Serial Dokumenter ”Muarajambi Bertutur” Angkat Perspektif Lokal
Perspektif penduduk lokal yang lahir dan besar di sekitar situs Muaro Jambi diangkat dalam serial dokumenter bertajuk ”Muarajambi Bertutur”. Seri ini akan ditayangkan pada 2023 mendatang.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Serial dokumenter berjudul Muarajambi Bertutur siap dirilis pada awal tahun 2013. Kisah warisan budaya yang diangkat lewat perspektif lokal ini diharapkan dapat menduniakan Muarajambi.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Ahmad Mahendra mengatakan, film seri dokumenter itu mengangkat kisah peradaban Muarajambi di masa lalu. ”Sudah selesai proses produksinya. Penayangannya kami rencanakan di awal tahun depan,” katanya dalam sosialisasi produksi web series dokumenter Muarajambi Bertutur di Museum Siginjai, Jambi, Selasa (13/12/2022) sore.
Ia menyebut, Muarajambi Bertutur merupakan cerita tentang peradaban besar hingga abad XIV yang meredup di masa kini. Bahkan, tak sedikit warga Jambi tak mengenal warisan yang dimiliki. Kawasan itu akhirnya ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi. Ingatan akan peradabannya yang besar pun diangkat lewat seri-seri dokumenter.
Sutradara Muarajambi Bertutur, Nia Dinata, menjelaskan, film itu akan disajikan dalam delapan episode. Masing-masing berdurasi sekitar 25 menit dan akan ditayangkan di Indonesiana.tv. Selain itu, akan dibuat pula film utuhnya.
Nia menyebut, perspektif penduduk lokal yang lahir dan besar di sekitar situs Muarajambi diangkat dalam film. Ia mendapati sejumlah warga lokal yang berperan besar dalam upaya mengangkat Muarajambi. Ada yang setia mendukung upaya pemugaran, ada yang mengembangkan dari ekonomi kreatif, serta ada pula yang memperjuangkan dari ancaman kerusakan hinga pelestarian seni dan budayanya.
Pemuda di Desa Muaro Jambi, Abdul Haviz, mengapresiasi upaya mengangkat warisan nilai dari peradaban silam ke dalam film dokumenter. Upaya itu merupakan wujud penghargaan atas warisan budaya tersebut.
Adapun produksi film dokumenter merupakan bagian dari upaya pemerintah menghidupkan dan merestorasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi. Berjalan seiring dengan itu, pembangunan kampus di kawasan tersebut dan upaya pemugaran pada sejumlah struktur candi juga tengah dilakukan.
KCBN Muaro Jambi seluas 3.980 hektar terletak di Kabupaten Muaro Jambi, berjarak 40 kilometer dari Kota Jambi. Luas kawasan tersebut 20 kali lipat dibandingkan Candi Borobudur dan dua kali kompleks candi Angkor Wat di Kamboja.
Tercatat 11 candi utama yang ditemukan di KCBN. Sebagian candi telah dipugar. Namun, di sekitar kawasan tersebut diperkirakan terdapat 82 menapo yang masih berada di dalam gundukan tanah.
Produksi film dokumenter merupakan bagian dari upaya pemerintah menghidupkan dan merestorasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi.
Di masa lalu, peradaban Melayu Kuno pernah hidup dan berkembang di sepanjang tepian sungai. Perairan dimanfaatkan sebagai jalur penting kehidupan. Terhubung hingga ke kawasan itu.
Diperkirakan pada abad VII hingga XIV, Muaro Jambi dikenal sebagai kampus penting bagi para biarawan dan penimba ilmu. Tak hanya ilmu agama, Muaro Jambi menjadi tempat menimba ilmu pengobatan, filsafat, dan perbintangan.
Lana Atisya, salah seorang biksu muda asal India, sempat bersekolah di Muaro Jambi selama 12 tahun sebelum kembali ke India. Muaro Jambi pernah pula disinggahi Pendeta I-Tsing asal China. Ia membuat catatan, ribuan orang belajar dalam bangunan bertembok. Masyarakat ikut menyiapkan makanan dan belajar. Keharmonisan tumbuh di Muaro Jambi.
Ahli filologi Uli Kozok juga menyatakan dalam bukunya, Muaro Jambi selama berabad-abad pernah menjadi ibu kota Melayu. Peneliti Belanda, Schnitger, menyebut bangunan Muaro Jambi sebagai bagian dari sebuah kota yang besar. Situs ini tak kalah dengan Muara Takus di Riau, Padanglawas di Sumatera Utara, atau Bumiayu di Sumatera Selatan. Demikian pula Edwards McKinnon, arkeolog yang banyak meneliti situs sejarah di Sumatera, menilai Muaro Jambi merupakan situs terbesar di Sumatera.