Aktivitas Semeru Mulai Menurun, Pengungsi Kembali ke Rumah
Aktivitas Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin (05/12/2022), mulai menurun. Pengungsi korban erupsi pun mulai kembali ke rumah. Masyarakat diminta waspada karena status Semeru masih awas (level IV).
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS – Aktivitas Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin (05/12/2022), mulai menurun. Pengungsi korban erupsi pun kembali ke rumah. Meski begitu, masyarakat tetap diminta waspada karena status Semeru masih Awas (level IV) di mana memiliki sejumlah potensi ancaman.
Berdasarkan pemantauan aktivitas harian Semeru oleh Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) pada Senin pukul 00.00-06.00 WIB, terlihat sejumlah aktivitas kegempaan Semeru terus menurun.
Pagi ini terjadi 29 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 11-22 milimeter (mm) selama 65-120 detik, 1 kali gempa awan panas guguran dengan amplitudo 25 mm dan lama gempa 386 detik, 6 kali gempa guguran dengan amplitudo 1-8 mm dan lama gempa 50-140 detik, 1 kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 18 mm, dan 1 kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 20 mm.
Pada pengamatan sehari sebelumnya, yaitu Minggu (04/12/2022) antara pukul 00.00-24.00 WIB, jumlah gempa letusan/erupsi masih terjadi 61 kali, gempa awan panas guguran sebanyak 4 kali, gempa guguran sebanyak 14 kali, gempa embusan sebanyak 4 kali, tremor harmonik sebanyak 3 kali, dan gempa tektonik sebanyak 4 kali.
“Sejak semalam, kondisi aktivitas Gunung Semeru cenderung menurun dan cuaca cerah. Namun, bahaya kejadian lahar hujan harus diwaspadai bila sewaktu-waktu terjadi hujan. Mengingat, material awan panas di Besuk Kobokan cukup banyak,” kata Ketua PVMBG Hendra Gunawan.
Hingga saat ini, kata Hendra, status Gunung Semeru masih awas. Sehingga, masyarakat tetap diminta mematuhi rekomendasi PVMBG agar tidak timbul korban jika Semeru kembali erupsi,” kata Hendra.
Beberapa rekomendasi PVMBG saat ini adalah tidak melakukan aktivitas apapun di sektor Tenggara di sepanjang Besuk Kobokan dengan jarak 17 kilometer (km) dari puncak (pusat erupsi). Lalu, di luar jarak tersebut, masyarakat diharapkan tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 19 km dari puncak.
Masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 8 km dari kawah/puncak Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar). Serta, mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Jalur alternatif Curah Kobokan masih tertutup dan belum bisa dilewati. Sebab, jalur itu butuh pembenahan sementara saat ini kondisinya masih panas dan berbahaya saat dilintasi
Oleh karena aktivitas Gunung Semeru mulai menurun, sebagian besar pengungsi pun mulai kembali ke rumah. Sebanyak 1900-an pengungsi yang sebelumnya dilaporkan mengungsi, saat ini mulai kembali ke rumah. Hanya tersisa 100-an pengungsi di Lapangan Candipuro.
“Sejak semalam pengungsi mulai kembali ke hunian sementara (huntara). Huntara tempat paling aman karena kalau tidur di posko pengungsian semua serba terbatas. Ini di posko pengungsian Lapangan Candipuro hanya tersisa 100-an pengungsi dari Dudun Kajarkuning dan Kamar A. Mereka belum bisa kembali ke huntara karena bangunan rumah huntara mereka masih proses pembangunan,” kata Joko Sambang, Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan bencana Daerah (BPBD) Lumajang.
Joko mengatakan, ia berharap proses pembangunan huntara tersisa semakin dikebut, sehingga warga terdampak erupsi Semeru 2021 bisa menempatinya. “Saat ini dari 1.900-an rumah huntara sudah selesai 1.700-an rumah. Semoga sisanya segera dan bisa ditempati,” kata Joko.
Adapun, pengungsi memilih kembali ke rumah karena melihat situasi mulai landai. “Saya dan keluarga kembali ke huntara (hunian sementara), karena situasi di huntara cerah. Semoga kondisi terus membaik,” kata Suliyanto, salah seorang penghuni huntara di Desa Sumberwuluh yang pada saat erupsi Semeru kemarin turut mengungsi ke Balai Desa Penanggal.
Meski situasi melandai, namun jalur alternatif Curah Kobokan sebagai jalan penghubung antara Kecamatan Pronojiwo-Candipuro hingga saat ini masih tertutup. “Jalur alternatif Curah Kobokan masih tertutup dan belum bisa dilewati. Sebab, jalur itu butuh pembenahan sementara saat ini kondisinya masih panas dan berbahaya saat dilintasi,” kata petugas Koramil Pronojiwo Pembantu Letnan Satu Suparman.