Banjir Jateng Berangsur Surut, Masyarakat Tetap Diminta Waspada
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berupaya meminta bantuan BMKG untuk melakukan rekayasa cuaca di wilayahnya. Sejumlah wilayah di pantura Jateng terendam banjir hingga 70 cm pada Sabtu lantaran hujan deras sejak Jumat.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Banjir yang merendam sejumlah wilayah di Jawa Tengah pada Sabtu (31/12/2022) pagi berangsur surut pada petang hari seiring dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi genangan. Kendati demikian, masyarakat tetap diminta waspada karena cuaca ekstrem diperkirakan masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan.
Di Jateng, banjir dilaporkan terjadi di Kota Semarang, Kendal, Demak, Pati, Brebes, Pemalang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, dan Batang. Ketinggian air di wilayah itu beragam, dari 10 sentimeter (cm) hingga 70 cm. Berbagai aktivitas warga di wilayah-wilayah itu terhambat.
Di Kota Semarang, banjir berangsur surut pada Sabtu petang. Berdasarkan pantauan, sejumlah ruas jalan seperti Jalan Simpang Lima, Jalan Gajahmada, Jalan Pemuda, Jalan Pahlawan, dan Jalan Pandanaran telah mengering. Sementara itu, sejumlah wilayah, antara lain Kelurahan Mangkang Kulon di Kecamatan Tugu, Wonosari di Kecamatan Ngaliyan, dan Mangunharjo di Kecamatan Tembalang, masih terendam, tetapi ketinggian air sudah berkurang.
Di sebagian wilayah di Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kendal, Demak, Pati, Brebes, Pemalang, dan Batang banjir juga berangsur surut. Namun, di Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan banjir dengan ketinggian mencapai 70 cm masih merendam ribuan rumah. Bahkan, di Kota Pekalongan tercatat ada 623 jiwa mengungsi di 11 titik pengungsian yang ada.
Setelah mendapatkan laporan terkait adanya banjir, para bupati dan wali kota turun ke lokasi banjir untuk memantau situasi. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo turut memantau banjir di Kota Semarang. Selain berkunjung ke lokasi banjir, Ganjar juga mendatangi sejumlah rumah pompa.
Dalam kunjungannya ke rumah pompa Sringin di Jalan Semarang-Demak, Ganjar mendapati dua pompa yang tidak berfungsi. Menurut petugas, hal itu terjadi karena kebocoran oli hidrolis. Pompa tak kunjung bisa diperbaiki lantaran teknisi belum datang karena alasan terjebak banjir.
”Kalau kondisinya darurat seperti ini, saya minta perbaikan dilakukan cepat. Kalau kita tidak cepat memperbaiki itu, cukup bahaya. Tadi malam juga kami minta seluruh pompa portabel itu diaktifkan karena ini kejadiannya merata,” ucap Ganjar, Sabtu.
Kendati banjir sudah berangsur surut, masyarakat diminta tetap waspada. Sebab, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan cuaca buruk masih berpotensi terjadi, setidaknya sampai 2 Januari 2023.
Hasil analisis dinamika atmosfer oleh BMKG menunjukkan, pertemuan massa udara dingin dari Asia dengan massa udara panas dari Australia memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia, termasuk di Jateng. Kondisi itu diperkirakan memicu munculnya potensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang.
”BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode tiga hari ke depan. Cuaca ekstrem bisa memicu bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, hujan es, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Sutikno (Kompas.id, 30/12/2022).
Terkait dengan kondisi tersebut, Ganjar telah berkomunikasi dengan BMKG untuk membantu rekayasa cuaca, khususnya di wilayah pantura Jateng. ”Kami coba minta agar dilakukan rekayasa cuaca, diintervensi. Kemarin kami sudah sampaikan kondisi kedaruratan ini,” katanya.
Banjir yang terjadi akibat hujan yang mengguyur pantura Jateng sejak Jumat (30/12/2022) tidak hanya terjadi di daerah rawan atau langganan banjir. Air hujan yang tak tertampung di sungai ataupun saluran air juga menggenangi sejumlah wilayah yang sebelumnya tak pernah banjir.
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode tiga hari ke depan.
”Baru kali ini daerah ini kebanjiran, biasanya tidak pernah banjir karena wilayahnya tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Kemungkinan banjir terjadi karena hujan deras yang tidak reda-reda dari kemarin. Jadi, selokan air meluap,” ujar Alfian (22), warga Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara.
Warga berharap pemerintah bertindak cepat untuk mengatasi genangan. Upaya jangka panjang mencegah banjir kembali terjadi juga diharapkan bisa segera dilakukan. Dengan demikian, kecemasan masyarakat bisa berkurang.