Hindari Hujan Abu, Warga di Lereng Semeru Mengevakuasi Diri
Warga di lereng tenggara Gunung Semeru mengevakuasi diri untuk menghindari hujan abu vulkanik. Evakuasi dilakukan setelah Gunung Semeru mengalami erupsi dengan mengeluarkan awan panas guguran.
Oleh
DEFRI WERDIONO, DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Warga yang bermukim di dekat kawasan rawan bencana di lereng sisi tenggara Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (4/12/2022), mulai mengevakuasi diri secara mandiri. Evakuasi dilakukan setelah Gunung Semeru mengalami erupsi dengan mengeluarkan awan panas guguran pada Minggu ini.
Warga yang mengungsi itu, antara lain, berasal dari Dusun Kajarkuning dan Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Sebagian warga tersebut mengungsi di sekitar Pos Pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Mereka menghindari abu vulkanik Gunung Semeru yang mulai turun ke permukiman warga.
”Debu vulkanik Semeru mulai turun pukul 10.20 tadi. Ini banyak warga mengungsi atau berlindung di sekitar Pos Pantau Semeru yang lokasinya berada di ketinggian,” kata Peltu Suparman, petugas dari Koramil Pronojiwo.
Menurut Suparman, arah abu vulkanik Semeru saat ini mengikuti angin, yaitu ke utara. Akibatnya, sejumlah dusun pun terdampak abu vulkanik tersebut. ”Yang terdampak abu vulkanik adalah yang berada di Dusun Kajar Kuning dan Curah Kobokan. Situasi gelap karena langit tertutup debu,” katanya.
Dewa Saputra, anggota Tim Rescue 020, mengatakan, warga yang mengungsi cukup banyak. Selain dari Desa Supiturang, sebagian warga Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo, juga mengungsi. ”Warga mengungsi karena abu vulkanik cukup pekat. Mereka yang mengungsi mulai dari Desa Supiturang hingga Desa Oro-Oro Ombo,” katanya.
Menurut Dewa, lokasi pengungsian tersebar karena warga panik melihat abu vulkanik cukup pekat. Tim Rescue 020 di Desa Supiturang pun belum bisa dihubungi kembali karena terkendala debu vulkanik pekat.
Warga mengungsi karena abu vulkanik cukup pekat. (Dewa Saputra)
Menjelang tengah hari, abu vulkanik terus turun ke permukiman warga. Lokasi hunian sementara (huntara) korban erupsi Semeru tahun 2021 di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, pun mulai gelap tertutup abu vulkanik Semeru. Sebagian warga yang tinggal di sana pun akhirnya mengungsi ke Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro.
”Huntara sudah mulai gelap. Sebagian warga mulai mengungsi ke Balai Desa Penanggal,” kata Suliyanto, penghuni huntara yang sebelumnya merupakan korban erupsi Semeru 2021.
Kepala Bidang Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo mengatakan, pihaknya masih berada di lapangan untuk melakukan kaji cepat dan menghalau masyarakat yang ada di zona merah dan oranye.
”Kedua zona tersebut mesti kosong dari aktivitas warga. Untuk yang lainnya masih menunggu perkembangan,” ucapnya. Daerah yang masuk zona merah dan harus disterilkan misalnya Curah Kobokan, Kamar Kajang, Kamar A, dan Sumbersari.
Terkait dengan evakuasi, Wawan mengatakan, saat ini banyak warga yang mengevakuasi diri sendiri. BPBD Lumajang akan menata lokasi pengungsian di lapangan. Lokasi pengungsian yang disiapkan antara lain memanfaatkan gedung sekolah, seperti SMP Pronojiwo dan SD Supiturang.
”Sudah kami sediakan, tinggal melihat perkembangan dan menunggu komando dari pimpinan atas. Yang penting, tim sudah ada di lokasi semua,” ucap Wawan.
Seperti diketahui, Gunung Semeru kembali mengalami erupsi dengan memuntahkan awan panas guguran pada Minggu sejak pukul 02.46. Erupsi itu memiliki kolom abu setinggi kurang lebih 1.500 meter di atas puncak. Aktivitas erupsi Gunung Semeru itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 35 mm.
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sumber awan panas guguran itu berasal dari tumpukan material vulkanik di ujung lidah lava yang berada sekitar 800 meter dari puncak atau Kawah Jonggring Seloko.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyatakan, berdasarkan pantauan CCTV Semeru, fenomena awan panas guguran terus berlangsung hingga Minggu pukul 07.42 dengan jarak luncur antara 5-7 km.
Setelah terjadinya erupsi tersebut, tim BPBD Kabupaten Lumajang langsung turun ke lapangan untuk melakukan kaji cepat dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Sebagai antisipasi adanya dampak risiko abu vulkanik, tim BPBD Kabupaten Lumajang juga membagikan masker gratis kepada masyarakat.
PVMBG meminta masyarakat tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak. Warga juga diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Masyarakat juga direkomendasikan tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.
Warga juga tetap diminta mewaspadai potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai dan lembah yang berhulu di puncak Semeru. Daerah yang perlu diwaspadai itu terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Sat, serta sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.