Diduga Tersangkut dalam Helikopter, Pencarian Pilot Difokuskan di Bawah Permukaan Laut
Pencarian bawah permukaan laut harus dilakukan karena ada kemungkinan pilot helikopter tersangkut di dalam helikopternya. Sebab, berdasarkan prosedur, pilot harus menggunakan sabuk pengaman sampai empat sabuk.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
BELITUNG, KOMPAS — Hingga hari keenam pencarian, Ajun Komisaris Arif Rahman, pilot helikopter Polri NBO-105 dengan nomor registrasi P 1103 yang jatuh di Perairan Manggar, Kabupaten Belitung Timur, belum ditemukan. Pada hari ke-7, Sabtu (3/11/2022), pencarian akan difokuskan pada penyisiran area di bawah permukaan air laut.
Kepala Subdirektorat Patroli Air Direktorat Polisi Perairan dan Udara Badan Pemelihara Keamanan Polri Komisaris Besar Dadan, Jumat (2/11/2022), mengatakan, selama ini metode pencarian dilakukan di berbagai sisi, yakni di permukaan laut, udara, dan di bawah permukaan laut dengan menggunakan mesin pencari elektronik terutama sonar. Pencarian juga dilakukan dengan menyisir Pantai Burung Mandi sejauh 7 kilometer untuk mencari kemungkinan korban ada di pesisir. Penyisiran di Pantai Burung Mandi dilakukan oleh 60 personel.
”Namun, sampai sekarang, pilot helikopter belum ditemukan,” ucap Dadan.
Karena itu, pada hari ke tujuh, Sabtu, metode pencarian akan difokuskan pada penyisiran area di bawah permukaan laut. Direncanakan, sebanyak 31 penyelam dari Basarnas dan Brimob akan dikerahkan. Mereka akan menyebar di 12 titik yang dicurigai sebagai tempat jatuhnya helikopter. ”Dengan metode ini, diharapkan pencarian bisa lebih maksimal,” ujarnya.
Empat sabuk pengaman
Pencarian bawah permukaan laut harus dilakukan karena ada kemungkinan pilot helikopter tersangkut di dalam helikopternya. Sebab, berdasarkan prosedur, pilot harus menggunakan sabuk pengaman secara optimal. Tidak hanya satu sabuk, tetapi ada empat sabuk yang dipasang di tubuhnya.
”Karena itu, kemungkinan pilot masih ada di dalam helikopternya. Apalagi dalam kondisi panik, ada kemungkinan pilot belum membuka sabuknya,” ujar Dadan. Dengan pencarian di bawah laut itu, dia berharap pilot helikopter bisa ditemukan.
Drencanakan, sebanyak 31 penyelam dari Basarnas dan Brimob akan dikerahkan.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Pangkalpinang I Made Oka Astawa mengatakan, mekanisme penyelaman (pencarian secara manual) dilakukan dengan menyisir area di bawah permukaan laut pada kedalaman maksimal 24-30 meter. Kemudian jika ada titik yang dicurigai, akan dilanjutkan dengan pemantauan menggunakan perangkat pencari elektronik. Alat elektronik yang dimaksud adalah MBES (multibeam echo sounder), SSS (side scan sonar), dan Magnetometer ROV (remotely operated vehicle) itu akan bekerja selama 24 jam.
Mekanisme ini harus dilakukan karena penyisiran di area di atas permukaan laut sudah dilakukan secara maksimal, termasuk menyusuri kronologi penerbangan helikopter mulai dari sisi barat ke timur. Pencarian juga dilakukan berdasarkan kesaksian awak helikopter lain yang selamat, yang menyatakan bahwa ada awan cumulonimbus yang berbentuk tiang yang muncul kemudian. Kemungkinan pilot tidak bisa mengendalikan helikopter dan jatuh.
”Dari kesaksian itu juga, kami terus melakukan penelusuran hingga ke arah utara menuju pesisir Tanjung Keluang. Namun, hasilnya masih nihil,” ujarnya.
Data hasil penyisiran hingga hari ketujuh nanti kemudian akan dianalisis sebagai dasar pengambilan keputusan bagi tim, apakah proses pencarian terhadap satu korban yang masih hilang akan dilanjutkan atau dihentikan.
Sementara jenazah tiga korban yang sudah ditemukan ialah kopilot helikopter, Brigadir Satu Moch. Lasminto (co-pilot) dan dua teknisi, yakni Brigadir Dua Joko Mudo dan Brigadir Dua Muhammad Khoirul Anam, telah diterbangkan ke Pangkalan Udara Pondok Cabe Tangerang Selatan untuk selanjutnya diserahkan ke pihak keluarga.
Helikopter jenis NBO 105 dengan nomor registrasi P-1103 milik Polri itu mengalami hilang kontak di perairan Belitung Timur, Minggu (27/11/2022) pukul 14.45. Helikopter itu, menurut rencana, kembali ke Jakarta dengan rute Palangkaraya-Pangkalan Bun-Pangkal Pinang-Bandar Lampung-Pondok Cabe.
Helikopter itu merupakan satu dari dua helikopter yang diterbangkan kepolisian pada Minggu pukul 11.00, dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, menuju ke Markas Komando Direktorat Polisi Udara Polda Tanjung Pandan, Bangka Belitung. Kedua helikopter ini bernomor registrasi P-1103 dan P-1113. Pada pukul 13.45 dan dalam jarak 39 mil laut (72 km) sebelum Tanjung Pandang, Belitung, kedua helikopter dihantam oleh cuaca ekstrem.
Merespons hal tersebut, pilot helikopter P-1113 memutuskan naik ke ketinggian 5.000 kaki, sedangkan pilot helikopter P-1103 turun ke ketinggian 3.500 kaki. Pada pukul 14.00, pilot helikopter P-1113 mencoba memanggil awak helikopter P-1103 melalui radio helikopter, tetapi tidak ada jawaban.
Lalu, pada pukul 14.24, kapten pilot helikopter P-1113 mendarat di Bandara Tanjung Pandan, Bangka Belitung, dan langsung memeriksa posisi helikopter P-1103 lewat komunikasi dari menara air traffic controller (ATC) bandara. Setelah memeriksa posisi helikopter rekannya, kapten pilot P-1113, Ajun Komisaris Perwira Togu melaporkan kejadian tersebut kepada pihak Direktorat Polisi Udara Polri.