Belakangan, pertumbuhan perumahan di zona rawan tsunami di Aceh semakin pesat. Sepanjang garis pantai Aceh dari barat ke timur sudah penuh oleh pemukiman. Lebih sejuta orang berdiam di kawasan itu.
Oleh
ZULKARNAINI
·5 menit baca
KOMPAS/ZULKARNAINI
Warga dan pejabat daerah berdoa di Kuburan Massal korban tsunami di Desa Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh dalam peringatan 18 tahun tsunami Aceh, Senin (26/12/2022). Momentum peringatan tsunami harus mampu mendorong penguatan mitigasi.
Menjelang sore Senin (26/12/2022), Latif (51) dan istrinya Sri (41) duduk santai di beranda rumah di Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Dari beranda rumah terlihat laut yang tenang, tetapi mereka sadar laut itu juga menyimpan ancaman.
Desa Alue Naga berada di tepi pantai. Saat tsunami 26 Desember 2004 melanda, desa itu hancur berantakan. Latif dan keluarganya tidak luput dari terjangan gelombang tsunami. Istri dan tiga anaknya meninggal, jenazah mereka bahkan tidak ditemukan. Latif bersyukur Tuhan masih menyelamatkan dirinya.
Latif bersama korban lainnya lalu tinggal di barak pengungsi. Namun, setahun pascatsunami, Latif menikah dengan Sri. Mereka memutuskan untuk kembali ke Alue Naga. Alasannya sederhana, laut adalah sumber rezeki.
Dalam kajian kebencanaan, Alue Naga masuk dalam zona rawan tsunami. Namun para korban tsunami di Alue Naga tetap bersikukuh untuk kembali ke zona rawan. Sama halnya dengan Latif, warga di sana tidak bisa jauh dari laut. Sebagian besar warga Alue Naga adalah nelayan tradisional. Laut menjadi sumber penghidupan utama.
KOMPAS/ZULKARNAINI
Suasana Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Senin (26/12/2022). Desa ini hancur lebur saat diterjang tsunami 2004 silam.
Latif mengakui tidak bisa melupakan bencana tsunami 18 tahun silam itu. Tetapi dia tidak mau dikalahkan oleh trauma. Pertama dia yakin bencana dahsyat seperti tsunami 2004 tidak bakal terulang dalam waktu yang singkat. Kemudian, dia menyiapkan diri menghadapi bencana dengan memperkuat pengetahuan tentang kebencanaan.
Kini setiap terjadi gempa, dia langsung memeriksa telepon genggam. Pesan cepat dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencari sumber informasi pertama. “Walaupun BMKG bilang tidak ada potensi tsunami, tetap saya pantau lagi suasana laut, kalau ragu, saya pergi ke tempat evakuasi,” kata Latif.
Latif termasuk salah satu keluarga tangguh bencana yang dilatih oleh Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA). Program tersebut merupakan bagian dari upaya membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana pada akar rumput. Selain keluarga bencana, BPBA juga memiliki program desa tangguh bencana.
Dari program keluarga tangguh bencana, Latif banyak tahu tentang prosedur menghadapi bencana gempa dan tsunami. “Yang penting jangan panik, jika terjadi gempa berpotensi tsunami segera menjauh,” kata Latif. Sebuah sepeda motor selalu disiapkan di rumah agar proses evakuasi bisa lebih cepat.
KOMPAS/ZULKARNAINI
Suasana Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Senin (26/12/2022). Desa ini hancur lebur saat diterjang tsunami 2004 silam.
Namun, Desa Tibang dan Alue Naga tidak memiliki tempat evakuasi sementara. Satu-satunya gedung bertingkat dua yang bisa digunakan untuk tempat evakuasi adalah sekolah dasar. Dengan jumlah penduduk mencapai 2.000 jiwa bangunan itu tidak akan memadai.
Warga pun menyepakati, tempat berkumpul jika evakuasi harus dilakukan adalah lapangan tugu di Kampus Universitas Syiah Kuala yang berjarak 6 km dari desa. Jika menggunakan sepeda motor butuh waktu 10 menit.
Masih Bingung
Di Aceh, pengetahuan tentang tsunami diwariskan kepada generasi melalui cerita keluarga dan literasi di sekolah. Beberapa anak-anak usia sekolah di Alue Naga yang diwawancarai Kompas mengaku pernah mendapatkan pelatihan mitigasi gempa dan tsunami di sekolah. Meski demikian mereka bingung harus lari ke mana jika tsunami benar-benar terjadi lagi.
