Polda Papua Larang Peredaran Miras Jelang Perayaan Natal dan Tahun Baru
Polda Papua melarang peredaran minuman keras jelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Sebanyak 2.470 personel kepolisian diterjunkan dalam pengamanan Natal hingga Tahun Baru.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kepolisian Daerah Papua melarang peredaran minuman keras atau miras jelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Upaya tersebut demi mencegah konflik yang rawan terjadi akibat pelaku tidak bisa mengontrol diri setelah mengonsumsi miras secara berlebihan.
Hal ini disampaikan Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri seusai gelar pasukan Operasi Lilin Tahun 2022 di Markas Satuan Brimob Polda Papua, Jayapura, Kamis (22/12/2022). Mathius mengatakan, dirinya telah menginstruksikan jajaran di 28 kabupaten dan 1 kota untuk mengawasi peredaran miras jelang Natal dan Tahun Baru. Sebanyak 29 daerah ini tersebar di empat provinsi, yakni Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Ia menyatakan, total 2.470 personel kepolisian diterjunkan untuk pengamanan Natal dan Tahun Baru di seluruh wilayah Papua. Personel ini terdiri dari 350 personel Polda Papua serta 2.120 personel polres di 28 kabupaten dan 1 kota.
”Saya telah menginstruksikan tidak boleh ada penjualan minuman keras H-3 jelang perayaan Natal dan Tahun Baru di Papua. Kami ingin menjamin masyarakat dapat merayakan Natal dan Tahun Baru dengan suasana penuh damai dan kondusif,” kata Mathius.
Ia pun meminta anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang berada di sejumlah daerah dapat menghentikan aksi kontak tembak. Ini agar umat Kristiani dapat merayakan Natal dan Tahun Baru dengan lancar.
Aksi teror KKB yang menyerang warga sipil dan aparat keamanan terus terjadi setiap tahun di wilayah Papua. Berdasarkan catatan Kompas dan data TNI-Polri, terjadi 50 kasus serangan KKB di Papua sepanjang tahun ini.
Serangan KKB terjadi di sejumlah kabupaten di Papua, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan. Daerah-daerah ini, antara lain, Yahukimo, Intan Jaya, Puncak, Paniai, Puncak Jaya, Nduga, Pegunungan Bintang, Yalimo, Deiyai, dan Kepulauan Yapen.
Kasus-kasus tersebut mengakibatkan jatuh korban, baik dari aparat TNI, Polri, maupun warga. Dari aparat TNI, 7 personel gugur dan 12 personel luka-luka, sedangkan anggota Polri yang gugur 1 personel dan 2 personel mengalami luka-luka. Sementara warga yang meninggal 33 orang dan 7 orang luka-luka.
”Kami juga telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Basarnas di seluruh wilayah Papua. Sebab, Papua rawan terjadi bencana hidrometeorologi pada akhir hingga awal tahun karena tingginya intensitas hujan,” ucap Mathius.
Koordinator Subbidang Pelayanan Data Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Ezri Ronsumbre memaparkan, musim hujan mulai terjadi di sejumlah zona musim wilayah Papua sejak awal bulan ini. Adapun prediksi puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2023.
”Saat ini terjadi peningkatan kejadian hujan hingga memasuki puncak hujan pada Januari dan Februari 2023. Fenomena ini berdampak pada peningkatan kejadian hujan lebat yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan banjir bandang,” papar Ezri.