Korban Tewas 600 Orang, Relokasi 9 Desa Tunggu Data Detail BMKG
Gempa Cianjur disebabkan oleh sesar baru, yaitu Sesar Cugenang. Survei BMKG terkait patahan ini sangat vital dalam mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi berbagai bangunan yang terdampak gempa.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
KOMPAS/AGUIDO ADRI
Alat berat digunakan untuk membersihkan area dari puing-puing runtuhan bangunan Sekolah Dasar Negeri Sukamaju 1, Kampung Pangkalan, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Kamis (8/12/2022).
CIANJUR, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sudah menerima laporan survei sekaligus rekomendasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG untuk merelokasi sejumlah desa yang dilalui Patahan Cugenang. Selain itu, per 12 Desember, jumlah korban tewas akibat gempa Cianjur mencapai 600 orang.
Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan BMKG terkait pendataan titik koordinat jalur Patahan Cugenang yang melintas sembilan desa.
Adapun sembilan desa yang dilintasi garis patahan tersebut adalah enam desa di Kecamatan Cugenang, yakni Desa Cibeureum, Desa Nyalindung, Desa Mangunkerta, Desa Sarampad, Desa Cibulakan, dan Desa Benjot. Lalu, dua desa di Kecamatan Pacet, yaitu Desa Ciherang dan Desa Ciputri. Selain itu, ada satu desa di ujung patahan, yakni Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur.
Menurut Suherman, jika kajian detail koordinat sudah lengkap, pemerintah daerah bisa menentukan pemetaan target relokasi rumah warga yang berada di jalur Patahan Cugenang.
”Masih menunggu detailnya. Kajian lebih lanjut terkait detail koordinat. Saya sudah minta itu ke BMKG sehingga bisa menentukan langkah ke depannya. Kita juga harus sosialisasi ke warga terdampak. Niat pemerintah baik agar warga aman,” kata Suherman, Senin (12/12/2022).
Suherman melanjutkan, sosialisasi termasuk juga untuk target warga yang akan dipindahkan ke dua lokasi rumah instan sederhana sehat (Risha) dengan struktur tahan gempa. Lokasi itu berada di Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, seluas sekitar 2,5 hektar. Lalu, di Kecamatan Mande dengan target sebanyak 2.400 Risha. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini sedang fokus pada pembangunan 200 rumah di Sinargalih.
Di luar itu dua lokasi itu, pemerintah daerah bersama TNI-Polri akan membantu warga membangun kembali rumahnya agar tahan gempa. Sebelumnya, lanjut Suherman, Presiden Jokowi sudah memberikan bantuan stimulan rumah korban gempa kepada sebanyak 8.100 keluarga.
Bantuan itu dibagi tiga bagian, yaitu rumah rusak berat dari semula Rp 50 juta menjadi Rp 60 juta, rumah rusak sedang dari Rp 25 juta menjadi Rp 30 juta, dan rumah rusak ringan dari Rp 10 juta menjadi Rp 15 juta. Presiden juga menginstruksikan agar bangunan rumah dibuat tahan gempa.
Ancaman Patahan Cugenang
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya pada 5-8 Desember 2022 melakukan survei untuk melacak jejak patahan dan pengukuran retakan di lokasi yang diperkirakan sebagai episentrum gempa Cianjur. Survei dilakukan di beberapa wilayah, seperti Desa Sarampad, Talaga, Cijedil, dan Cibulakan.
Berdasarkan hasil survei lapangan surface rupture (rekahan permukaan tanah), sebaran titik longsor, dan kerusakan lahan teridentifikasi bahwa arah rekahan permukaan tanah yang diduga sebagai jalur patahan menunjukkan arah sesuai focal mechanism (mekanisme sumber) gempa, yaitu berarah N 347°E.
AGUIDO ADRI
Keceriaan anak-anak di posko pengungsian Badan Intelijen Negara (BIN), Desa Cijedil, Cugenang. Mereka mengikuti acara pendampingan psikologi oleh sukarelawan, Kamis (8/12/2022).
Berdasarkan analisis mekanisme sumber dan sebaran titik gempa-gempa susulan, analisis citra satelit dan foto udara, serta survei detail lapangan terhadap pola sebaran dan karakteristik rekahan permukaan tanah, sebaran titik longsor, kelurusan morfologi, serta pola sebaran kerusakan bangunan, disimpulkan bahwa gempa Cianjur disebabkan oleh sesar baru Cugenang.
