Gunung Kerinci Kembali Erupsi, Warga Tidak Terdampak
Gunung Kerinci yang berada di perbatasan Jambi dan Sumatera Barat kembali mengalami erupsi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
BASUKI UNTUK KOMPAS
Penampakan erupsi Gunung Kerinci saat menyemburkan abu vulkanik setinggi sekitar 700 meter dari puncak, difoto dari Desa Batang Sangir, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi, Selasa (6/12/2022) pagi.
PADANG, KOMPAS — Gunung Kerinci yang berada di perbatasan Kabupaten Kerinci, Jambi, dan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, kembali erupsi. Namun, erupsi kali ini termasuk kecil dan tidak berdampak signifikan terhadap warga.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mencatat, erupsi ini terjadi pada Selasa (6/12/2022) pukul 08.22. Ketinggian kolom abu sekitar 700 meter di atas puncak gunung setinggi 4.505 meter di atas permukaan laut itu.
Kolom abu erupsi gunung tersebut berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 3 milimeter dan durasi 60 detik.
”Ini termasuk erupsi kecil. Pada erupsi kali ini, tidak ada warga terdampak abu. Begitu erupsi, tingginya 700 meter, tekanan hilang, abunya sudah terdispersi ke udara,” kata Oktory Prambada, Koordinator Gunung Api di Unit PVMBG Kementerian ESDM, ketika dihubungi dari Padang.
Oktory menjelaskan, sejauh ini belum ada erupsi susulan. Saat ini Gunung Kerinci berstatus Waspada atau level II. Status Waspada ini telah berlangsung sejak 2007 dan tidak pernah turun level. ”Artinya, aktivitas Gunung Kerinci cukup tinggi dengan jumlah erupsi kecil hampir setiap hari karena suplai magmanya ada terus,” ujarnya.
Dilanjutkan Oktory, sistem Gunung Kerinci terbuka sehingga mengeluarkan manifestasi berupa embusan atau letusan-letusan kecil. Walakin, kadang-kadang tersumbat karena ada bagian atasnya roboh atau ada sumbatan material dari bawah.
”Karena tersumbat, gunung over pressure (tekanan berlebih), sesekali gunung mengeluarkan erupsi seperti hari ini atau sebelumnya sampai radius 1 kilometer. Jadi, kadang-kadang gunung ini meletus kecil,” kata Oktory.
Dia menambahkan, kondisi seperti ini selalu fluktuatif bagi Gunung Kerinci. Kadang-kadang meletus seperti hari ini, kadang-kadang diam atau hanya embusan dari kawah. Namun, gunung terus mengalami tremor, yaitu suatu pergerakan fluida ke atas tertahan oleh suatu massa atau sumbatan.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Para pendaki menuju puncak Gunung Kerinci untuk berburu matahari terbit dan menikmati pemandangan alam di Kabupaten Kerinci, Jambi, pada 1 Januari 2020.
Atas peristiwa ini, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Kerinci dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki kawah yang ada di puncak gunung dalam radius 3 km dari kawah aktif.
”Sebaiknya jalur penerbangan di sekitar Gunung Kerinci dihindari karena sewaktu-waktu masih memiliki potensi letusan abu dengan ketinggian yang dapat mengganggu jalur penerbangan,” kata Oktory.
Kondisi saat ini tidak membahayakan warga, situasi tadi sebentar saja.
Adapun Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) telah mengeluarkan surat edaran penutupan kawasan wisata alam Gunung Kerinci untuk tujuan wisata/pendakian sejak 19 Oktober 2022. Hal itu dipicu peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Kerinci pada 18 dan 19 Oktober 2022. Erupsi dengan ketinggian kolom asap sekitar 500 meter pada 18 Oktober dan sekitar 700 meter pada 19 Oktober.
”Balai Besar TNKS menutup kembali kawasan Gunung Kerinci untuk tujuan wisata/pendakian, baik melalui pintu masuk Pos R10 Kersik Tuo, Kabupaten Kerinci, maupun melalui Camping Ground Bangun Rejo, Kabupaten Solok Selatan, sampai waktu yang belum ditentukan,” kata Haidir, Kepala Balai Besar TNKS, dalam surat edaran tertanggal 19 Oktober.
AIG WADENKO UNTUK KOMPAS
jalur pendakian Gunung Kerinci melalui Bangun Rejo, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Jalur ini merupakan jalur pendakian Gunung Kerinci kedua setelah jalur Kersik Tuo, Kabupaten Kerinci, Jambi.
Secara terpisah, Basuki, Kepala Desa Batang Sangir, Kecamatan Kayu Aro, Kerinci, Jambi, mengatakan, belum ada erupsi susulan di Gunung Kerinci. Pada Selasa sore, cuaca mendung sehingga puncak gunung tertinggi di Pulau Sumatera itu tidak terlihat.
Basuki melanjutkan, sejauh ini erupsi gunung tersebut tidak memengaruhi aktivitas warga desa. Sebab, jarak permukiman dengan puncak gunung relatif jauh, sekitar 20 km.
”Kondisi seperti tadi pagi, bahkan lebih parah, biasa saja. Abu tidak sampai ke rumah. Bulan lalu ada sampai ke rumah dan kebun/ladang, sebagian juga merusak tanaman. Kondisi saat ini tidak membahayakan warga, situasi tadi sebentar saja,” katanya.
Ditambahkan Basuki, erupsi atau letusan kecil sering terjadi di Gunung Kerinci dua bulan terakhir, hingga puluhan kali. Erupsi biasanya terjadi ketika musim hujan. ”Mungkin saat musim hujan, bebatuan pinggir kawah pada jatuh atau bagaimana, terbakar di kawah, mengeluarkan asap tebal seperti pagi tadi. Biasanya terjadi musim hujan Juli-Desember,” ujarnya.