Komunitas lari di Semarang, Jawa Tengah, aktif dalam beragam kegiatan sosial. Mereka turut menggalang donasi untuk anak penderita kanker, mengampanyekan kelestarian lingkungan, hingga membantu pelaku usaha kecil.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
Komunitas lari di Semarang, Jawa Tengah, tak hanya sibuk mengikuti lomba atau menggelar acara lari bersama. Sambil terus berlari, mereka juga terlibat dalam sejumlah kegiatan sosial, misalnya menggalang donasi untuk anak penderita kanker, mengampanyekan kelestarian lingkungan, hingga membantu pelaku usaha kecil.
Puluhan orang berlari mengitari Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (10/12/2022) pagi. Mereka melintasi sejumlah tempat menarik di kota tersebut, misalnya Lawang Sewu, Simpang Lima, Gereja Gedangan, dan kawasan Kota Lama. Acara itu digelar sebagai persiapan menjelang lomba lari Semarang 10K Powered by Isoplus.
Dari puluhan pelari itu, sebagian besar memang akan ikut berlomba dalam ajang Semarang 10K, Minggu (18/12/2022). Namun, sebagian dari mereka juga tengah menyiapkan diri untuk mengikuti kegiatan lari dalam rangka mengumpulkan donasi bagi penderita kanker pada Februari 2023.
”Meski kami ini komunitas lari, kegiatannya tidak hanya lari saja, tetapi juga ada misi sosial untuk membantu orang lain. Salah satunya lewat donasi maupun penggalangan dana,” kata Vita Mahaswari, salah satu pendiri komunitas Fakerunners Semarang yang juga Ketua Cabang Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAI) Semarang.
Vita menuturkan, YKAI sering bekerja sama dengan sejumlah komunitas lari untuk menggalang dana bagi anak-anak penderita kanker. Dia menilai, penggalangan dana bersama komunitas lari sangat efektif karena komunitas lari memiliki banyak anggota dari berbagai latar belakang. Oleh karena itu, penyebaran informasi dan jangkauan penggalangan dana bisa lebih luas.
Tak cuma menggalang donasi, para anggota Fakerunners Semarang juga beberapa kali mengajak anak-anak penderita kanker ataupun anak-anak di panti asuhan untuk berwisata. Dalam kegiatan itu, setiap pelari menyumbang biaya pembelian tiket untuk anak-anak tersebut. Melalui cara itu, para pelari bisa membahagiakan diri sendiri sekaligus membahagiakan orang lain.
Berlari untuk berdonasi juga kerap dilakukan oleh komunitas Semarang Runners. Pada Minggu (27/11/2022), Semarang Runners digandeng oleh Yayasan Cinta Anak Bangsa mengadakan kampanye Hero4Edu untuk menggalang donasi bagi guru-guru di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal atau 3T. Setiap donasi Rp 100.000 setara dengan 1 kilometer berlari.
Maulina Indahsari (23), salah satu anggota Semarang Runners, turut dalam kampanye itu. Perempuan yang rutin berlari selama setahun terakhir itu mengatakan ingin membantu memperjuangkan nasib guru di daerah 3T.
”Kebetulan, saya juga berkuliah di jurusan pendidikan, jadi saya merasa terkait dengan isu itu. Selain agar lebih banyak yang berdonasi, saya juga ingin agar lebih banyak masyarakat yang perhatian dengan nasib guru-guru di daerah 3T,” ucap Maulina.
Lari sambil berdonasi juga kerap dilakukan anggota lain Semarang Runners, Iis Widya Harmoko (44). Bahkan, saat mengikuti acara lari untuk berdonasi, dia juga mengajak anaknya, Nameeya Azkya Widyahapsari (8), untuk turut serta. Hal itu dilakukan Iis agar anaknya memiliki kepedulian sosial sejak kecil.
”Saya menjelaskan kepada anak saya, kalau dia lari itu supaya dapat uang. Tapi, uangnya disumbangkan untuk orang lain,” ujar Iis yang merupakan warga Kota Semarang.
Meski kami ini komunitas lari, kegiatannya tidak hanya lari saja, tetapi juga ada misi sosial untuk membantu orang lain.
