Perhelatan KTT G20 di Bali, 15-16 November 2022, turut mengantarkan beraneka produk lokal ke pentas internasional. Dari ragam kerajinan tangan dengan sentuhan tradisi sampai karya inovasi berbasis teknologi.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Produk industri kecil menengah (IKM) bernuansa tradisi Bali, yang ditampilkan dalam pameran "IKM Bali Bangkit IX" di area Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Kota Denpasar.
Selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 berlangsung, jalan-jalan utama Kota Denpasar dan Badung, Bali, disemarakkan jejeran penjor, yakni, bambu panjang berhias janur, yang bertaut erat dengan tradisi masyarakat "Pulau Dewata".
Pengamanan KTT G20 juga memperhatikan kearifan lokal. Selama penyelenggaraan rangkaian pertemuan G20 di kawasan Nusa Dua, Badung, pacalang atau petugas keamanan desa adat di Bali turut mengamankan penyelenggaraan acara bersama aparat Polri dan TNI.
Begitu pula produk lokal yang sarat nilai tradisi, seperti, tenun ikat gringsing, tenun endek, dan tenun cepuk. Kain hasil tenun khas Bali tersebut ikut mempercantik penampilan para tetamu penting yang menghadiri KTT G20.
Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo mengenakan busana adat Bali ketika menyambut para kepala negara dan tetamu negara dalam jamuan makan malam kenegaraan di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Selasa (15/11/2022). Sejumlah pemimpin negara yang hadir juga memakai pakaian khas Nusantara.
Produk industri kecil menengah (IKM) bernuansa tradisi Bali, yang ditampilkan dalam pameran "IKM Bali Bangkit IX" di area Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Kota Denpasar.
“Saya bangga dan senang sekali karena produk kain cepuk kami diperkenalkan Ibu Iriana kepada tamu negara,” kata Ni Gede Diari (43), pengrajin kain cepuk asal Desa Tanglad, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.
Cepuk merupakan kain khas Nusa Penida. Diari menuturkan, proses pembuatan kain cepuk membutuhkan waktu lama karena harus melalui sejumlah tahapan. Pewarnaan kain itu juga menggunakan bahan alami.
“Sebelum diberikan warna, benang (untuk membuat kain) dilumuri minyak kemiri, lalu diendapkan sampai tiga bulan,” ujar Diari yang juga pengelola usaha Ngurah Gallery.
Diari menambahkan, setelah benang siap ditenun, proses penenunan juga harus memperhitungkan hari baik dalam kalender Bali. Proses penenunan kain cepuk dimulai saat beteng atau hari kedua dalam siklus tiga harian (triwara).
Bagi masyarakat Bali, beteng dapat dimaknai sebagai kemakmuran. “Kami juga mendoakan agar kain buatan kami dapat memberikan kemakmuran,” tutur Diari.
ISTIMEWA/HUMAS PEMPROV BALI
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali Ni Putu Putri Suastini Koster (dokumentasi Humas Pemprov Bali).
Kain gringsing
Ungkapan bangga juga disampaikan Ni Made Ariani (56), pengrajin kain tenun ikat gringsing asal Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Ariani menuturkan, dirinya bersama sejumlah pengrajin di desanya mendapat order berupa syal kain gringsing untuk ditampilkan di KTT G20. “Selain dipesan Pak Sandiaga Uno (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), juga untuk ditampilkan dalam pameran di Bali Nusa Dua Convention Center,” katanya.
Saya bangga dan senang sekali karena produk kain cepuk kami diperkenalkan Ibu Iriana kepada tamu negara (Ni Gede Diari)
Pengelola usaha Tunjung Biru Art Shop itu menambahkan, sebanyak tujuh lembar kain tenun ikat tunggal jenis peplendoan dengan motif gringsing dibeli Nyonya Iriana saat KTT G20 untuk diberikan kepada ibu-ibu negara dari negara lain.
“Wah, rasanya senang dan bangga banget karena kain gringsing produksi kami dipakai Ibu Negara,” katanya.
Kain tenun khas Bali menggunakan pewarna alami dan diproduksi dengan kecermatan. Produk UMKM lokal mendapat promosi luar biasa dalam penyelenggaraan KTT G20 2022 di Bali.
