Sistem Pengamanan Penampungan Pengungsi Rohingya Perlu Diperkuat
Awalnya, jumlah pengungsi Rohingya yang ditampung sementara di eks Kantor Imigrasi Kota Lhokseumawe sebanyak 299 orang. Namun, hingga 2 Januari 2023, jumlah pengungsi yang tersisa 151 orang. Para pengungsi itu kabur.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
LHOKSEUMAWE, KOMPAS — Sebanyak 148 pengungsi etnis Rohingya yang ditampung di bekas Kantor Imigrasi Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, dilaporkan telah meninggalkan kamp penampungan tersebut. Kini, jumlah pengungsi yang tersisa hanya 151 orang. Sejumlah pihak mendorong agar pengamanan tempat penampungan pengungsi diperkuat.
Iskandar Dewantara, Koordinator Monitoring dan Evaluasi Yayasan Geutanyoe, lembaga yang fokus pada isu kemanusiaan, Selasa (3/1/2023), mengatakan, pengamanan yang lemah membuat jaringan penyelundup dengan mudah ”mengeluarkan” pengungsi dari kamp penampungan. ”Kasus pengungsi Rohingya kabur dari lokasi penampungan terus berulang. Seharusnya pengamanan diperkuat,” ucapnya.
Awalnya, jumlah pengungsi Rohingya yang ditampung sementara di eks Kantor Imigrasi Kota Lhokseumawe sebanyak 299 orang. Namun, hingga 2 Januari 2023, jumlah pengungsi yang tersisa 151 orang. Para pengungsi itu kabur dari kamp secara bertahap. Mereka diduga meninggalkan kamp pada tengah malam.
Pada Selasa (13/12/2022), polisi menggagalkan rencana pelarian 10 pengungsi. Namun, pada saat itu sebanyak 13 orang berhasil kabur. Polisi menyebutkan, 13 orang itu kabur menuju Medan, Sumatera Utara. Dari Medan, mereka baru menyeberang ke negara lain.
Saat itu polisi juga menangkap tiga warga lokal yang diduga terlibat membantu proses pelarian pengungsi. Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki dugaan keterlibatan mereka dalam penyelundupan pengungsi.
Bagi Iskandar, menjadi aneh ketika kasus yang sama terus berulang. Dia menduga ada jaringan penyelundupan manusia atau sindikat perdagangan orang yang telah mengeluarkan pengungsi dari kamp penampungan. ”Kami berharap pengamanan diperkuat agar pengungsi Rohingya yang berada di Lhokseumawe tidak menjadi korban pelaku perdagangan manusia,” ujarnya.
Para pengungsi Rohingya tersebut datang ke Aceh pada dua waktu yang berbeda. Gelombang pertama sebanyak 110 pengungsi terdampar di pantai Desa Meunasah Baro, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, 15 November 2022. Sehari setelah itu, 119 orang lainnya terdampar di Desa Bluka Teubai, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara.
Para pengungsi sempat ditampung oleh warga setempat di balai desa dan balai kecamatan. Namun, merasa terbebani, warga mengangkut para pengungsi itu ke kantor bupati setempat. Belakangan, para pengungsi ditempatkan di gedung eks Kantor Imigrasi Lhokseumawe, kota tetangga Kabupaten Aceh Utara.
Dihubungi terpisah, Kepala Kepolisian Resor Kota Lhokseumawe Ajun Komisaris Besar Henki Ismanto mengatakan, dalam kasus kaburnya pengungsi Rohingya, jangan hanya petugas keamanan yang disorot. Menurut dia, lokasi penampungan saat ini tidak representatif.
”Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, semua pada kabur. Lokasi yang sekarang di eks imigrasi sangat sangat tidak layak. Namun, dari Polhukam (kementerian) tetap minta di situ,” kata Henki.
Dia mengatakan, pengamanan tetap dilakukan dengan menempatkan polisi di lokasi penampungan pengungsi. ”Namun, karena tujuannya memang ingin kabur, ya, susah. Imbauan tidak pernah dipatuhi,” ujar Henki.
Sebelumnya, Sekretaris International Concern Group for Rohingya (ICGR) Adli Abdullah menuturkan, modus kaburnya pengungsi Rohingya dari kamp di Kota Lhokseumawe harus diungkap. Dia menilai tidak logis pengungsi bisa keluar dengan mudah, sementara keberadaan mereka diawasi oleh aparat penegak hukum dan lembaga internasional.
Adli menduga ada yang membantu mengeluarkan pengungsi dari kamp penampungan. Oleh karena itu, dia mendesak aparat penegak hukum membongkar modusnya. ”Sedih melihat kehidupan Rohingya. Ibarat jatuh, tertimpa tangga. Mereka keluar dari Myanmar untuk mencari penghidupan, tetapi jadi korban perdagangan orang,” kata Adli.
Adli berharap Pemerintah RI terlibat aktif mendorong penyelesaian konflik terkait etnis Rohingya di Myanmar. Jika persoalan tersebut tidak selesai, gelombang pengungsi Rohingya ke Indonesia akan terus mengalir.