Puluhan Gempa Susulan di Karangasem Tidak Pengaruhi Aktivitas Gunung Agung
Sebanyak 62 gempa bumi susulan terjadi di Karangasem, Bali, menyusul gempa bumi M 5,2 pada Selasa (13/12/2022). Dampak gempa bumi dirasakan warga, tetapi tidak memengaruhi aktivitas Gunung Agung.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Tercatat 62 gempa bumi susulan terjadi di utara dan timur Pulau Bali hingga Rabu (14/12/2022) siang. Dari puluhan gempa itu, ada enam kali gempa yang guncangannya dirasakan warga. Namun, gempa tidak memengaruhi aktivitas Gunung Agung di Karangasem yang masih berstatus normal atau berada di level I.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali I Made Rentin menerangkan, hasil koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Rendang, Karangasem, Rabu, menunjukkan rentetan gempa bumi tersebut tidak berpengaruh pada aktivitas Gunung Agung.
Rentin menyebutkan, data relevan aktivitas Gunung Agung tidak memperlihatkan peningkatan aktivitas dan status Gunung Agung dinyatakan masih berada di level I atau normal.
Rentetan gempa bumi di timur laut Bali, terutama yang dirasakan di wilayah Karangasem dan sekitarnya, berlangsung sejak Selasa (13/12/2022). Gempa bumi paling kuat dirasakan terjadi pada Selasa pukul 18.38 Wita dengan kekuatan magnitudo 5,2.
Berdasarkan intensitasnya, kekuatan gempa bumi itu dirasakan III-IV pada skala Modified Mercalli Intensity (MMI) di Karangasem; skala III MMI di Mataram, Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Lombok Barat di Nusa Tenggara Barat; serta skala II MMI di Tabanan, Kuta, Buleleng (Bali) dan Lombok Timur (NTB).
Hasil pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga Rabu pukul 11.00 WIB atau pukul 12.00 Wita, telah terjadi 62 gempa bumi susulan. Gempa yang dirasakan warga, di antaranya, terjadi pada Rabu pukul 04.17 Wita.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi itu berkekuatan M 3,9 dengan episenter berada di laut pada jarak 20 kilometer timur laut Karangasem dan kedalaman 10 kilometer. BMKG menyatakan, hasil pemodelan menunjukkan gempa bumi itu tidak berpotensi tsunami.
BPBD sudah mendirikan tenda-tenda pengungsian meskipun sampai Rabu siang tidak ada warga yang mengungsi ke tenda.
Analisis BMKG menunjukkan rentetan gempa bumi tersebut diduga dipicu aktivitas sesar naik Flores (Flores back arc thrust) dengan mekanisme pergerakan naik. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Daryono, dihubungi pada Rabu, mengatakan, kegempaan di wilayah utara Bali banyak dipengaruhi aktivitas sesar naik Flores. Adapun di selatan Bali, aktivitas kegempaan dibangkitkan segmen megathrust Sunda. ”Bali dikepung (sumber gempa) di utara dan di selatan,” kata Daryono.
Kepala BMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh isu. Masyarakat diminta memastikan informasi resmi yang bersumber dari BMKG. Untuk menghindari bahaya, BMKG mengimbau warga menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.
”Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa atau tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” demikian imbauan BMKG.
Sejauh ini, berdasarkan laporan BPBD Kabupaten Karangasem yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dampak gempa bumi terjadi di Kecamatan Kubu, Manggis, Karangasem, Rendang, dan Bebandem. Sedikitnya 46 rumah mengalami kerusakan dan dua warga mengalami luka ringan, termasuk seorang warga mengalami luka akibat terkena air panas saat terjadi gempa. Semua korban sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa, gempa bumi sejak Selasa itu berdampak di 38 lokasi yang tersebar di 15 desa di enam kecamatan di Karangasem. BPBD sudah mendirikan tenda-tenda pengungsian meskipun sampai Rabu siang tidak ada warga yang mengungsi ke tenda. ”Ini sebagai antisipasi dan untuk berjaga-jaga,” ujar Arimbawa.