ini. Saat ini, lebih dari 12 negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Italia, Jepang, Malaysia, dan Filipina, menetapkan syarat perjalanan khusus bagi pelaku perjalanan dari China.
Pemerintah negara-negara tersebut menyebut Pemerintah China tidak cukup transparan dalam menyediakan data perkembangan Covid-19. Pada 2 Desember 2022, sebanyak 62.439 kasus baru teregistrasi di China dengan rata-rata mingguan sebesar 40.791 kasus. Namun, sejak 28 Desember 2022, tidak ada temuan kasus baru dan rata-rata kasus mingguan jatuh ke nol.
Pemerintah Indonesia belum mengambil sikap terkait pembatasan kedatangan dari China. Namun, Deputi Bidang Kebijakan Strategi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Nia Niscaya, November 2022, justru menyatakan, pihaknya menargetkan kedatangan hingga 255.700 wisatawan dari China.
Henry pun menyatakan, Pemprov Sulut tidak akan mengganti China sebagai tujuan utama pemasaran pariwisata. ”Potensi kedatangan dibuka seluas-luasnya bagi negara mana pun,” katanya.
Di samping itu, wisatawan China bisa masuk melalui jalur domestik. Bisa dari Jakarta dan Bali (Henry Kaitjily).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulut Gysje Pontororing mengatakan, kunjungan pelaku perjalanan dari daerah transmisi Covid-19, terutama China, harus terus diwaspadai. Namun, hingga saat ini, tidak ada arahan apa pun dari pemerintah pusat terkait kewaspadaan tersebut.
Pada saat yang sama, pemeriksaan antigen di bandara terhadap penumpang yang baru saja tiba juga telah dihentikan. Pencegahan Covid-19 pun dititikberatkan pada pengawasan atau surveilans di tingkat masyarakat.
”Kami mengikuti aturan yang lama. Kalau ada pelaku perjalanan masuk ke Sulut, terus dia ada gejala, ya, kita harus periksa. Surveilans tetap kami jalankan. Intinya, kami tetap hati-hati dengan kunjungan dari negara-negara yang masih bermasalah, terutama China,” kata Gysje.
Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulut Leonard Parangan mengatakan, wisatawan China selalu ditunggu-tunggu para pelaku usaha di seluruh subsektor pariwisata di Sulut. Hal ini karena dampak kedatangan mereka bisa dirasakan semua pihak, mulai dari hotel, restoran, jasa transportasi, sampai pemandu selam wisata.
Leonard menambahkan, seluruh anggota Asita selalu bersedia berkoordinasi dengan instansi pemerintahan yang bertugas mencegah pandemi kembali merebak, seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Manado. Dengan begitu, sektor pariwisata bisa bangkit kembali.
Sebagai General Manager MM Travel, biro pariwisata di bawah Lion Group yang menangani wisatawan China, Leonard menyatakan, persiapan menyambut wisman dari China sedang dilakukan. Ia berharap satu dari delapan rute penerbangan China-Manado yang pernah aktif bisa kembali beroperasi pada Februari.