Ragam Atraksi Budaya Menyambut Tahun Baru di Jambi
Tradisi menyambut tahun baru yang dilakukan sejak generasi nenek moyang sempat meredup lama. Tradisi itu kembali dihidupkan dalam momen kegiatan kesenian tradisi di Jambi Tulo, Sabtu malam besok.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·4 menit baca
Pergantian tahun menjadi momen untuk merefleksikan diri atas perjalanan hidup yang telahdialami. Peristiwa suka dan duka, untung dan malang, menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Tradisi menyambut tahun yang baru juga ternyata dilakukan oleh generasi nenek moyang, termasuk pada masyarakat Melayu Tua di Muaro Jambi, Jambi. Tradisi yang sempat meredup lama itu akan kembali dihadirkan menyambut malam pergantian tahun.
Rangkaian kegiatan bernama Bebagan Sakat Lebung Panjang 2022 akan menghadirkan doa dan syair yang dilantunkan dalam iringan rebana zikir berdah di Desa Jambi Tulo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Sabtu (31/12/2022) malam.
Syair yang terkandungdi dalamnya mengungkapkan rasa syukur dan permohonan kepada Sang Pencipta untuk dijauhkan dari bencana pada tahun mendatang. ”Lewat doa dan syair, permohonan untuk kehidupan yang lebih baik di tahun baru kami harapkan dapat terwujud,” ujar Adi Ismanto, pegiat budaya yang tergabung dalam Gerakan Muaro Jambi Bersakat, Kamis (29/12/2022).
Adi menceritakan, kesenian tradisi tersebut meredup dan absen dijalankan masyarakat setempat di masa kini. Hal itu seiring perubahan pola matapencarian, yangdahulusangat tergantungkepadaalam menjadi perkebunan. Ritual tolak bala pun ikut meredup.
Para pemuda setempat sepakat pada pergantian tahun ini, ritual kampung kembali dihidupkan. Selain zikir berdah, akan ditampilkan pula kesenian ketuk gambangan. Kesenian itu memanfaatkan alat musik sederhana berupa enam bilah kayu mahang dan sebuah kayu pengetuk yang dipahat sedemikian rupa hingga menghasilkan bunyi-bunyi harmonis.
Untuk memainkannya, bilah-bilah itu dipangku dalam posisi duduk berselonjor. Agar kayu tetap diam di pangkuan, selembar kain dikaitkan, lalu ditahan pada jari-jari kaki.
Menurut penabuh gambangan Edwar Sasmita, di masa kini sebagian besar penabuh telah tiada. Kayu mahang juga semakin langka. Para pemuda akhirnya memperbanyak penanaman mahang, yang menjadi bahan baku alat musik itu. Mereka coba hidupkan lagi gambangan. Salah satunya dengan mengubah syair lagi agar memiliki kebaruan dan cocok dinikmati generasi muda. Lirik-lirik lagu yang baru itu akrab dengan keseharian masyarakat.
Selain di Jambi Tulo, kegiatan menghidupkan tradisi pada pergantian tahun akan berlangsung di Sungai Batanghari. Rangkaian acara berupa Milir Berakit Sungai Batanghari dimulai 30 Desember 2022 hingga 6 Januari 2023. Sebanyak 17 rakit disiapkan untuk menyusuri Sungai Batanghari menggunakan rakit menuju hilir.
”Tim akan menyusuri hulu Sungai Batanghari yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera ini, dari Kabupaten Sarolangun menuju Kota Jambi berjarak tempuh 250 kilometer,” ujar Pinto Jayanegara Abidin dari Yayasan Sahabat Sungai Batanghari (YSBB) selaku penyelenggara acara.
Milir Berakit diharapkan dapat menghidupkan kembali kejayaan Sungai Batanghari baik ekologis, sosial, ekonomi, maupun budayanya. Ia menyebut, belakangan ini peran penting sungai itu kian tergerus. Harapannya, Milir Berakit menjadi langkah maju menuju restorasi Sungai Batanghari. ”Dulunya sungai adalah urat nadi. Peran sentral Sungai Batanghari di masa lalu supaya kembali hidup,” ujar Pinto.
Masyarakat tidak nyaman lagi melihat Batanghari menjadi seperti sekarang.
Kondisi Sungai Batanghari yang tercemar sudah lama menjadi keprihatinan masyarakat Jambi. ”Risi setiap kali menatap sungai di bawah jembatan. Airnya keruh. Masyarakat tidak nyaman lagi melihat Batanghari menjadi seperti sekarang,” ujar Haryanto, warga Kelurahan Thehok, Jambi.
Air sungai yang keruh itu juga pernah disinggung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada tahun 2015. Seusai meresmikan Jembatan Pedestrian yang berdiri di atas sungai itu, Kalla bilang, dirinya menyayangkan kondisi air sungai yang keruh. Padahal, jembatan itu digadang-gadang menjadi aset pariwisata baru bagi masyarakat Jambi. Kekeruhan air Sungai Batanghari tidak dapat dibiarkan begitu saja. Harus segera diatasi.
Ekspedisi Milir Berakit akan diikuti berbagai kelompok dan komunitas di Jambi. Kegiatan itu tidak saja dimaknai sebagai promosi budaya dan potensi ekowisata di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari, tetapi juga upaya memetakan dan mengkaji berbagai persoalan ekologis.
Akan ikut pula peneliti dari kampus untuk mengecek penurunan kualitas air, sedimentasi, biota, dan berbagai ancaman ekologis akibat aktivitas merusak lingkungan dari hulu hingga hilir Batanghari.
Ketua Panitia Milir Berakit Sigit Eko Yuwono menambahkan, dalam kegiatan ini nantinya akan ada 17 rakit yang dijalankan. Saat ini, semua rakit yang dibuat dari bambu itu telah siap.
Rangkaian Milir Berakit akan memakan waktu tujuh hari. Jalurnya dimulai dari Kabupaten Sarolangun menuju Kota Jambi. ”Di setiap perhentian akan ada penyambutan dan penampilan kegiatan budaya lokal,” katanya.
Di Kota Jambi, penyambutan Tahun Baru sudah boleh dilakukan leluasa oleh masyarakat. Wali Kota Syarif Fasha telah menyampaikan, boleh ada kegiatan kembang api, tetapi petasan dilarang karena mengancam keselamatan. Selain itu, tempat-tempat hiburan boleh menggelar acara Tahun Baru. Mal dan pusat perbelanjaan lain boleh menggelar diskon akhir tahun. Semua kegiatan diharapkan berjalan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Menyambut Tahun Baru pula, Kepolisian Daerah Jambi menyiagakan 3.197 personel gabungan. Mereka bertugas mengamankan tempat-tempat ibadah, tempat wisata dan hiburan, dan tempat keramaian. Para personel tersebut terdiri dari 1.653 orang dari jajaran kepolisian, 276 personel TNI, dan 1.268 orang dari gabungan aparat lain.