Setelah menerjang empat desa di Kabupaten Kupang empat hari lalu, banjir kembali menerjang dua desa di Kabupaten Kupang. Banjir bakal terus terjadi karena musim hujan masih sampai Maret 2023.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
DOKUMEN GEREJA KRISTEN NAITAE KABUPATEN KUPANG
Banjir akibat luapan Sungai Siumate di Kabupaten Kupang, NTT, terjadi pada Kamis (29/12/2022) dini hari, menyebabkan puluhan rumah warga di Desa Tuakau dan Desa Naitae terendam dan ratusan warga mengungsi. Tampak rumah warga di Desa Naitae yang sedang terendam banjir.
OELAMASI, KOMPAS — Banjir melanda dua desa di Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, setelah sebelumnya melanda empat desa di Kupang. Puluhan rumah terdampak, ratusan warga pun harus mengungsi. Pemda diminta segera bertindak mengatasi bencana itu mengingat musim hujan masih akan berlangsung hingga Maret 2023.
Pimpinan Gereja Kristen Protestan, Desa Naitae Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Pdt Lia Laubura STh di Oelamasi, Kamis (29/12/2022), mengatakan, dua desa yang terendam adalah Desa Tuakau dan Desa Naitae. Sekitar 120 warga terdampak banjir dan mengungsi secara swadaya ke rumah anggota keluarga mereka yang aman. Mereka membawa perabot rumah tangga, seperti kursi, meja, perkakas dapur, televisi, dan juga hewan ternak. Semua dimuat di dalam mobil pikap dan truk.
Sebenarnya, kata Lia, banjir sudah terjadi sejak 24 Desember 2022. Air surut sebentar, lalu banjir terjadi lagi saat hujan kembali turun.
Banjir terjadi akibat luapan Sungai Siumate, yang ada di samping kedua desa. Sungai itu meluap antara lain akibat gorong-gorong yang menyalurkan air sungai melintang di jalan sekaligus menjadi jembatan warga tersumbat. "Sejak 24 Desemberitu, setiap terjadi hujan deras di hulu banjir bertambah parah. Sekarang agak cerah, tetapi sebentar lagi, kalau hujan pasti banjir lagi,”kata Lia.
Sebuah rumah warga di desa Tuakau Kabupaten Kupang rusak setelah diterjang banjir Kamis (29/12/2022) dinihari.
Onggokan material banjir yang menyumbat gorong-gorong dan sangat padat. Ribuan ton material itu hanya bisa dibongkar dengan alat berat.
“Kami telah minta alat berat untuk mengangkat tumpukan material itu melalui camat. Belum terealisasi, kemarin banjir datang lagi sampai hari ini," kata Lia.
Selain rumah dan perabotan warga rusak terkena banjir, fasilitas umum seperti tiang listrik juga tumbang. Tanaman perkebunan warga seperti pisang, kelapa, dan jenis tanaman ekonomis lain ikut roboh atau hanyut diterjang banjir.
Banjir juga menghanyutkan tanaman pertanian warga berupa jagung, umbi-umbian, kacang-kacang-kacangan, dan padi gogo. Belasan ternak milik warga berupa babi, kambing, dan ayam pun ikut hanyut.
Sejumlah tanaman ekonomis ikut hanyut diterjang banjir seperti pisang hingga terbongkar dan tumbang di Desa Tuakai, Kabupaten Kupang, Kamis (29/12/2022) dinihari.
Lia mengatakan, kondisi lingkungan di wilayah itu mengalami kerusakan sejak sejak Badai Seroja, April 2021 lalu. Bongkahan tanah dan bebatuan yang sudah menggantung saat Seroja melanda, kembali longsor atau berjatuhan saat datang musim hujan tahun ini.
“Saya mau katakan bahwa kerusakan akibat Seroja saat itu belum pulih, sekarang datang lagi bencana serupa di atas bekas bencana sebelumnya. Kondisinya seperti apa, bisa dibayangkan,” kata Lia.
