Umat Katolik Paroki Gembala Baik Pontianak, Kalimantan Barat, membuat pohon Natal bertema hidroponik sebagai seruan mencintai lingkungan. Mereka membawa pesan bahwa merawat lingkungan berarti juga merawat masa depan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Nuansa Natal terasa di sudut-sudut Kota Pontianak, Kalimantan Barat, sejak beberapa pekan ini. Pusat perbelanjaan berhias ornamen Natal. Demikian juga di gereja-gereja. Tim dekorasi mulai menghias gereja dengan pohon Natal dan pernah pernik lainnya.
Instalasi hidroponik telah terpasang di depan Gereja Gembala Baik Pontianak, Kamis (15/12/2022). Tim dekorasi membentuk instalasi hidroponik menyesuaikan dengan bentuk pohon Natal yang semakin ke atas kian meruncing dengan tinggi sekitar 3 meter.
Umat Katolik di Paroki Gembala Baik Pontianak mengusung konsep hidroponik dalam Natal tahun ini. Di instalasi hidroponik terdapat lubang lubang yang nantinya akan ditanam sayuran. Sebelum sayuran ditanam di instalasi hidroponik, umat telah mempersiapkan tanamannya di rumah mulai dari penyemaian hingga tanamannya tumbuh.
“Konsep ini ada pesan lingkungan. Selain itu lebih hijau dan bermanfaat. Ada ide pula menularkan ilmu hidroponik kepada umat lebih luas lagi,” ujar Antonius Budisusanto (51), anggota dekorasi Natal Paroki Gembala Baik Pontianak.
Antonius menuturkan, pembuatan pohon Natal diawali dengan membuat instalasi hidroponik. Kemudian, tim memilih jenis tanaman apa yang akan ditanam, dalam hal ini semuanya tanaman sayur-mayur.
Dalam dekorasi tahun ini pula, pihaknya mengumpulkan botol-botol bekas dari umat. Botol bekas itu juga rencananya akan dipergunakan untuk menanam sayur. Posisinya akan diletakan di bagian bawah pohon Natal tersebut.
Dedi Halim (42), yang juga anggota dekorasi Paroki Gambala Baik, menuturkan, tanaman yang dipergunakan jenis sawi-sawian dan selada. “Variannya mungkin lebih dari empat,” tutur Dedi.
Total sayuran yang akan dipergunakan untuk pohon Natal diperkirakan sekitar 200 sayur ditanam di pot sistem hidroponik. Proses menyiapkan tanaman sayur sejak bulan November minggu pertama.
“Persiapan mulai dari menyemai biji-bijinya sampai tumbuh menjadi kecambah. Nanti akan ditanam dalam sistem hidroponik,” tuturnya lagi.
Agar sayur bisa tumbuh baik dan bisa membentuk pohon Natal, mereka harus merawat dengan baik termasuk menghindari serangan hama. Jika ada tanaman yang terkena hama sejak masa pembibitan maka sayur itu akan disingkirkan. Adapun jika hama menyerang tanaman yang cukup umur, maka disemprot dengan pestisida nabati yang berasal dari racikan tumbuh-tumbuhan, antara lain daun serai, cabai rawit, dan daun pepaya.
Pesan lingkungan
Pastor Paroki Gembala Baik Pontianak Keuskupan Agung Pontianak RP Leonard Paskalis Nojo OFMCap, menuturkan, setiap dekorasi Natal ataupun Paskah unsur mencintai lingkungan hidup tetap menjadi tema dekorasi. Terkait Natal tahun ini, dasar awal membuat pohon Natal tersebut dari seruan Paus Fransiskus dalam Ensikliknya Laudato Si.
“Kali ini umat membuat dekorasi pohon Natal dari hidroponik. Ini upaya umat mencintai lingkungan mewujudkan seruan Paus Fransiskus,” ujarnya.
Pastor Leonard menuturkan, Bumi adalah Ibu kita. Maka bagaimana Ibu yang melahirkan kehidupan dan memberi sesuatu kepada manusia, sebagai ungkapan syukur kepada Bumi kita memelihara dan merawatnya dengan baik.
“Ini juga ungkapan cinta kita kepada Tuhan karena yang menciptakan segala sesuatu termasuk Bumi adalah Tuhan. Dengan merawat alam dan lingkungan, kita juga memelihara apa yang diciptakan Tuhan,” ujarnya lagi.
Dari zaman ke zaman bumi semakin tergerus segala macam aktivitas manusia. Kemudian, membuang sampah sembarangan. Melalui pohon Natal hidroponik sebagai upaya umat menyuarakan cinta terhadap lingkungan dalam tindakan.
“Mungkin tidak terlalu besar gaungnya, tetapi paling tidak umat bisa berbuat sesuatu untuk menyelamatkan Bumi ini. Kami bersama-sama merawat Bumi rumah kita sendiri,” kata Pastor Leonard.
Dengan seruan moral tersebut, kedepan umat mulai memikirkan bersama-sama menjaga dan merawat Bumi. Hal itu bisa dimulai dari hal-hal kecil di lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan hingga tidak mengeksploitasi Bumi karena untuk kepentingan sesaat saja.
Bumi adalah Ibu kita. Maka bagaimana Ibu yang melahirkan kehidupan dan memberi sesuatu kepada manusia, sebagai ungkapan syukur kepada Bumi kita memelihara dan merawatnya dengan baik
Manusia dari waktu ke waktu bertambah. Sebagai manusia, menurut Leonard, kita juga harus memikirkan anak cucu kedepan. Dengan tetap menjaga Bumi, berarti juga memberikan warisan generasi mendatang. Sebab, generasi mereka juga hidup dari Bumi ini.
“Kalau kita habiskan semua saat ini, secara tidak langsung kita membunuh anak cucu kita,” ungkapnya.
Upaya untuk menjaga lingkungan bisa dimulai dari langkah-langkah kecil di lingkungan keluarga. Antonius Budi Susanto mencoba menghijaukan lingkungan rumahnya dengan bunga-bunga, pohon, dan buah-buahan. Jika ada lahan yang bisa dimanfaatkan maka ia tanami tumbuhan.
Antonius yang aktif di gereja juga berencana membagi ilmu berkebunnya dengan membuat pelatihan untuk umat yang ingin mengembangkan hidroponik di rumah. Dalam pengenalan hidroponik ramah lingkungan ini bahan yang dipakai menggunakan barang bekas seperti botol plastik kemasan. Dengan demikian, diharapkan umat berperan aktif dalam menghijaukan bumi.
Selain itu umat juga bisa menikmati hasilnya untuk memenuhi kebutuhan dapur. Bahkan jika berhasil, tidak hanya kebutuhan keluarga saja yang tercukupi tapi juga bisa jadi alternatif sumber ekonomi keluarga.
Dedi Halim, menambahkan, bercocok tanam dengan hidroponik bisa ditanam di lingkungan pekarangan umat dalam satu keluarga. Dengan bercocok tanam juga bisa menjadi semacam wahana bagi keluarga berkumpul untuk menjaga keharmonisan dan sarana edukasi di dalam keluarga.
Berawal dari hal yang sederhana yakni perayaan yang ramah lingkungan, Namun langkah kecil ini mampu membuat Natal kian bermakna.