Sempat Longsor, Jalur Payung Kota Batu Sudah Bisa Dilalui
Jalur wisata Payung 2 di Kota Batu, Jawa Timur, pada Jumat (30/12/2022) dini hari dan sore hari longsor. Jalur menuju Kota Wisata Batu tersebut kembali bisa dilalui Jumat sore. Masyarakat diminta selalu berhati-hati.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
BATU, KOMPAS – Jalur wisata Payung 2 di Kota Batu, Jawa Timur, pada Jumat (30/12/2022) dini hari dan sore hari longsor. Jalur menuju Kota Wisata Batu tersebut kembali bisa dilalui Jumat sore. Masyarakat yang hendak bepergian atau menghabiskan malam Tahun Baru di kawasan Malang Raya diharapkan berhati-hati.
Longsor pertama kali terjadi pada Jumat dini hari. Saat itu, tebing dengan material tanah, batu, dan kayu longsor dari ketinggian 10 meter. Longsoran menutup setengah badan jalan dengan luas titik longsoran 6 meter x 4 meter.
Hal itu menyebabkan jalur lalu lintas arah Kediri-Batu terganggu. Tim gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu bersama sejumlah instansi melakukan pembersihan jalan. Namun, tanah jenuh menyebabkan longsor susulan pada Jumat pukul 15.58 WIB.
”Petugas bergerak cepat untuk menangani. Saat dilakukan pembersihan dan penanganan, diberlakukan sistem buka-tutup jalan,” kata Nita, petugas Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Batu.
Tim gabungan terus melakukan penyemprotan material longsor dan pengerukan menggunakan alat berat. Untuk mencegah korban, petugas juga memasang tanda garis pengaman dan menempatkan petugas untuk memantau potensi terjadinya guguran tanah lanjutan. Tidak lama, jalur pun bisa dilintasi kembali oleh pengguna jalan.
Meski begitu, karena kondisi tanah yang dinilai jenuh, masyarakat pengguna jalur kawasan wisata Payung Kota Batu tersebut diminta selalu waspada saat melintas, terutama saat hujan. Hal itu karena ada potensi longsor susulan di sepanjang lajur berkelok tersebut.
Kewaspadaan akan potensi hujan deras atau cuaca ekstrem di Kota Batu cukup beralasan. Berdasarkan siaran pers Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) per 28 Desember 2022, sepekan ke depan Jawa Timur akan mengalami puncak hujan dan berpotensi mengalami cuaca ekstrem.
Dalam beberapa hari terakhir, monsun Asia menunjukkan aktivitas signifikan, ditambah adanya seruakan dingin (cold surge) yang disertai fenomena CENS (cross equatorial northerly surge) atau arus lintas ekuatorial. Hal ini mengindikasikan adanya aliran massa udara dingin dari utara yang masuk ke Indonesia melintasi ekuatorial. Kondisi itu bisa meningkatkan potensi curah hujan dan kecepatan angin di wilayah barat Indonesia, termasuk Jawa Timur.
Selain itu, disebutkan ada beberapa fenomena berlangsung sekaligus, seperti La Nina meski dengan intensitas lemah, Madden-Julian Oscillation (MJO), dan gelombang ekuatorial Rossby. Ada pula gelombang atmosfer Kelvin dan pola konvergensi atau pertemuan massa udara.
Kondisi suhu muka laut di perairan Jawa Timur juga masih hangat dengan anomali 1-2,5 derajat celsius. Kondisi itu mengakibatkan uap air semakin banyak mengumpul di atmosfer. Kondisi-kondisi itu memengaruhi pembentukan awan kumulonimbus.
Karena fenomena itu, menurut BMKG, perlu diwaspadai cuaca ekstrem saat Tahun Baru di beberapa wilayah di Jatim. Ini meliputi Kota Batu, Kota Blitar, Kabupaten Malang, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Probolinggo.
Adapun wilayah perairan juga perlu diwaspadai tinggi gelombang di beberapa wilayah, seperti selatan perairan Jawa, Laut Jawa utara Bawean, dan Samudra Hindia selatan Jatim. Tinggi gelombang bisa mencapai 2,5 meter-6 meter.
”Jelang Tahun Baru, masyarakat perlu waspada akan potensi cuaca ekstrem itu. Namun, bukan berarti harus panik berlebihan. Lebih baik masyarakat mencari tahu langsung ke pihak berwenang, yaitu BMKG,” kata Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Andang Kurniawan.