”Patahan atau Sesar Cugenang tersebut membentang sepanjang sekitar 9 kilometer melintasi sembilan desa di dua kecamatan. Ini adalah sesar yang baru teridentifikasi dalam survei,” kata Dwikorita, dalam keterangan resminya di laman BMKG.
Dari survei itu, area sesar dinyatakan sebagai zona berbahaya untuk dihuni karena rawan gempa. Menurut Dwikorita, penemuan atau penetapan zona patahan baru ini sangat vital dalam mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi berbagai bangunan yang terdampak gempa. Jangan sampai dalam prosesnya, rumah warga ataupun berbagai fasilitas umum dan sosial lainnya kembali didirikan di jalur gempa tersebut.
”Karena Sesar Cugenang adalah sesar aktif, rentan kembali mengalami pergeseran atau deformasi, getaran, serta kerusakan lahan dan bangunan. Area sepanjang patahan harus dikosongkan dari peruntukan sebagai permukiman sehingga, jika terjadi gempa kembali di titik yang sama, tidak ada korban jiwa ataupun kerugian materil,” tuturnya.
AGUIDO ADRI
Kondisi di posko pengungsian Badan Intelijen Negara (BIN), Desa Cijedil, Cugenang, Kamis (8/12/2022). Meski bantuan terus mengalir, warga berharap bisa kembali ke rumah masing-masing dan segera mendapatkan bantuan perbaikan rumah.
Meski pemerintah menjanjikan bantuan perbaikan rumah terdampak gempa, sejumlah warga mengaku khawatir jika terjadi gempa besar seperti pada peristiwa Senin (21/11/2022). Nurhasanah (42), warga Kampung Dadap Jajar,Desa Benjot, berharap pemerintah bisa segera memberikan bantuan perbaikan dan membangun rumah warga yang luluh lantak oleh gempa. Desa Benjot termasuk satu dari sembilan desa yang terletak di zona berbahaya karena dilalui Sesar Cugenang.
”Kasihan bapak, sudah tua dan sakit, tidak bisa mendapatkan perawatan tenang di rumah karena hancur. Bantuan rumah ini agar bisa segera kami terima langsung. Ada tempat berlindung untuk kami. Bantuan medis dan lainnya terus berjalan. Sekarang memang butuh rumah itu,” kata Nurhasanah, Minggu (11/12).
Rumah ibu tiga anak itu hancur rata dengan tanah. Begitu pula dengan rumah orangtua dan adiknya, rusak parah. Nurhasanah belum mengetahui jika desanya masuk dalam zona berbahaya. Oleh karena itu, jika nanti mendapatkan bantuan perbaikan, konstruksi rumahnya tahan gempa. Ia dan keluarganya pun rela direlokasi jika tidak dapat dana bantuan perbaikan rumah.
”Mau direlokasi pun tidak masalah daripada di situ lagi, lalu gempa datang lagi. Saya tidak mau. Kejadian kemarin sudah sangat memukul. Itu kejadian terakhir, jangan ada lagi. Tidak kuat hidup dalam ketakutan dan kesedihan,” ujarnya.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Ekskavator digunakan untuk membersihkan area dari puing bangunan rumah warga di lokasi gempa di Kampung Wargaluyu, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Minggu (4/12/2022).
Wardi (43), warga Kampung Salakawung, Desa Rancagoong, Kecamatan Cilaku, merasa beruntung dan berterima kasih menjadi salah satu yang menerima bantuan stimulan rumah tahap pertama senilai Rp 60 juta.
Uang itu akan ia pakai mencicil membeli bahan-bahan bangunan untuk memperbaiki rumahnya yang rusak berat. Ia berharap bantuan dana dari pemerintah cukup dan kelak bisa tahan gempa.
600 korban tewas
Suherman melanjutkan, dalam bencana gempa bermagnitudo 5,6 tersebut, tercatat ada 600 korban jiwa. Dalam pendataan ulang, ada sekitar 265 korban yang belum terdata atau terlaporkan. Data itu sebelumnya belum masuk dalam data BNPB dan pemerintah daerah Cianjur yang sebanyak 335 korban jiwa.
”Datanya sama. Hanya, saat pascagempa, pihak keluarga langsung menguburkan keluarganya. Mereka saat itu belum melaporkan. Lalu, saat diumumkan ada uang kerohiman dari Kementerian Sosial, para keluarga melaporkan keluarganya yang meninggal sehingga terkumpul data 600 korban jiwa. Keluarga korban mendapatkan bantuan kerohiman,” kata Suherman.