Dewanti Rumpoko-Punjul Santoso Mengakhiri Tugas Memimpin Batu
Masa tugas Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko dan Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso berakhir 27 Desember 2022.
Genap lima tahun, Dewanti Rumpoko dan Punjul Santoso mengakhiri masa jabatannya sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu, Jawa Timur, per Selasa (27/12/2022).
Untuk sementara, kepempinan pemerintahan di Batu dipegang oleh Pelaksana Harian Zadim Efisiensi yang juga Sekretaris Daerah Kota Batu sampai Surat Keputusan Penjabat Wali Kota dari Kementerian Dalam Negeri turun.
Perpisahan Dewanti-Punjul dihelat di salah satu hotel di Batu, Selasa malam. Adapun pelantikan Pelaksana Harian Kota Batu dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, di Surabaya, Selasa siang.
Dewanti berpesan agar Pelaksana Harian atau Penjabat Wali Kota bisa meningkatkan dan menyempurnakan program-program pembangunan di Kota Batu yang telah dia lakukan selama lima tahun terakhir.
”Saya juga titip aset-aset Kota Batu untuk menjadi ikon Kota Batu dan menjadi destinasi wisata. Saya dan Pak Punjul akan terus mengawal dan memantau serta memberi masukan atas jalannya proyek pembangunan di Kota Batu,” katanya.
Meski tidak lagi memimpin kota berpenduduk 213.000 jiwa itu, menurut Dewanti, dirinya dan Punjul masih bisa memberikan masukan atas kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Batu agar tetap berpihak kepada masyarakat.
”Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak. Kami berdua dalam memimpin jauh dari sempurna, dan saya mohon maaf setulusnya,” katanya. Dia pun berharap masyarakat bisa menyampaikan keluhan yang dihadapi kepada eksekutif dan legislatif agar bisa segera ditindaklanjuti.
Ketua DPRD Kota Batu Asmadi SP menilai, selama kepemimpinan Dewanti-Punjul, lebih dari 65 penghargaan telah diterima oleh Pemkot Batu. ”Dan yang paling terpenting dari itu semua adalah manfaat yang dirasakan oleh masyarakat Kota Batu atas hasil pembangunan selama ini,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji, yang hadir pada malam perpisahan, menilai, kerja yang dilakukan Dewanti-Punjul sebagai bentuk ibadah. Meski telah melepas kedinasan, dirinya berharap persahabatan dan persaudaraan di antara mereka tetap terjalin.
”Utab (Batu) luar biasa dipimpin oleh Bu Dewanti dan Mas Punjul. Ke depan harus muncul pemimpin luar biasa yang tidak terkotak oleh baju masing-masing. Malang ini satu, tidak ada Kota Batu, Malang, dan Kabupaten Malang. Kepentingan kita satu, jadi warga yang baik. Saya terima kasih kepada Bu Dewanti dan Mas Punjul karena goodwill sebagai seorang leader,” ujarnya.
Baca juga: Perjalanan Panjang Bunga dan Tanaman Hias di Swiss Kecil
Menurut Sutiaji, pengganti Dewanti-Punjul bukan orang baru. Zadim telah memahami apa yang ada di Kota Batu sehingga beragam kebijakan sebelumnya yang ada di Malang Raya bisa langsung nyambung (sinergi).
Dewanti Rumpoko-Punjul Santoso dilantik menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu pada 27 Desember 2017 oleh Gubernur Jawa Timur kala itu, Soekarwo, yang melantik pasangan ini di Gedung Negara Grahadi.
Dewanti menjadi Wali Kota Batu meneruskan suaminya, Eddy Rumpoko (2007-2017). Eddy tidak sempat menghabiskan masa jabatan keduanya lantaran keburu ditangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi atas kasus suap mebeler (2017). Hukuman terhadap Eddy kemudian ditambah lagi oleh kasus gratifikasi (2022).
Sementara Punjul, kala itu, sebenarnya juga bukan orang baru di jajaran pemerintahan Kota Batu. Punjul merupakan Wakil Wali Kota yang sebelumnya mendampingi Eddy Rumpoko.
Meski mengaku akan meneruskan program yang sudah dilaksanakan wali kota sebelumnya, Dewanti, di awal-awal masa kepemimpinannya, mengatakan memiliki sejumlah program khusus.
Sejumlah program itu, antara lain, ialah memperbaiki birokrasi. Bagaimana birokrasi yang ada bisa melayani publik lebih baik dengan sebelumnya. Begitu pula peningkatan layanan kesehatan, pendidikan, dan pariwisata.
Memimpin wilayah seluas 199,1 kilometer persegi hasil pemekaran dari Kabupaten Malang tahun 2001 itu memang tak selamanya mulus. Munculnya pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 menekan sendi-sendi kehidupan kota wisata yang terdiri atas tiga kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan 25 buah.
Baca juga: Senja Kala Apel-apel Kota Batu
Banyak pelaku wisata dan usaha kecil menengah tertekan. Mereka tidak beroperasi selama berbulan-bulan. Jumlah wisatawan yang sebelum pandemi mencapai 7 juta orang setahun merosot drastis kurang dari separo saat pandemi. Tahun 2022, jumlah wisatawan berangsur normal, hingga September kunjungan wisata tembus 5,4 juta orang.
Pertumbuhan ekonomi Batu juga terdampak Covid-19. Jika tahun 2019 pertumbuhan ekonomi kota yang pernah dijuluki ”De Kleine Switzerland atau Swiss Kecil” ini mencapai 6,52 persen pun harus tertekan menjadi minus 6,4 persen, sebelum akhirnya berangsur pulih di atas 6 persen pada triwulan kedua 2022.
Dalam beberapa kesempatan, Dewanti juga mengakui, kontur wilayahnya yang naik turun dan berbukit rentan terhadap bencana hidrometeorologi. Setiap musim hujan pasti ada laporan bencana banjir dan longsor kecil-kecil.
Puncak bencana terjadi pada November 2021 saat banjir bandang menerjang sejumlah desa di Kecamatan Bumiaji. Meski sumber banjir di sebut-sebut berasal dari luar wilayah Kota Batu (daerah hulu) dampak bencana ini merenggut tujuh jiwa dan sejumlah bangunan lainnya rusak.
Meski hambatan muncul, sejumlah pembaruan, prestasi, dan pembangunan infrastruktur juga berlangsung di bawah kepemimpinan Dewanti-Punjul. Salah satu pembangunan fisik adalah pembangunan Pasar Induk Kota Batu yang saat ini masih berlangsung meski pendanaannya berasal dari pusat. Beberapa obyek wisata dan akomodasi baru juga tumbuh.
Program fisik lainnya ialah terbangunnya jalan tembus Sisir-Pandanrejo-Temas yang mampu menguraikan kemacetan—meski pembangunannya melibatkan peran serta masyarakat, ada sekitar 150 warga yang menghibahkan lahan. Sebelum ada jalan tembus, selalu terjadi kemacetan di tengah Kota Batu, utamanya saat libur panjang.