Angkutan Modern Menjangkau Pelosok Palembang
Keberadaan angkutan pengumpan atau "feeder" bagi LRT Palembang Musi Emas menjadi tonggak perbaikan angkutan umum di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Banyak warga yang terpenuhi kebutuhan bermobilitas berkat "feeder".
Keberadaan angkutan pengumpan atau feeder kereta ringan (light rail transit/LRT) Palembang Musi Emas menjadi tonggak perbaikan angkutan umum di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Banyak masyarakat yang terbantu dengan keberadaan fasilitas ini. Sejumlah pembenahan perlu dilakukan termasuk memperbanyak rute dan armada agar semua kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Ratika (36) berdiri di halte Trans Musi yang berada di Jl Soekarno Hatta, Palembang, Senin (26/12/2022). Ia hendak pulang ke rumahnya yang berada di kawasan Talang Kelapa yang berjarak sekitar 5 kilometer dari halte tersebut.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, angkutan pengumpan yang ia tunggu pun tiba. Ia masuk ke dalam angkutan tersebut. Tidak lama berselang, ia mengeluarkan telepon genggam dan membuka salah satu layanan uang elektronik dan menyodorkan telepon genggam itu ke kode matriks Quick Response Indonesia Standard (Qris) yang tersedia di depan kursi penumpang.
Setelah itu, munculah angka Rp 4.000 di layar telepon genggam Ratika yang merupakan tarif dari feeder tersebut. "Sudah ya Pak," ujar Ratika kepada Abdi Hasibuan, pengemudi feeder. Abdi pun mengangguk.
Ratika adalah pelanggan tetap sejak feeder ini beroperasi pada Juli 2022 lalu. Menurut karyawan swasta ini, feeder sangat membantu karena tarifnya yang tergolong murah dibanding moda transportasi lain. "Hanya dengan membayar Rp 4.000, saya bisa sampai ke tempat tujuan," katanya.
Berbeda jika harus menggunakan ojek daring yang bertarif hingga Rp 15.000 sekali jalan. Ratika juga menganggap jika angkutan pengumpan ini jauh lebih aman dan nyaman dibanding moda transportasi lain.
"Jika dibandingkan dengan angkot biasa, feeder jauh lebih nyaman karena dilengkapi AC dan CCTV. Kapasitas penumpang pun dibatasi hanya 8-9 orang. Yang pasti tidak banyak ngetem," ucap Ratika.
Hal serupa juga dialami Wildan (62) pensiunan Pegawai Negeri Sipil yang merasa angkutan ini menjadi gambaran angkutan kota modern. "Angkutan ini cukup ramah bagi lansia seperti saya," ujar Wildan. Apalagi bagi warga lanjut usia (lansia) dan pelajar, angkutan ini digratiskan.
Wildan mengatakan, angkutan ini memberikan kepastian waktu sehingga memudahkan pengguna untuk memastikan keberangkatan dan tiba sampai ke tempat. Selain itu, angkutan ini juga menjangkau hingga ke rumah-rumah penduduk.
Hanya saja, ujar Wildan rute yang tersedia masih terbatas di tujuh koridor dan belum menjangkau seluruh kota Palembang. Jika banyak angkutan pengumpan yang dihadirkan tentu akan banyak warga yang beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
Baca juga : Okupansi LRT Palembang Belum Sesuai Harapan
Pengawas Operasi Feeder di Koridor I Rute Talang Kelapa-Talang Buruk via Asrama Haji, dari PT Surveyor Indonesia Andrey Saputra menyatakan, pihaknya harus memastikan semua armada harus berangkat dan tiba tepat waktu. Agar jeda antara satu mobil dengan mobil yang lain (headway) bisa terjaga yakni sekitar 8-12 menit.
"Semua jadwal sudah didata. Untuk di Koridor I misalnya, keberangkatan pertama dimulai pada Pukul 05.00 WIB dan berakhir pada Pukul 19.38," ujar Andrey. Untuk koridor ini, ujar Andrey ada 10 unit angkutan feeder. Mobil tersebut akan berkeliling di rute tersebut sepanjang 22 kilometer dengan menyinggahi sekitar 40 halte, termasuk di halte yang terhubung langsung dengan stasiun LRT yang dilewati.
Dia menyatakan, saat ini pengguna feeder tidak sebanyak ketika awal beroperasi. "Ketika awal operasional, tarif masih digratiskan. Namun sekarang, sudah dikenakan tarif Rp 4.000 sehingga jumlah penumpang berkurang. Namun, dari sini kita tahu mana yang benar-benar pengguna, mana yang hanya coba-coba," ungkapnya.
Direktur Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan Suharto mengatakan, keberadaan feeder adalah untuk menopang okupansi LRT Palembang yang sampai saat ini masih rendah. Itulah sebabnya, bersama dengan pemangku kepentingan terkait, termasuk akademisi, pihaknya melakukan perutean kembali (rerouting) agar semua angkutan massal di Palembang berkiblat pada LRT.
Dari hasil penelitian ditemukan 17 koridor yang bisa digunakan untuk menyokong okupansi LRT. Ke-17 koridor itu menjangkau setiap lokasi di Palembang terutama di pusat bisnis dan juga pemukiman warga.