Kain gringsing merupakan produk kearifan lokal masyarakat Bali yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Wastra khas Bali tersebut umumnya dikenakan saat masyarakat setempat mengadakan upacara ritual. Kain tenun tradisional itu mampu bertahan hingga puluhan tahun karena menggunakan bahan alami, termasuk pewarnanya.
Kain gringsing disebut-sebut sebagai warisan budaya karena merupakan kain tenun ikat ganda yang ditenun dengan kecermatan tinggi. Proses pembuatannya memakan waktu lama dan pengerjaannya berdasarkan perhitungan hari baik dalam tradisi Bali. Pembuatan kain gringsing masih dipertahankan warga Desa Tenganan, komunitas masyarakat Bali Aga di Karangasem.
Etnolog Urs Ramseyer dalam bukunya berjudul Clothing, Ritual and Society in Tenganan Pegeringsingan (1984) menyebut, proses pembuatan kain gringsing dapat memakan waktu tahunan. Untuk membuat kain itu, benang dipintal dari kapuk yang berasal dari Nusa Penida.
Setelahnya, benang akan direndam dalam minyak hasil olahan dari buah kemiri di hutan desa. Buah kemiri yang dipakai tidak boleh hasil petik, melainkan yang sudah jatuh. Perendaman benang itu berlangsung lebih dari 40 hari.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Produk industri kecil menengah (IKM) bernuansa tradisi Bali, yang ditampilkan dalam pameran "IKM Bali Bangkit IX" di area Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Kota Denpasar.
Ariani mengatakan, ditampilkannya kain gringsing dan kain cepuk dari Bali ke panggung KTT G20 itu menambah ragam produk lokal Bali yang "dipentaskan" ke perhelatan tingkat dunia.
Sebelumnya, kain endek asal Bali pernah ditampilkan saat KTT APEC di provinsi itu tahun 2013. Kain endek juga pernah ditampilkan dalam perhelatan Paris Fashion Week. “Jadi, kain endek dari Bali sudah digunakan sebagai produk fashion di luar negeri,” kata Ariani.
Tampilnya sejumlah kain tradisional Bali dalam KTT G20 itu turut diapresiasi oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali Ni Putu Putri Suastini Koster. Putri Koster, yang juga istri Gubernur Bali Wayan Koster, mengaku senang dan bangga karena produk-produk lokal khas Bali tampil dan turut menyemarakkan perhelatan KTT G20 di Bali.
“Tampilnya produk lokal Bali di KTT G20 itu tentu menjadi harapan kami semua di Bali,” ujarnya.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Produk minuman arak Bali, yang ditampilkan serangkaian pameran "IKM Bali Bangkit IX" di area Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Kota Denpasar.
Otomotif
Selain kain lokal khas Bali, perhelatan KTT G20 juga menjadi ajang pembuktian keterampilan dan keahlian putra-putri Bali di bidang otomotif. Pada 1 September 2022, sekitar 20 unit sepeda motor hasil konversi motor berbahan bakar minyak (BBM) ke motor listrik yang diproduksi pelajar Bali diikutkan dalam parade motor listrik untuk menyemarakkan rangkaian KTT G20.
Parade itu diadakan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di area Central Park ITDC Nusa Dua, Bali.
Sepeda motor konversi ke listrik itu merupakan hasil produksi pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Denpasar dan SMK PGRI 2 Badung. Jenis sepeda motor yang dikonversi ke listrik itu adalah motor bebek dan motor sport.
Kepala Kompetensi Keahlian Teknik Permesinan SMK Negeri 1 Denpasar, I Dewa Gede Rai Juliawan, mengatakan, pengajaran praktik konversi motor BBM ke listrik memang menjadi salah satu keahlian yang diajarkan di sekolah tersebut.
“Siswa kami di SMK Denpasar antusias karena (konversi mesin) ini termasuk ilmu baru,” kata Juliawan.
Selain membanggakan, kehadiran produk lokal khas Bali dalam rangkaian acara KTT G20 tentu diharapkan bisa meningkatkan popularitas produk-produk tersebut. Dengan begitu, potensi produk-produk lokal itu untuk merambah pasar internasional pun terbuka lebih lebar.