Istri Wiji Thukul Berpulang, Keadilan Tak Kunjung Datang
Dyah Sujirah alias Sipon, istri penyair dan aktivis Wiji Thukul, berpulang dalam usia 55 tahun, Kamis (5/1/2023). Sipon meninggal tanpa pernah memperoleh keadilan atas kasus hilangnya sang suami.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Sejumlah warga melayat ke kediaman Dyah Sujirah atau Sipon yang berpulang, Kamis (5/1/2023), di Kota Surakarta, Jawa Tengah.
SURAKARTA, KOMPAS — Dyah Sujirah alias Sipon, istri penyair dan aktivis Wiji Thukul, berpulang dalam usia 55 tahun, Kamis (5/1/2023), di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Ia sempat dirawat di rumah sakit selama satu malam sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir. Sipon meninggal tanpa pernah memperoleh keadilan atas kasus hilangnya sang suami.
Hastin Dirgantari, teman dekat Sipon, menceritakan, kondisi kesehatan almarhumah menurun sejak dua pekan terakhir. Setelah diperiksakan ke rumah sakit, Sipon diketahui memiliki masalah jantung. Sebelumnya, dia juga diketahui menderita diabetes. Bahkan, penyakit tersebut sampai membuat salah satu kakinya diamputasi.
Rabu (4/1/2022) malam, Sipon mengeluh sakit. Dokter menyarankan agar almarhumah dirawat di rumah sakit. Awalnya, almarhumah enggan. Namun, setelah dibujuk oleh putranya, Fajar Merah, Sipon akhirnya bersedia dibawa ke rumah sakit terdekat, yakni RS Hermina Surakarta.
”Tadi pagi, dia menyuruh Wani (putri Sipon) pulang. Tetapi, tiba-tiba dokter menelepon bahwa dia mengalami serangan jantung. Kami berusaha mengejar. Sesampainya di sana, sudah ada tindakan dokter. Pada pukul 13.01, dia dinyatakan meninggal,” kata Hastin.
Karangan bunga yang dikirimkan untuk Dyah Sujirah atau Sipon yang berpulang pada Kamis (5/1/2023) di Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Hastin menyebut, Sipon meninggal dalam keadaan tersenyum. Dia pun berharap Sipon dapat beristirahat dengan tenang karena penderitaan yang dialaminya sepanjang hidup telah berakhir.
Selama ini Sipon memang tidak hanya mengalami sakit fisik. Kondisi psikologisnya juga terguncang akibat kasus hilangnya Wiji Thukul dalam gejolak politik pada masa Orde Baru.
Sipon meninggal tanpa pernah memperoleh keadilan atas kasus hilangnya sang suami.
”Dia berpulang dengan senyum. Saya lihat dia sudah merasa tenang. Saya berharap dia tenang dan damai di surga. Dia sudah lepas dari segala penderitaan,” kata Hastin.
Sebelum berpulang, kata Hastin, Sipon sempat merasa capek dan takut. Hastin pun berusaha memberi semangat karena perjuangan mencari keadilan atas hilangnya Wiji Thukul juga belum diperoleh. Sayangnya, takdir berkata lain. Almarhumah beristirahat untuk selama-lamanya sebelum bisa merasakan keadilan tersebut.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Tetangga dan kerabat membopong jenazah Dyah Sujirah atau Sipon yang berpulang, Kamis (5/1/2023), di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Dyah merupakan istri dari penyair dan aktivis Wiji Thukul yang hilang menjelang berakhirnya masa Orde Baru.
Hastin menuturkan, harapan untuk memperoleh keadilan atas hilangnya Wiji Thukul sempat muncul setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2022 tentang Pembentukan Tim Penyelesian Non-Yudisial Pelanggaran HAM yang Berat Masa Lalu.
Menurut keputusan itu, tim yang dibentuk harus melakukan pengungkapan dan mendorong penyelesaian non-yudisial atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat masa lalu. Tim juga perlu merekomendasikan pemulihan bagi korban serta langkah-langkah pencegahan HAM berat di masa depan.
”Saya mengharapkan agar perjuangan terus berlangsung. Sebab, Mbak Pon belum menerima keadilan apa pun. Dalam hal hukum, dia masih mencari. Di tengah pencarian itu, dia merasa kelelahan,” kata Hastin.
Dalam pandangan Hastin, almarhumah merupakan sosok yang penuh semangat. Sipon juga selalu mampu membuat orang-orang terdekatnya tidak mudah menyerah. Segala perjuangan mencari keadilan ditempuhnya hingga titik darah penghabisan.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK)
Warga melintasi mural potret penyair dan aktivis HAM Wiji Thukul di kawasan Kota Tua, Jakarta, Sabtu (25/7/2020). Mural Wiji Thukul karya pelukis Bagong Surono dibuat untuk mengapresiasi semangat perlawanan dan perjuangan Wiji Thukul terhadap penindazan rezim Orde Baru.
Sarijo (64), kakak Sipon, menggambarkan adiknya sebagai sosok yang penyabar. Dukungan penuh selalu diberikan almarhumah kepada suaminya yang setia memperjuangkan hak-hak orang kecil seperti buruh. Itulah yang membuatnya kagum meski Sipon kerap kali kekurangan secara ekonomi.
”Bisa sehari makan, sehari lainnya tidak. Tetapi, perjuangannya sejak dulu seperti itu. Sampai pindah-pindah mengontrak rumah. Masih setia dengan suaminya sampai sekarang,” kata Sarijo.
Sarijo juga berkisah soal pemberian nama Sipon. Orang tua mereka awalnya menamai Sipon dengan nama Dyah Sujirah. Namun, semasa kecil, Dyah kerap sakit. Akhirnya, ia diruwat dan diganti nama panggilannya menjadi Sipon.
Hingga Kamis sore, karangan bunga berdatangan dari berbagai orang ke rumah duka di Kelurahan Jagalan, Kecamatan Pucangsawit, Kota Surakarta. Salah satu karangan bunga datang dari keluarga Presiden Joko Widodo.
Di rumah duka tersebut jenazah almarhumah disemayamkan. Rencananya almarhumah dimakamkan di Astono Purwoloyo, Kecamatan Pucangsawit, Jumat (6/1/2023). Pemakaman bakal dimulai pada pukul 10.00.