Sampai saat ini, baru ada tujuh koridor yang beroperasi. Sisanya akan dioperasikan secara bertahap bergantung pada ketersediaan dana dan juga kebutuhan masyarakat.
Keberadaan angkutan pengumpan, ujar Soeharto, dinilai mampu mendongkrak keterisian LRT hingga 29 persen. Sebelum angkutan feeder dioperasikan, rata-rata jumlah penumpang harian mencapai 7.239 penumpang. Setelah feeder dioperasikan, Juli-November 2022, rata-rata penumpang harian sebanyak 9.363 orang.
Baca juga : Tingkatkan Okupansi LRT, Rute Angkutan Umum di Palembang Dirombak
Butuh sekitar 21 hari bagi orang untuk membentuk kebiasaan baru. Karena itu, kebijakan untuk menggratiskan tarif feeder ini cukup efektif untuk meningkatkan minat masyarakat menggunakan angkutan umum (Erika Buchari)
Tingkat keterisian penumpang LRT Palembang juga terus bertambah. Sampai 6 November 2022, jumlah penumpang LRT Palembang mencapai 2,4 juta orang. Angka ini meningkat 56 persen pada tahun 2021 yang berjumlah 1,5 juta penumpang.
Soeharto menyatakan, lima koridor baru ini sudah dipersiapkan sejak November 2022 bersama dengan pemangku kepentingan terutama pemerintah daerah dan juga akademisi. "Dengan angkutan feeder ini diharapkan mobilitas warga bisa lebih efektif dan efisien," ucapnya.
Untuk awal, kelima koridor ini tidak akan dikenakan biaya sehingga menarik minat masyarakat untuk menggunakan LRT Palembang. "Kebijakan ini akan berlaku sampai nanti ada ketentuan lagi. Namun komitmen kami untuk warga lansia, pelajar, dan kaum difabel akan tetap digratiskan," ujarnya.
Tidak hanya menambah angkutan feeder, lanjut Soeharto, saat ini telah dirancang untuk mengintegrasikan sistem pembayaran terintegrasi sehingga dengan sekali membayar, warga bisa menggunakan seluruh moda transportasi seperti Angkutan Rapid Transit (BRT), feeder, dan LRT. Bahkan jika sistem ini berhasil, akan dilanjutkan pada angkutan air.
Menurut Soeharto, pola ini bisa dilakukan di Palembang karena kota berjuluk Bumi Sriwijaya ini memang memiliki keunggulan dengan moda transportasi yang lengkap mulai dari LRT, angkutan umum, feeder sampai transportasi sungai. "Itulah alasan mengapa Palembang menjadi kota percontohan gerakan nasional kembali ke angkutan umum," ujarnya.
Ketua Organda Sumatera Selatan Ismail Hamid berharap keberadaan feeder dapat menggandeng angkutan umum yang masih beroperasi. "Kerjasama dengan angkutan umum perlu dilakukan agar keberadaan feeder tidak membunuh angkutan umum biasa yang sudah beroperasi lebih dulu," ucapnya.
Menurutnya kerjasama ini juga bisa dilakukan untuk mempercepat proses pemenuhan kebutuhan armada agar 17 koridor yang direncanakan dapat terpenuhi. "Dengan integrasi ini diharapkan sistem angkutan umum di Palembang bisa jauh lebih baik," ujarnya.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Sumsel Erika Buchari menyebut sistem moda transportasi terintegrasi ini merupakan upaya untuk membentuk budaya masyarakat untuk gemar menggunakan angkutan umum.
"Butuh sekitar 21 hari bagi orang untuk membentuk kebiasaan baru. Karena itu, kebijakan untuk menggratiskan tarif feeder ini cukup efektif untuk meningkatkan minat masyarakat menggunakan angkutan umum," ujar Erika.
Di samping itu, dia berharap agar pemerintah daerah membuat kebijakan yang memancing masyarakat untuk menggunakan transportasi umum misalnya dengan menyediakan lapangan parkir di setiap stasiun LRT, pemberlakuan sistem ganjil genap, atau menaikan tarif parkir. "Tujuannya agar minat untuk menggunakan kendaraan pribadi bisa berkurang," ujarnya.
Dengan begitu permasalahan utama dalam lalu lintas seperti kemacetan hingga risiko kecelakaan, atau bahkan polusi bisa diminimalisasi. "Karena itu memang butuh komitmen dari semua pihak agar program ini dapat berjalan baik," ujarnya.
Gerakan ini terus kita gaungkan tidak hanya di Palembang tetapi di daerah lain juga seperti Semarang, Medan, dan Makassar
Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Selatan Ari Narsa menyebut, pemerintah daerah mendukung sistem moda transportasi terintegrasi. Komitmen tersebut dibuktikan dengan adanya imbauan Gubernur Sumsel yang mewajibkan aparatur sipil negara di lingkungan pemprov untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi satu hari per minggu.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berpendapat butuh peran semua pihak agar minat masyarakat menggunakan angkutan umum bertambah. "Kebiasaan itu bisa dimulai dari anak muda," ucapnya.
Menurutnya, keunggulan lengkapnya moda transportasi membuat Palembang bisa menjadi contoh bagi daerah lain. "Gerakan ini terus kita gaungkan tidak hanya di Palembang tetapi di daerah lain juga seperti Semarang, Medan, dan Makassar," ucap Budi.