Meningkat, Penumpang Kereta Api di Sumbar Capai Sejuta Orang
Penumpang kereta api di wilayah kerja PT KAI Divre II Sumbar meningkat tahun 2022 mencapai satu juta orang dari Januari hingga Oktober.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Penumpang kereta api di wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat meningkat pada tahun 2022. Jumlah penumpang kereta lebih dari satu juta orang hingga Oktober.
PT KAI Divre II Sumbar mencatat jumlah penumpang kereta api sejak Januari-Oktober 2022 sebanyak 1.014.767 orang. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan penumpang pada 2021 yang hanya 642.827 orang.
Vice President PT KAI Divre II Sumbar Mohamad Arie Fathurrochman, Selasa (6/12/2022), mengatakan, perusahaan melakukan berbagai upaya dan inovasi untuk meningkatkan okupansi penumpang dan minat masyarakat. Salah satu upaya itu adalah memberlakukan tiket khusus untuk penumpang dewasa yang berangkat secara rombongan. Kebijakan khusus ini berdampak signifikan terhadap tingkat okupansi akhir-akhir ini.
”Jadi tidak hanya anak sekolah yang boleh berangkat rombongan dengan menggunakan kereta api, tapi di Sumbar orang dewasa juga boleh berangkat rombongan,” kata Arie.
Selain karena itu, lanjut Arie, tingginya okupansi penumpang kereta api pascapandemi Covid-19 karena adanya tren baru para pekerja dan pelajar yang berdomisili di Padang dan bekerja/bersekolah di Pariaman atau sebaliknya, menggunakan kereta api sebagai moda transportasi pilihan.
”Diharapkan dengan kondisi ini tidak hanya berdampak pada okupansi yang mulai meningkat, tetapi beban kendaraan di jalan juga mulai berkurang,” ujar Arie.
Arie menyebutkan, tren peningkatan jumlah penumpang ini membuat pemerintah daerah menginginkan kereta bisa beroperasi komuter seperti di Pulau Jawa. Hal itu telah diakomodasi oleh PT KAI karena kereta rute Padang-Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dan Padang-Naras (Pariaman) sudah berfungsi seperti komuter.
”Kereta api Minangkabau Ekspres ini bahkan satu-satunya kereta api bandara di Indonesia yang sering berhenti di setiap stasiun dan selter,” kata Arie.
Okupansi penumpang Minangkabau Ekspres ini, sebutan kereta bandara, juga mulai tumbuh. Calon penumpang pesawat mulai memanfaatkan kereta api untuk menuju Padang ataupun menuju BIM. ”Dulu lebih banyak penumpang untuk tujuan wisata, sekarang mulai tumbuh penumpang pesawat yang memanfaatkan kereta api,” ungkapnya.
Pengguna kereta api Minangkabau Ekspres, Honesty Yonanda (28), mengatakan, ia relatif sering menggunakan kereta api bandara ini setahun terakhir untuk menjemput suami. Terakhir kali ia menumpang kereta bandara pada 25 November lalu, berangkat dari Stasiun Air Tawari, Padang.
”Kesan saya kereta apinya bagus, bersih, petugasnya ramah-ramah. Adanya kereta api memudahkan karena murah, tiketnya cuma Rp 10.000. Syaratnya hanya perlu tunjukkan KTP. Kalau naik taksi ke bandara tarifnya bisa Rp 120.000,” katanya.
Akan tetapi, dosen salah satu perguruan tinggi di Padang ini juga menyarankan ada pembenahan dan penataan di stasiun. Stasiun Air Tawar, misalnya, belum tertata, karena masih banyak orang berjualan di stasiun dan tukang ojek tidak tertata. Hal itu, mungkin, karena stasiun sedang direnovasi.
Begitu pula dengan sejumlah fasilitas di Stasiun BIM yang juga perlu dibenahi, termasuk akses dari stasiun ke bandara. Sejumlah fasilitas di sana tidak berfungsi, seperti eskalator dan AC. Selain itu, kebersihan belum terjaga. ”Tapi, keberadaan kereta apinya sangat-sangat membantu karena murah,” ujarnya.