Saat Badai Seroja 2021 melanda, Pemkab Kupang memotong kayu-kayu yang tumbang di hulu dan hilir Sungai Siumate. Sampah-sampah kayu itu dibiarkan saja sehingga saat hujan datang tahun ini, kayu-kayu itumengalir bersama banjir, menuju pemukiman penduduk.
Selama musim kemarau, Kali Siumate itu kering, tetapi saat musim hujan air sungai meluber ke mana-mana. “Kini, hampir semua anak sungai atau kali-kali kecil menghasilkan banjir, meluber ke mana-mana. Saya tidak mengerti, Mengapa akhir-akhir ini semua kali menghasilkan banjir dengan material yang begitu banyak. Tahun-tahun sebelumnya situasi itu hampir tidak ada,” kata Lia.
Fasilitas tempat tidur seperti kasur pun ikut hanyut diterjang banjir saat tuan rumah lari, sebelum banjir datang di Desa Naitae Kabupaten Kupang, Kamis (29/12/2022) dinihari.
Lia mengharapkan Pemko Kupang segera mendatangkan alat berat untuk menormalisasi Sungai Siumate, dan kali-kali kecil lain di sekitar pemukiman. Apalagi musim hujan masih berlangsung sampai Maret 2023. Jika normalisasi sungai tidak dilakukan, warga akan tetap menderita selama hujan tiba.
Tokoh pemuda Desa Tuakau Joni Obenu (48) meminta bantuan pemerintah berupa tenda-tenda darurat, air bersih, dan makanan. Saat ini, sebagian besar masyarakat kehilangan rumah tinggal dan makanan mereka hanyut oleh banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kupang, Jimy Didoek mengatakan, pihaknya sedang melakukan pendataan kerusakan akibat banjir bersama tim. Jimy telah hadir di lokasi bencana di dua desa itu dan membawa bantuan darurat berupa beras. "Setelah ada data resmi, Pemkab Kupang akan mengalokasikan bantuan lain," kata Jimy.
Kepala Divisi Perubahan Iklim dan Kebencanaan Walhi NTT Dedi Febrianto Holo mengatakan, Pemkab Kupang perlu mengambil langkah serius untuk melakukan pemulihan lingkungan di wilayah hulu. Selain itu, kebijakan pembangunan dan penambangan pasir dan batu di wilayah daerah aliran sungai segera dievaluasi kembali oleh Pemprov.
Sejumlah tiang listrik di desa Tuakae Kabupaten Kupang ikut miring bahkan di beberapa lokasi tumbang akibat diterjang banjir, Kamis (29/12/2022) dinihari. Jika tidak segera ditangani, tiang-tiang listrik ini bakal rebah ke tanah.
Ada pemahaman pejabat Pemprov NTT bahwa mengerukan pasir dan batu dengan alat berat, itu justru semakin memperlancar jalannya air, termasuk saat banjir. "Ini perlu dibuktikan di lapangan. Pengerukan ke sisi kiri dan kanan sungai sampai merusak bronjong dan tanggul penahan banjir, sama dengan pengrusakan lingkungan,” kata Dedi.
Semakin dalam dasar sungai itu dikeruk, tebing-tebing di sisi kiri-kanan sungai makin tinggi. Tebing-tebing itu jika tidak diberi bronjong atau tanggul, mudah runtuh atau terjadi longsor, kemudian menutup aliran sungai. Air bakal meluber ke mana mana, saat banjir.
Ia mengusulkan agar izin tambang galian C itu segera ditinjau lagi, bila perlu dicabut. Selanjutnya, Pemda melakukan penghijauan atau reboisasi di sepanjang bantaran sungai di Pulau Timor atau NTT secara keseluruhan. Lingkungan dipulihkan dulu sebelum datang bencana terkait lingkungan yang lebih dasyat. Apalagi, sejak Badai Seroja 2020 melanda NTT, kondisi lingkungan di NTT belum pulih.