Mariani (57) juga warga Desa Alue Naga, bukanlah korban tsunami. Dia baru menetap di sana dua tahun pascatsunami. Dia tidak takut, sebab sudah tahu ke mana dia akan lari saat bencana datang. Meski demikian dia sendiri ragu apakah bisa keluar dari kampung sebelum gelombang tiba. “Saya kadang-kadang berpikir pasrah saja, semua sudah Allah yang atur,” ujar Mariani.
KOMPAS/ZULKARNAINI
Warga berdoa di Kuburan Massal korban tsunami di Desa Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh dalam peringatan 18 tahun tsunami Aceh, Senin (26/12/2022). Momentum peringatan tsunami harus mampu mendorong penguatan mitigasi.
Sebelum tsunami jumlah penduduk di Alue Naga mencapai 1.200 kepala keluarga. Tsunami menelan lebih dari separuh penduduknya. Namun pascatsunami jumlah penduduk di Alue Naga telah mencapai 800 kepala keluarga. Beberapa keluarga adalah pendatang, bukan korban.
Sebenarnya bukan hanya Alue Naga saja yang kini berpenduduk padat, semua kawasan yang pernah diamuk tsunami kini telah menjadi permukiman padat. Misalnya di Desa Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Pengembang bahkan membangun rumah-rumah ‘murah’ di lahan-lahan bekas tsunami.
Pada saat proses rehabilitasi dan rekonstruksi tsunami 2005-2009 berlangsung, pemerintah telah gagal merelokasi warga dari zona bahaya tsunami. Saat itu, ada rencana, sepanjang 500 meter dari pantai akan dijadikan zona bebas dari permukiman, namun muncul penolakan dari warga. Para korban bersikeras untuk kembali ke kawasan rawan. Kini di beberapa lokasi rumah warga bahkan hanya selemparan batu dari bibir pantai.
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh – Nias terpaksa membangun rumah warga di tapak-tapak rumah yang lenyap ditelan tsunami. Belakangan, pertumbuhan perumahan di zona rawan semakin pesat.
Pantauan Kompas, sepanjang garis pantai Aceh dari barat ke timur sudah penuh oleh pemukiman. Lebih sejuta orang berdiam di kawasan itu.
PUSAT RISET TSUNAMI DAN MITIGASI BENCANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH
Kawasan pesisir Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh direkam oleh Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada 2018. Kawasan pesisir terancam bahkan tergenang banjir rob karena muka air laut terus naik
Keluarga tangguh
Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Fazli mengatakan pada konteks sekarang tidak relevan lagi bicara zona rawan yang dihuni kembali, tetapi yang harus diperkuat kesiapsiagaan. Warga yang tinggal di zona rawan harus sadar bahwa bencana mengintai setiap saat. Meski tidak ada yang mengetahui kapan bencana itu akan datang.
Warga yang tinggal di zona rawan harus sadar bahwa bencana mengintai setiap saat.
Fazli mengatakan penguatan dilakukan melalui pendidikan keluarga tangguh bencana, desa tangguh bencana, dan sekolah siaga bencana. Program ini dinilai efektif meningkatkan pengetahuan warga terhadap mitigasi bencana.
“Setiap tahun kami melakukan simulasi dan edukasi mitigasi bencana. Tahun ini ada 10 sekolah melakukan simulasi,” kata Fazli.
Meski demikian, Fazli mengakui belum semua sektor mitigasi dapat diperkuat karena terkendala anggaran. Fazli berharap Perda/Qanun Pendidikan Kebencanaan segera disahkan agar program pendidikan kebencanaan di sekolah lebih tertata. Sekolah dianggap tempat paling tepat menyampaikan pengetahuan keenakan kepada generasi muda.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Aceh Hasan Dibangka mengatakan belakangan pendidikan mitigasi bencana di Aceh mulai melemah. Simulasi kebencanaan tidak semasif dulu. Seharusnya pendidikan kebencanaan diperkuat hingga masuk ke kurikulum sekolah. “Belum semua anak-anak mendapatkan pelatihan,” kata Hasan.
FPRB Aceh merupakan lembaga relawan yang fokus pada isu kebencanaan. PRFB Aceh aktif melakukan pendidikan kebencanaan kepada warga dan anak sekolah. “Tahun ini kami secara swadaya melakukan edukasi kebencanaan ” kata Hasan.
Hasan menilai belakangan perayaan 26 Desember tidak lagi memiliki semangat mitigasi, akan tetapi lebih pada seremonial belaka. “Selain doa bersama untuk mengenang korban, edukasi kepada generasi muda juga perlu diperkuat,” ujar Hasan.
Generasi muda yang lahir pascatsunami perlu mendapatkan pendidikan kebencanaan, sebab mereka tidak memiliki pengalaman menghadapi bencana gempa dan tsunami.