Edukasi
Salah seorang pengurus Semarang Runners, Adit, menuturkan, komunitas-komunitas lari di Semarang juga kerap diajak bekerja sama untuk mengedukasi masyarakat. Biasanya, para anggota komunitas itu diajak membagikan pamflet berisi materi edukasi tentang kesehatan kepada masyarakat.
Pembagian itu biasanya dilakukan saat para pelari mengikuti acara lari bersama. Sambil berlari, mereka membagikan pamflet edukasi kepada warga di sepanjang rute yang dilewati. Selain itu, terkadang mereka juga berhenti sejenak untuk memberi penjelasan ihwal isi pamflet tersebut.
Selain itu, pada bulan Ramadhan, para anggota Semarang Runners juga kerap membagikan makanan untuk sahur atau berbuka puasa bagi masyarakat. Makanan sahur ataupun buka puasa yang dibagikan itu dibeli dari donasi anggota.
Tak sedikit juga anggota Semarang Runners yang turut menyumbang dalam bentuk makanan, misalnya kudapan atau buah. Adapun pembagian makanan itu biasanya dilakukan di sela-sela lari bersama.
”Sasarannya acak, bisa tukang becak, tukang ojek, pemulung, pedagang asongan, pokoknya siapa pun yang ditemui. Setelah selesai membagikan menu buka dan sahur, biasanya kami buka atau sahur bareng,” tutur Adit.
Menjelang Lebaran, para anggota Semarang Runners juga sering membagikan pakaian untuk orang-orang yang membutuhkan. Selain itu, komunitas tersebut juga beberapa kali menggelar acara lari sekaligus kampanye lingkungan. Hal itu diwujudkan dengan menggelar plogging run atau berlari sembari memungut sampah.
Sepanjang tahun 2022, Semarang Runners telah menggelar plogging run di sejumlah lokasi di Kota Semarang, antara lain Pantai Tirang dan Kanal Banjir Barat. Kegiatan itu diharapkan bisa memengaruhi orang lain untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Upaya menebar kebaikan oleh para pelari juga dilakukan kepada pelaku usaha mikro. Pada Sabtu (17/12/2022) atau sehari jelang ajang Semarang 10K, Semarang Runners akan menggelar Run for Gilo-gilo untuk menyambut para pelari dari luar daerah yang bakal turut serta dalam lomba tersebut.
Gilo-gilo adalah gerobak dorong yang menyajikan aneka jenis makanan, misalnya gorengan, beragam sate, dan buah potong. Di berbagai sudut Kota Semarang, orang-orang bisa dengan mudah menemukan para penjual gilo-gilo. Dalam acara Run for Gilo-gilo, dua pedagang gilo-gilo bakal dilibatkan.
”Setelah menuntaskan lari dengan jarak 3 kilometer, ratusan pelari yang turut serta dalam kegiatan itu akan langsung disambut oleh pedagang gilo-gilo. Selain menyemarakkan Semarang 10K, acara ini juga untuk berbagi rezeki kepada penjual gilo-gilo. Sekalian juga untuk mengenalkan apa itu gilo-gilo,” ujar Rio, salah seorang pengurus Semarang Runners.
Sosiolog Universitas Negeri Semarang, Fulia Aji Gustaman, mengatakan, kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan sejumlah komunitas lari itu merupakan bentuk solidaritas sosial. Solidaritas yang terbentuk itu merupakan manifestasi dari nilai-nilai kemanusiaan yang tertanam dalam diri setiap individu.
Aji menyebut, masyarakat Indonesia memang dikenal memiliki kepedulian dan solidaritas sosial yang tinggi. Hal ini, antara lain, terlihat dari budaya gotong royong dan tenggang rasa di masyarakat. Solidaritas itulah yang membuat banyak orang, termasuk para pelari, tergerak untuk terlibat dalam kegiatan donasi atau penggalangan dana.
”Ini merupakan budaya yang diwariskan turun-temurun. Ketika ada saudara yang perlu bantuan atau tidak berdaya, seseorang secara individu tergerak membantu. Ketika tergabung dalam komunitas, orang tersebut akan menginisiasi agar komunitasnya melakukan sesuatu untuk membantu sesama yang membutuhkan,” kata Aji.