Para mantan pemburu penyu di pesisir Teluk Kupang, Desa Mata Air, Kabupaten Kupang, NTT, kini mengajak anak dan cucu mereka untuk mencintai penyu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Sembari sorot matanya mengarah pada seekor tukik yang terus menggeliat di atas telapak tangannya, Sintia (11) perlahan jongkok hingga lututnya menyentuh pasir. Menunggu deburan ombak berlalu, ia kemudian melepaskan tukik itu. Tukik bergerak ke tengah laut, bocah itu melompat kegirangan.
Beberapa anak seusiannya ramai-ramai melepas tukik yang langsung berenang meninggalkan pesisir Teluk Kupang, tepatnya Pantai Kelapa Tinggi, Desa Mata Air, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Oktober 2022. Mereka sengaja diajak menikmati pengalaman yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
”Tukik lucu sekali. Biasa menonton di TV (televisi) orang lepas. Tapi pernah juga lihat di TV, ada (penyu) yang mati dipotong orang terus dimakan. Kasihan,” ujar Sintia memberi kesan seusai melepas tukik atau anak penyu.
Tukik itu hasil penangkaran warga setempat. Mereka mengambil telur penyu yang dikubur induk di pasir lalu menyimpannya di tempat aman hingga menetas. Sebanyak 101 butir telur penyu yang ditetaskan itu menghasilkan 73 ekor tukik yang selamat hingga dilepasliarkan. Inilah hasil pertama dari kerja konservasi di Pantai Kelapa Tinggi.
Pesisir berpasir halus yang membentang sejauh lebih dari 5 kilometer itu merupakan tempat yang cocok bagi penyu untuk bertelur. Semua penyu yang bertelur di sana adalah jenis penyu lekang (Lepidochelys olivacea). Sebagaimana dikutip dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan, penyu lekang banyak ditemukan di Samudra Hindia di sisi selatan Teluk Kupang.
Penyu lekang merupakan penyu berukuran kecil. Panjangnya mencapai 70 sentimeter dan beratnya hingga 45 kilogram. Penyu lengkang dan semua jenis penyu merupakan satwa terancam punah yang harus dilindungi. Penyu masuk dalam daftar merah yang dikeluarkan The Internasional Union for Conservation of Nature.
Dulu kalau penyu naik ke darat, mereka tidak akan kembali lagi. Kami tangkap dan makan atau jual.
Secara nasional, perlindungan penyu sudah diatur dalam berbagai regulasi, di antaranya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan UU No 31/2004 juncto UU No 45/2009 tentang Perikanan.
Namun, penyu yang bertelur di pesisir itu dulunya tidak aman. Induknya diburu dan telurnya pun diambil. ”Dulu kalau penyu naik ke darat, mereka tidak akan kembali lagi. Kami tangkap dan makan atau jual,” tutur Otniel Ndun (45), bekas pemburu penyu.
Otniel kini memimpin kelompok yang melakukan konservasi penyu di Pantai Kelapa Tinggi. Hampir semua anggota kelompok adalah bekas pemburu penyu. Mereka didampingi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTT selama hampir dua tahun terakhir setelah pesisir itu ditetapkan menjadi kawasan konservasi.
Terlibat dalam aksi konservasi, bagi Otniel dianggap sebagai penebusan atas kesalahan mereka pada masa lampau. Mereka berkomitmen menjaga penyu dan telur penyu di pesisir itu. Mereka menjaga masuknya pemburu dari luar dan mencegah telur penyu dimakan predator seperti anjing.
Ketika pelepasliaran tukik, mereka sengaja mengajak anak-anak di kampung itu. Mereka ingin memperkenalkan kerja konservasi penyu sejak dini. ”Sekarang kampung ini sudah berubah menjadi kampung pencinta penyu. Dulu kami memburu, tetapi sekarang kami ingin anak dan cucu kami menjadi perawat penyu,” ujarnya.
