Waspadai Banjir Susulan di Kabupaten Kupang
Masyarakat Kabupaten Kupang diingatkan untuk mewaspadai bahaya banjir susulan di kabupaten itu. Banjir pada 24-25 Desember 2022 telah menghanyutkan tujuh rumah dan membuat 1.764 warga terdampak. Empat jembatan putus.
Masyarakat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan sekitarnya harus terus waspadai banjir susulan di wilayah itu jika terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Hujan deras sejak 24 Desember malam sampai dengan 25 Desember 2022 sepanjang hari menyebabkan bencana di empat kecamatan di daerah itu.
Sejumlah 1.674 jiwa atau 369 keluarga terdampak, 4 jembatan dan 1 ruas jalan putus. Mobilitas warga dan barang dari dan ke Amfoang terganggu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nusa Tenggara Timur Ambrosius Kodo di Kupang, Senin (26/12/2022), mengatakan, ia sendiri memimpin tim dari provinsi turun langsung memantau kondisi bencana hidrometeorologi di Kabupaten Kupang, Minggu (25/12/2022).
Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah NTT, termasuk Kabupaten Kupang, 24-25 Desember 2022, telah menyebabkan bencana hidrometeorologi di empat kecamatan. Korban terbanyak terdapat di Desa Pariti, Kecamatan Sulamu, yakni 844 jiwa, kemudian Desa Oebelo di Kecamatan Kupang Tengah 572 jiwa dan di Kecamatan Takari sebanyak 258 jiwa.
Sementara di Kecamatan Nekamese, satu ruas jalan yang menghubungkan Oben-Bone di kecamatan itu putus total akibat longsor.
”Waspadai banjir susulan. Banjir 24-25 Desember itu menyebabkan tujuh unit rumah atau rumah milik tujuh kepala keluarga hanyut. Rumah terendam (dialami oleh) 369 kepala keluarga, korban terdampak 1.674 jiwa, anak balita terdampak 76 jiwa, disabilitas yang terdampak 2 orang. Infrastruktur jembatan sebanyak 4 unit yang rusak,” kata Ambrosius.
Baca juga : Empat Sungai Meluap, Sedikitnya 25.000 Warga Amfoang Kabupaten Kupang Terisolasi
Rincian jumlah keluarga yang terdampak adalah di Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, sebanyak 112 keluarga atau 572 jiwa; Kelurahan Takari, Kecamatan Takari, sebanyak 52 keluarga atau 186 jiwa; Desa Benu, Kecamatan Takari, 16 keluarga atau 72 jiwa; Desa Pariti, Kecamatan Sulamu, sebanyak 196 keluarga atau 844 jiwa. Total warga terdampak sebanyak 1.674 jiwa.
Jembatan yang menghubungkan Bokong-Lelogama dan Oelamasi-Oepowli, perbatasan Oecussi, Timor Leste, rusak berat dan putus total. Kemudian, Jembatan Kapsali di Kecamatan Amfoang Barat Daya rusak berat (hanyut) dan Jembatan Siumolo di Kecamatan Fatuleu Tengah juga rusak berat. Empat jembatan ini menghubungkan enam kecamatan di wilayah Amfoang dengan Oelamasi, ibu kota Kabupaten Kupang.
Jembatan darurat
”Kami sudah koordinasi dengan dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat provinsi agar empat jembatan ini segera diatasi, minimal dibangun darurat agar kendaraan bisa lewat. Kami harus bergerak cepat, dengan dukungan masyarakat di lokasi kejadian, agar kerusakan fasilitas umum ini segera ditangani,” kata Ambrosius.
Baca juga : Hujan Deras di Kabupaten Kupang, 1.225 Warga Terdampak
Saat ini para pemudik, termasuk ratusan PNS Kabupaten Kupang yang merayakan Natal di kampung asal di sejumlah desa dan kecamatan di enam kecamatan di Amfoang, masih bertahan di kampung asal.
”Mereka mengambil cuti mulai 23 Desember hingga 26 Desember 2022. Selasa, 27 Desember 2022, mereka harus sudah masuk kantor. Jika jembatan dan ruas jalan itu belum terbangun, mereka dipastikan tetap bertahan di sana karena tidak ada jalan alternatif lain,” katanya.
Ia mengatakan, warga yang rumahnya rawan, rusak berat, dan sulit ditempati dievakuasi ke tempat yang aman. Jumlah mereka sebanyak tujuh keluarga atau 25 jiwa. Para korban diungsikan ke rumah tetangga terdekat atau anggota keluarga.
Mereka ini yang rumahnya hanyut akibat banjir, selama masih dalam pengungsian, akan mendapat bantuan dari pemda.
Pemprov telah mendistribusikan bantuan darurat berupa 500 kilogram beras di Kecamatan Sulamu dan Kecamatan Takari. Bantuan untuk dua kecamatan lain akan menyusul. ”Bantuan pemprov sifatnya sementara. Pemkab Kupang juga punya beras cadangan 100 ton, siap disalurkan kepada para korban,” kata Ambrosius.
