Desember, Tiada Hari Tanpa Perayaan Natal di Sumatera Utara
Desember menjadi bulan penuh suka cita bagi umat Kristiani di Sumut. Bisa hampir tiap hari mengikuti perayaan Natal mulai gereja, persatuan marga, kantor, kampus, hingga umum. Natal menjadi momentum berbagi...
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
Desember menjadi bulan penuh suka cita bagi umat Kristiani di Sumatera Utara. Setiap orang bisa hampir setiap hari mengikuti perayaan mulai Natal gereja, sekolah minggu, persatuan marga, kantor, sekolah, kampus, organisasi, hingga Natal umum 25 Desember. Natal menjadi momentum untuk berbagi kepada sesama.
Wajah Lisbeth Bangun (54) berseri-seri ketika tiba di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Padang Bulan, Medan, untuk merayakan Natal Diakonia, Rabu (21/12/2022) . Perayaan Natal itu menjadi sebentuk pelayanan gereja bagi jemaat lanjut usia, yatim piatu, orang sakit, dan difabel.
Lisbeth yang tampil dengan kebaya putih dan songket coklat itu langsung bergabung dengan kelompok paduan suara atau kor Moria Runggun (kaum Ibu) GBKP. Mereka membawakan lagu berjudul "Di Tengah Ombak dan Arus Pencobaan". "Sejak akhir Oktober kami sudah latihan kor agar bisa membawakan lagu dengan baik pada perayaan Natal hari ini," kata Lisbeth.
Para jemaat yang didominasi kelompok lanjut usia berdatangan ke gedung gereja. Jemaat lain yang sudah lebih dulu tiba membantu para lansia turun dari kendaraan dengan menggunakan tongkat atau kursi roda. Para lansia yang sudah sangat jarang mengikuti ibadah Minggu sepanjang tahun karena keterbatasan sangat bersuka cita mengikuti perayaan Natal itu. Natal itu juga menjadi sarana untuk saling berbagi kepada jemaat.
Perayaan Natal memang menjadi momen penuh suka cita bagi umat Kristiani. Hampir semua gedung gereja sudah penuh dipesan untuk berbagai acara Natal sejak awal Desember sampai awal Januari.
Lisbeth sendiri tidak ingat lagi sudah berapa kali dia merayakan Natal. "Saya sudah ikut Natal sekolah minggu, remaja, mamre (kaum bapak), moria, lingkungan, dan Natal lainnya," ujarnya.
Masih ada pula beberapa perayaan lagi yang harus dia ikuti seperti Natal persatuan marga hingga Natal umum 25 Desember. Lisbeth juga rutin latihan kor untuk mengisi acara di berbagai Natal. Ia juga harus menghias rumah dengan berbagai ornamen Natal hingga membeli baju baru untuk semua anggota keluarga.
Di sela-sela kesibukannya, tidak ketinggalan Lisbeth menyempatkan diri membuat berbagai jenis kue Natal untuk keluarga. "Desember selalu jadi bulan yang paling sibuk, tetapi penuh suka cita. Anak-anak saya juga akan pulang untuk merayakan Natal bersama keluarga," kata Lisbeth.
Di Gereja Kristen Protestan Indonesia Medan Kota, Eprida Silaban (28) dan Liberti Marbun (32) berlatih menyanyikan lagu berjudul "The Prayer" untuk persiapan Natal Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Mereka membawakan lagu dengan duet saling bersahutan ala Andrea Bocelli dan Celine Dion. Eprida yang masih mengenakan seragam kerja mengambil waktu latihan di sela-sela jam istirahat.
"Sesibuk apa pun di tempat kerja, saya selalu menyisihkan waktu untuk latihan Natal. Natal bersama rekan kerja sangat istimewa karena sudah seperti keluarga," kata Eprida, karyawati di bagian administrasi RS Bhayangkara yang selepas latihan buru-buru pulang karena harus pergi ke salon untuk merias diri demi acara Natal, Rabu malam.
Liberti sendiri adalah penyanyi "spesialis" Natal. Jadwalnya sudah penuh dari awal Desember sampai Januari. "Saya mengisi Natal persatuan marga, kantor pemerintahan, dan perusahaan-perusahaan swasta," kata Liberti.
Suka cita Natal juga menjadi milik anak-anak sekolah minggu hingga mahasiswa sejumlah kampus. Seorang mahasiswa di Medan, bisa mengikuti sejumlah perayaan Natal di kampus, mulai Natal program studi, Natal fakultas, Natal universitas, dan organisasi mahasiswa.
"Bagi kami, Natal juga jadi momen suka cita untuk bertemu dengan para senior dan alumni. Kami selalu menantikan perayaan Natal setiap tahun," kata Rayner Sebayang (20) yang mengikuti Natal Program Studi Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara di Gereja Kristen Protestan Simalungun Padang Bulan.
Kepala Departemen Diakonia HKBP Pendeta Debora Purada Sinaga mengatakan, warga Sumut selalu menyambut Natal dengan suka cita dengan perayaan di hampir semua perkumpulan dan kehidupan sosialnya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, muncul juga gejala positif karena Natal dirayakan dengan berbagi kepada sesama.
"Natal kini dirayakan bersama kelompok difabel, orang dengan gangguan jiwa, hingga pemulung. Natal menjadi lebih bermakna terutama karena berbagi dilakukan di tengah kesulitan ekonomi yang kita hadapi sekarang," kata Debora.
Debora pun mengajak agar aksi berbagi kasih tidak berhenti pada perayaan-perayaan Natal saja, tetapi bisa dilakukan di berbagai momen sepanjang tahun.
Tema Natal Nasional tahun ini yang diambil dari Matius 2:12, yakni "... Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain", menurut Debora, menjadi relevan dengan semangat berbagi di tengah kesulitan ekonomi. Tema itu bercerita tentang Orang Majus yang mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur kepada Yesus yang lahir di Betlehem.
Debora mengatakan, Orang Majus adalah kaum cendikiawan, berpengetahuan, ahli bintang, dan kaya raya. Di tengah kemapanannya, mereka datang menyembah Yesus yang lahir di Betlehem. Kisah orang Majus menjadi refleksi kepada umat agar tetap berbagi dan menyembah Yesus di tengah kemajuan ilmu pengetahuan maupun kemapanan ekonomi.