Perluasan konservasi
Kepala Resort Teluk Kupang BKSDA NTT Rofinus Robin mengatakan, Pantai Kelapa Tinggi dijadikan kawasan konservasi baru mengingat menjadi tempat yang cocok bagi penyu lekang bertelur. Dua tahun lalu, Pantai Kepala Tinggi menambah luas kawasan konservasi Teluk Kupang menjadi 63.789 hektar.
Pada awalnya, pihak BKSDA belum yakin kegiatan konservasi di tempat itu dapat berjalan dengan baik mengingat berada dalam wilayah para pemburu penyu. Tim mulai melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda setempat. Mereka awali dengan sosialisasi tentang populasi penyu yang semakin berkurang.
Mengutip data World Wide Fund for Nature, penyu lekang diburu untuk mendapatkan daging dan kulitnya. Populasi penyu lekang diperkirakan 800.000 ekor di seluruh dunia. Penyu lekang akan mencapai kematangan seksual pada usia 12 tahun. Penyu lekang betina sekali bertelur, jumlahnya mencapai 110 butir.
Sekarang kampung ini sudah berubah menjadi kampung pencinta penyu. Dulu kami memburu, tetapi sekarang kami ingin anak dan cucu kami menjadi perawat penyu.
Tim BKSDA juga menjelaskan tentang peran penting penyu dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Contohnya, penyu biasanya memakan ubur-ubur. Jika penyu hilang, populasi ubur-ubur meledak. Hal itu berdampak buruk pada ekosistem sebab di sisi lain ubur-ubur adalah pemangsa telur ikan. Populasi ubur-ubur yang tidak terkendali mengancam populasi ikan.
”Saat kami jelaskan tentang peran penyu, mereka mulai paham. Hampir semua mereka adalah nelayan. Mereka baru menyadari bahwa hasil tangkapan mereka akan berkurang. Ini menjadi pintu masuk untuk mengajak mereka agar sama-sama merawat penyu,” ujar Rofinus.
Dengan pelepah lontar, mereka membuat demplot penetasan telur penyu. Mereka membagi tugas untuk patroli dan mencari tempat bertelurnya penyu untuk dibawa ke demplot. Pada Oktober 2022, mereka mendapat bantuan berupaya pembangunan demplot permanen.
Destinasi wisata
Benyamin Kanuk, Kepala Desa Mata Air, menambahkan, pemerintah desa berkomitmen mendukung konservasi di Pantai Kelapa Tinggi. Mereka sudah membuat peraturan desa yang melarang warga menangkap penyu dan mengambil telur penyu. Peraturan itu untuk menegaskan regulasi yang sudah dibuat pemerintah di tingkat lebih tinggi.
Pemerintahan desa pun sungguh-sungguh menjalankan aturan tersebut. ”Pernah ada orang yang melanggar dan kami proses di desa terus kami laporkan ke polisi. Mereka sudah menjalani hukuman. Kami tidak main-main untuk urusan ini sehingga tidak ada lagi yang berani melanggar,” ujarnya.
Benyamin sedang mengupayakan agar penetasan penyu di Pantai Kelapa Tinggi menjadi destinasi wisata. Sejauh ini, tempat itu masih sebatas menawarkan pesona pantai dengan suguhan pasir halus. Setiap akhir pekan, tak kurang dari 100 pengunjung datang ke sana.
Agar tempat penetasan itu menarik, perlu ditata lagi. Pelaku konservasi, terutama anak-anak, di desa itu juga dilatih menjadi pemandu. Orang-orang yang datang ke sana akan mendapat informasi dan pengetahuan tentang penyu dan proses penetasannya.
Juga tak kalah penting adalah kisah tentang tempat konservasi itu. Kampung yang dulunya dihuni para penangkap penyu kini telah berubah menjadi perawat penyu. Penyu yang dulu diburu ayah kini dirawat anak.