Redam Harga, Pemda dan Bulog Gelontorkan Beras Bersubsidi di Kalsel
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bersama Perum Bulog Divisi Regional Kalsel menggelar operasi pasar beras bersubsidi menjelang Natal dan Tahun Baru dalam upaya mengendalikan gejolak harga beras.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Menjelang Natal dan Tahun Baru, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bersama Perum Bulog Divisi Regional Kalsel menggelar operasi pasar beras bersubsidi. Operasi pasar digelar selama lima hari dalam upaya menekan kenaikan harga beras dan mengendalikan inflasi.
Pemprov Kalsel melalui Dinas Ketahanan Pangan bersama Perum Bulog menggelar operasi pasar beras bersubsidi di Kota Banjarmasin, 22-27 Desember 2022. Dalam operasi pasar tersebut, beras premium dari Perum Bulog dijual seharga Rp 8.000 per kilogram (kg) atau Rp 40.000 per zak isi 5 kilogram. Pemprov Kalsel menyubsidi Rp 3.000 per kg.
Berdasarkan pantauan, Kamis (22/12/2022), warga sudah antre untuk membeli beras sejak pukul 08.00 Wita. Setiap warga dibatasi hanya boleh membeli 10 kg beras atau dua zak. Dalam waktu kurang dari dua jam, lebih kurang 6 ton beras ludes terjual. Sebagian warga bahkan tidak kebagian sehingga harus menunggu operasi pasar pada hari berikutnya.
Atiek (48), warga Banjarmasin, menuturkan, beras yang dijual dalam operasi pasar ini jauh lebih murah dibandingkan dengan harga beras di pasaran. Adanya kegiatan operasi pasar beras bersubsidi sangat membantu warga. ”Kalau di pasar, harga beras lokal Banjar paling murah Rp 12.000 per liter. Dengan uang Rp 40.000, kami cuma bisa dapat 3 liter beras. Kalau di sini, bisa dapat 5 kg. Selisihnya cukup lumayan,” katanya.
Menurut Atiek, beras premium Bulog memang bukan beras lokal Banjar. Ciri khas beras lokal Banjar itu tekstur nasinya pera atau tidak pulen. Namun, tekstur nasi beras premium tersebut hampir mirip dengan tekstur nasi beras lokal Banjar yang masih baru, yakni tidak terlalu pera, tetapi tidak juga terlalu pulen. ”Tekstur nasinya mirip beras hanyar (baru) Banjar. Rasanya nyaman aja,” ujarnya.
Pantauan di salah satu kios di Banjarmasin, beras paling murah dijual Rp 10.000 per liter. Beras lokal Banjar masih tergolong beras yang paling mahal saat ini. Untuk beras lokal Banjar jenis Siam dijual Rp 13.000 per liter dan beras lokal Banjar jenis Mayang Hanyar dijual Rp 14.000 per liter.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalsel Syamsir Rahman mengatakan, operasi pasar beras bersubsidi menjadi salah satu upaya pemerintah provinsi untuk membantu warga mendapatkan beras dengan harga terjangkau. Hal ini sekaligus untuk mengendalikan gejolak harga beras agar tidak memicu inflasi.
”Menjelang hari besar keagamaan, khususnya Natal dan Tahun Baru, kami fokus melakukan operasi pasar beras di Banjarmasin karena Banjarmasin bukanlah daerah penghasil padi. Harga beras yang tinggi di Banjarmasin menjadi salah satu penyebab inflasi di Kalsel,” katanya.
Di samping menggelar operasi pasar beras bersubsidi, menurut Syamsir, pemerintah provinsi juga melakukan kegiatan pasar murah dan pembagian beras cadangan pangan pemerintah (CPP) secara gratis kepada warga miskin. ”Kalsel sebetulnya masih surplus beras sekitar 42.000 ton. Kenaikan harga beras saat ini terjadi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM),” ujarnya.
Kepala Bagian Kebijakan Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Kalsel Agus Salim menambahkan, operasi pasar beras bersubsidi merupakan kelanjutan dari kegiatan Pasar Raya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) 2 di Banjarmasin pada 16-18 Desember 2022.
”Dalam kegiatan Pasar Raya TPID 2, kami bekerja sama dengan Bulog sudah mengeluarkan 28 ton beras premium. Untuk operasi pasar beras bersubsidi kali ini, kami menyiapkan 32 ton beras,” katanya.
Mudah-mudahan dengan adanya alternatif beras ini, inflasi di Kalsel akibat gejolak harga beras bisa diredam.
Menurut Agus, Dinas Ketahanan Pangan Kalsel menggunakan dana belanja tidak terduga (BTT) untuk memberikan subsidi beras sebesar Rp 3.000 per kg. Beras premium Bulog yang semestinya dijual Rp 11.000 per kg akhirnya bisa dijual kepada warga seharga Rp 8.000 per kg.
”Animo masyarakat untuk membeli beras premium Bulog ini cukup besar. Mudah-mudahan dengan adanya alternatif beras ini, inflasi di Kalsel akibat gejolak harga beras bisa diredam,” ujarnya.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalsel Muhammad Imron Rosidi mengatakan, pihaknya sudah menggelontorkan 11.000 ton beras untuk program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSA) di Kalsel sepanjang tahun ini. Beras tersebut digelontorkan ke pasar melalui pedagang dan mitra kerja Bulog, serta melalui kegiatan operasi pasar dan pasar murah.
”Di masa Natal dan Tahun Baru, kami mencoba mengintervensi stok beras ke masyarakat supaya harganya tidak terlalu tinggi. Apalagi, inflasi Kalsel akhir-akhir ini cukup tinggi dan disebabkan oleh komoditas beras,” katanya.
Menurut Imron, Bulog Kalsel saat ini masih memiliki stok beras sekitar 1.000 ton. Stok itu diperkirakan cukup sampai Januari 2023. Namun, karena panen padi di Kalsel diperkirakan baru mulai pada Maret-April, Bulog Kalsel sudah meminta tambahan pasokan beras sebanyak 3.000 ton dari Sulawesi Selatan.
”Mudah-mudahan di minggu terakhir Desember ini akan datang 500 ton dari Sulawesi Selatan. Ini untuk antisipasi stok beras yang ada di Bulog Kalsel karena penyerapan beras masih belum bisa dilakukan,” katanya.