Ratusan pelari bersemangat mengikuti Run for Gilo-gilo sebagai ajang pembuka Semarang 10K di Kota Lama Semarang, Jawa Tengah.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO, KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak 275 pelari dari berbagai komunitas di Indonesia antusias mengikuti ajang lari Run for Gilo-gilo menyusuri Kota Lama Semarang. Meskipun diguyur hujan cukup lebat, para pelari justru merasa senang dan bersemangat karena bisa saling berjumpa dengan sesama pelari yang Minggu (18/12/2022) akan bersama-sama berlari dalam ajang Semarang 10K Powered by Isoplus.
”Ajang lari Run for Gilo-gilo merupakan kegiatan rutin dari Komunitas Semarang Runners untuk menyambut para pelari dari berbagai komunitas lari yang hendak mengikuti lomba Semarang 10K. Hari ini ada 275 pelari dari 47 komunitas di Indonesia yang menempuh jarak 3,5 kilometer,” kata Koordinator Run for Gilo-gilo Semarang Dani Aditya Pratama yang akrab disapa Tama, di Semarang, Sabtu (17/12/2022).
Menurut Tama, lari 3,5 kilometer ini juga menjadi kesempatan silaturahmi para pelari sekaligus mengenalkan makanan khas Semarang yang dijual di gerobak gilo-gilo. ”Sebenarnya ini untuk silaturahmi. Kalau besok hari-H untuk race, kan, sudah balapan dan silaturahminya kurang,” katanya.
Rifani (28) dari Komunitas Tegal Runners yang ikut acara lari ini mengaku senang dan baru pertama kali mengikuti ajang lari seperti ini. ”Ajang lari pembuka Semarang 10K ini asyik sehingga saya bisa kenal teman-teman dari sejumlah daerah dan komunitas. Ada yang dari Surabaya dan Yogyakarta. Jadi, asyiklah bisa menambah teman,” katanya.
Rifani juga mengapresiasi rute lari yang menyusuri Kota Lama Semarang yang bernuansa sejarah. ”Dibanding event lain, ini menyusuri sejarah karena menelusuri Kota Lama. Ini cukup menarik. Ini hujan juga jadi asyik banget,” katanya.
Boy Adibrata (35) dari Plyaon Ambyar Nusantara juga mengaku antusias mengikuti ajang pembuka ini. ”Dari kami ada 50 personel. Acara ini sangat fresh, hiburan buat kita-kita yang senang olahraga meski cuaca hujan. Happy senang bertemu teman-teman dari berbagai komunitas dan luar kota, satu hobi, menyebarkan virus berlari. Panas-hujan bukan rintangan buat hobi,” kata Boy yang berasal dari Semarang.
Baik setelah maupun sebelum berlari, para pelari tampak saling berfoto bersama. Mereka pun langsung menyerbu aneka buah yang telah tersaji di dua gerobak gilo-gilo.
Budi Hartono (44), penjual gilo-gilo, yang sudah berjualan selama 24 tahun di Johar Baru, Semarang, dan dilibatkan dalam acara Run for Gilo-gilo ini menyebutkan bahwa gerobak gilo-gilo adalah gerobak untuk berjualan aneka buah, seperti semangka, melon, pepaya, nanas, juga ada gorengan dan sate. ”Zaman dulu ada orang beli dan memanggil, ”Pak mau beli gilo-gilo atau iki lho, iki lho begitu. Ini khas Semarang,” kata Budi, warga Sawah Besar, Semarang.
Budi yang memilik dua gerobak gilo-gilo mengaku senang bisa dilibatkan acara ini. Khusus acara ini, barang dagangannya dibeli borongan seharga Rp 1,5 juta. Biasanya Budi per hari bisa menjual 2 kuintal semangka, melon 1 kuintal, pepaya 1 kuintal, dan bengkoang 40 kilogram. ”Omzet sehari lebih kurang Rp 5 juta,” ucap Budi yang dibantu ketiga anaknya.
Budi sehari-hari berjualan sejak pukul 08.00 sampai 17.00. ”Saya senang sekali. Alhamdulilah. Hari ini jualan dari pagi sampai siang habis, dapat Rp 5 juta, lalu ditambah pesanan borongan ini,” katanya.
Seperti diketahui, akan ada 2.100 pelari yang akan berkompetisi dalam lomba lari Semarang 10K Powered by Isoplus dengan jarak 10 kilometer. Lomba ini digelar atas kerja sama Pemerintah Kota Semarang, harian Kompas, dan Isoplus. Tahun ini ada kategori Kids Dash bagi anak-anak yang digelar khusus untuk regenerasi pelari muda.