Jika tidak, Amfoang akan kembali terisolasi berbulan-bulan, seperti beberapa tahun sebelum dibangun jembatan itu.
Raja Amfoang yang membawahkan enam kecamatan di wilayah Amfoang, Kabupaten Kupang, Roby Mano mengatakan, dengan terputusnya empat jembatan tersebut, sekitar 150.000 warga yang mendiami enam kecamatan di wilayah Amfoang terisolasi.
Saat ini tidak hanya mereka yang merayakan Natal di kampung-kampung di wilayah Amfoang, tetapi warga Amfoang yang sedang merayakan Natal di Kota Kupang dan Oelamasi tentu juga kesulitan pulang ke desa asal masing-masing.
Baca juga : Anfoang, Ironi Daerah Terisolasi di NTT
”Saat ini petani sedang panen beberapa jenis komoditas pertanian dan peternakan di Amfoang, seperti pisang, sayur-sayuran, umbi-umbian, ternak ayam, dan babi,” katanya. Ia menambahkan, karena banjir, warga sulit membawa komoditas pertanian dan peternakan itu untuk dijual di Oelamasi dan Kota Kupang.
Sungai meluber
Ia menjelaskan, kondisi sungai-sungai di sepanjang wilayah Amfoang selalu bergeser ke sisi kiri dan kanan setiap musim hujan karena kondisi banjir yang terus meluber. Jika pembangunan jembatan tidak mempertimbangkan kondisi sungai yang ada, jembatan sangat mudah hanyut atau patah diterjang banjir.
Selain itu, sungai-sungai di Amfoang pada musim kemarau tampak kering. Debit air sungai berkisar 20-50 liter per detik. Akan tetapi, pada musim hujan seperti saat ini, debit air meningkat dan meluber ke mana-mana. Kondisi ini diperparah dengan kontur tanah yang terus bergerak atau tanah lembek sehingga mudah tergerus air banjir.
Biasanya setiap proyek pembangunan jalan dan jembatan tidak mempertimbangkan kondisi tanah dan sungai di Amfoang. Penanggung jawab proyek hanya mengerjakan sesuai bestek yang telah disiapkan. Apalagi kalau bestek itu dibuat oleh orang yang tidak paham kondisi geografi di Amfoang.
Baca juga : Lansia dan Siswa SD di Kabupaten Kupang Tewas Terseret Banjir Saat Seberangi Sungai
Ia berharap, dalam waktu dekat, empat jembatan dan satu ruas jalan yang putus itu sudah bisa diperbaiki.
”Jika tidak, Amfoang akan kembali terisolasi berbulan-bulan seperti beberapa tahun sebelum dibangun jembatan itu,” ujarnya.
Padahal, jembatan yang rusak itu ada yang selesai dibangun pada 2020, ada pula yang selesai dibangun 2017. Usia jembatan belum terlalu tua.
Bernad Umbu (32), penyuluh pertanian di Oepowli, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, saat ini sedang merayakan Natal bersama istri dan anak di Kota Kupang.
Ia mengatakan harus bertahan di Kota Kupang beberapa hari sebelum jembatan darurat dibangun.
”Terisoliasi di Kota Kupang atau di Amfoang, itu sudah biasa bagi kami yang kerja atau menetap di Amfoang. Ini kondisi alam sehingga kami tidak bisa memaksakan diri untuk berangkat. Di Amfoang, banjir yang datang dadakan dari hulu sering menelan korban jiwa saat warga sedang beraktivitas di dalam sungai. Jadi, saya tunggu jembatan darurat dibangun dan dipastikan bisa lewat, saya ke sana,” tutur Umbu.
Pantauan Kompas, hari pertama setelah perayaan Natal, kantor-kantor di Pemkot Kupang dan Pemprov NTT masih tampak sepi. Toko-toko dan pusat perbelanjaan beroperasi seperti biasa, tetapi semangat berbelanja warga juga sepi. Banyak warga masih memanfaatkan libur alternatif tersebut untuk saling mengunjungi dan sebagian warga mengunjungi pantai-pantai wisata di daratan Timor.
Baca juga : Gubernur NTT Bantu Selamatkan Warga yang Terseret Banjir Sungai
Sesuai suarat edaran Penjabat Sementara Sekda NTT Yohanna Lisapaly, cuti bersama PNS dimulai pada Jumat (23/12/2022) sampai dengan Senin (26/12/2022). Kantor-kantor pemerintah mulai beroperasi pada Selasa (27/12/2022).
Namun, pada Jumat (30/12/2022) akan ada cuti bersama lagi sebagai persiapan perayaan ibadah di gereja-gereja untuk kegiatan ibadat tutup tahun, Sabtu (31/12/2022). Selasa (2/1/2023), aktivitas perkantoran mulai normal kembali.