Kesulitan Air Bersih, Penyintas Gempa Cianjur Rentan Tertular Penyakit
Hingga hari kedua belas pascagempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (2/12/2022), puluhan posko pengungsian masih kesulitan air bersih. Kondisi ini rentan menimbulkan penyakit menular.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Hingga hari kedua belas pascagempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (2/12/2022), puluhan posko pengungsian masih kesulitan air bersih. Kondisi tersebut rentan menularkan penyakit, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan akut, kepada penyintas.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, masih terdapat 51 posko pengungsian yang belum memiliki akses air bersih. Posko itu tersebar paling banyak di wilayah Puskesmas Nagrak dengan 11 titik, Puskesmas Cianjur Kota (6 titik), Puskesmas Cugenang (6 titik), Puskesmas Cilaku (5 titik), dan Puskesmas Cijedil (4 titik).
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengakui, masih ada 51 titik yang sanitasinya belum memadai dan kesulitan air bersih. ”Pemantauan kami, kira-kira yang mendesak dan perlu dibenahi segera (untuk pengungsi) adalah kesehatan lingkungan,” ujarnya.
Belum memadainya fasilitas sanitasi dan sulitnya akses bersih di tempat pengungsian, katanya, berisiko pada penularan penyakit. Penyakit diare, misalnya, hingga Kamis (1/12/2022) tercatat 705 kasus. Adapun penyakit ISPA, hingga hari kesebelas pascagempa mencapai 5.367 kasus. Penyakit lainnya adalah hipertensi.
Meski demikian, katanya, jumlah kasus penyakit menular menunjukkan tren penurunan. Kasus harian diare, misalnya, pada 25 November mencapai 122 kasus. Dua hari terakhir, kasusnya tercatat 40 dan 41 kejadian. Penyakit ISPA juga menurun dari sebelumnya lebih dari 600 kasus per hari kini tercatat 264 kasus sehari.
Untuk mencegah penyakit menular itu meningkat lagi, Maxi telah menginstruksikan jajarannya dan dinas kesehatan setempat agar memanfaatkan sumber air bersih di sekitar posko. Selama ini, salah satu kendala penyaluran air bersih adalah jalur menuju lokasi yang sempit dan hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Dari 51 posko yang kesulitan air bersih, hanya 9 titik yang dapat dijangkau kendaraan roda empat. ”Saya kira nanti teman-teman dengan posko berupaya bagaimana caranya (menyediakan akses air bersih). Kami sudah bergerak berupaya mencari solusi. Petugas juga melakukan surveilans penyakit,” ujarnya.
Didin, Koordinator Posko Pengungsian di Kampung Babakan, Desa Pakuon, Sukaresmi, mengatakan, akses air bersih belum pulih di tempatnya. ”Warga akhirnya harus menimba air sumur untuk mandi dan mencuci. Ya, begitu, airnya agak bau besi,” ungkapnya.
Jika ingin mendapatkan air bersih, warga harus pergi ke sumber mata air dengan jarak sekitar 2 kilometer. Berada sekitar 60 kilometer dari pusat kota Cianjur, kampungnya tidak bisa dijangkau kendaraan roda empat atau mobil tangki air. Padahal, ada 106 warga yang mengungsi. ”Semoga air bersih cepat mengalir lagi,” ujarnya.
Hingga kini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat 114.414 warga mengungsi di 451 titik akibat gempa bermagnitudo 5,6 pada 21 November lalu. Gempa itu menyebabkan 329 warga meninggal dan 11 orang dalam pencarian. Data sementara juga mencatat 24.107 rumah rusak.