”Rumah” dan Karya Perca Komunitas Kreatif di Kota Malang
Pandemi selama 2,5 tahun tidak menghentikan sekelompok ibu di Kota Malang, Jawa Timur, untuk berkreasi. Mereka membuktikan bahwa meski di rumah sekalipun, mereka tetap bisa produktif berkarya.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
Pandemi selama 2,5 tahun tidak menghentikan sekelompok ibu di Kota Malang, Jawa Timur, untuk berkreasi. Justru mereka membuktikan bahwa meski di rumah sekalipun, mereka tetap bisa produktif berkarya.
Mungkin bagi sebagian besar orang, 2,5 tahun pandemi membuat banyak aktivitas terjeda. Tidak banyak kegiatan bisa dilakukan karena setiap hari hanya tinggal di dalam rumah. Namun, tidak dengan ibu-ibu dari komunitas Mapaquilts ini. Meski tetap tinggal di dalam rumah, mereka terus bisa memanfaatkan kain perca menjadi karya luar biasa.
Komunitas perca, patchwork, dan quilting ini bahkan mampu memproduksi karya kolaborasi dalam selembar kain sepanjang pandemi. Hasilnya, lahir selembar kain dengan hiasan patchwork dan quilting bertema ”rumah”.
Karya kolaborasi itu dikerjakan oleh 13 anggota komunitas. Setiap panel karya tersebut ada yang menggambarkan soal pentingnya masker, gambar virus Covid-19, dan imbauan untuk tinggal di rumah selama pandemi.
”Seluruh anggota membuat karya di rumah masing-masing berbentuk panel kain kecil-kecil. Kemudian, saat semua selesai, setiap panel itu disatukan menjadi sebuah karya kolaborasi bertema ’rumah’,” kata Tiwuk Purwati, Ketua Mapaquilts, Jumat (2/12/2022).
Menurut Tiwuk, lahirnya karya kolaborasi selama pandemi Covid-19 membuktikan bahwa meskipun harus tinggal di dalam rumah selama pandemi, anggota komunitas tetap bisa berkarya.
”Kreativitas ibu-ibu rupanya tak bisa dibendung pandemi. Bagaimana tetap bisa patuh pada aturan, tetapi juga bisa menghasilkan karya luar biasa. Ini menunjukkan selama kita mau berusaha, maka akan ada hasilnya,” kata Tiwuk.
Selain membuat karya kolaborasi, karya individu anggota Mapaquilts bertema ”rumah” juga turut dipamerkan. Ada 30 karya dipamerkan pada acara Parade Perca 3 Mapaquilts pada 26 November 2022-4 Desember 2022 di Gedung DPRD Kota Malang. Kegiatan komunitas itu digelar setiap dua tahun dan kali ini sekaligus untuk menyambut peringatan Hari Ibu pada 22 Desember 2022.
Tiwuk, misalnya, selama pandemi menuangkan rasa ingin tahunya terhadap Kampung Warna-warni Jodipan Malang ke dalam sebuah karya quilting. Ia, belum sempat berkunjung ke kampung tersebut secara langsung.
Hanya bermodalkan foto Kampung Warna-warni dari internet, Tiwuk pun mencoba mewujudkannya jadi karya. Bagi ibu rumah tangga itu, melalui patchwork dan quilting, ia bisa membuat ”penanda” tempat dan keadaan.
Tema rumah diambil sebagai pengingat diri bahwa rumah bukan sekadar bangunan fisik, melainkan lebih luasnya adalah tempat untuk kembali. Ini, misalnya, tergambar dalam salah satu karya milik Jane Kurniadi yang turut dipajang selama pameran. Jane adalah seniman kain asal Jakarta. Ia bukan anggota Mapaquilts, tetapi karyanya turut dipamerkan untuk menyemarakkan kegiatan.
Dalam karya Jane berjudul ”Someone is Looking After You”, terlihat bahwa ”rumah” tempatnya kembali adalah ibu, nenek, dan keluarganya. Digambarkan bahwa ada deretan perempuan saling berpelukan.
”Bagi kami, pandemi ini menguji kebersamaan sebagai komunitas yang sering berkegiatan dan berkumpul bersama. Kami akhirnya merasa bahwa ’rumah bersama’ kami adalah kebersamaan ini. Tempat untuk berbagi ilmu, saling membantu, dan bekerja sama dalam banyak hal. Di ’rumah’ Mapaquilts ini pulalah kami tumbuh bersama,” kata Tiwuk.
Ortien Andayani, anggota Mapaquilts, mengatakan, selama di rumah, kemampuan anggota justru makin terasah. Sebab, mereka punya banyak waktu untuk berlatih.
”Karya ibu-ibu Mapaquilts ini semakin bagus. Artinya, ada hikmah dari pandemi bahwa di rumah kita semakin bisa menyalurkan hobi patchwork dan quilting. Selalu ada makna dari setiap peristiwa,” kata Ortien.
Ibu-ibu komunitas perca asal Malang tersebut pun menunjukkan bahwa selalu ada hikmah dari kondisi sulit sekalipun. Dan, bahwa akan selalu ada ”rumah” bagi siapa pun yang mencari.